Senin, 14 Oktober 2013

HTS Fest #2: Terlalu Manis Untuk Dilupakan

Raincoat
Ini adalah kali kedua sebuah distro Here To Stay mengadakan gig. Bertempat di Rossi Music Fatmawati, Jakarta Selatan, perhelatan kedua kali terbilang cukup sepi berbeda dari tahun lalu. Namun atmosfer serta semangat yang dibawa oleh penonton yang hadir tidak berbeda sama sekali.

Di luar venue keadaan tidak terlalu padat meski diisi oleh berbagai lapak yang menjual beraneka ragam merch, rilisan, hingga zine. Namun di dalam semua keadaan 180 derajat berbalik. Semua yang hadir tumpah ruah. Dinginnya malam udara Jakarta tidak terasa di sana.

Saya datang telat dan melewatkan beberapa penampil seperti Walk Fearless, No Front, dan Looking Back yang bermain dari sore hingga senja. Baru ketika Grave Behold mengoyak-ngoyak stage saya masuk melihat mereka. Beberapa nomor dari album terbaru mereka A Sacred of the Future sukses membuat crowd menggila. Terlebih penampilan vokalis Gustmar yang enerjik tak kuasa menghipnotis penonton yang tak henti-hentinya melakukan pointing finger dan sing along.

Kegilaan semakin menjadi dan hawa panas kian menyengat. Tidak berkeringat adalah sesuatu yang mustahil terjadi. Terlebih ketika kuarter youth crew Raincoat mendapat jatah giliran tampil. Ada sesuatu yang baru dari lineup mereka malam itu. Posisi drum tidak lagi di tempati oleh Widi yang kini disi oleh Fadil dari Veins. Beberapa tembang dari EP Can't Close My Head didaulat menjadi amunisi yang siap menaklukan crowd tanpa henti. Penampilan kuartet ini cukup enerjik, yah tipikal band sejenisnya namun tetap tidak jenuh menyaksikannya. Berulang kali vokalis Jan harus rela berebutan mic dengan penonton yang tak kuasa menahan diri untuk menyumbangkan suaranya. Penampilan apik tersebut di tutup oleh sebuah cover song milik Outlast "Positive Hardcore, Positive Youth" yang dinyanyikan oleh vokalis tamu Jimbul (Quest For Justice).

Seharusnya Rooster Fight yang tampil setelah Raincoat. Namun hal tersebut urung terjadi, karna terdengar kabar sang vokalis sedang terbaring sakit. Kesempatan tersebut diambil oleh satu-satunya band pop punk, Starlit, yang tampil cukup anggun. Meskipun mereka bermain dalam satu gig yang dominan diisi oleh band-band hardcore. crowd cukup menikmati penampilan mereka. Beberapa penonton memanfaatkan situasi ini untuk beristirahat dan tidak banyak melakukan moshing.

Karna satu dan lain urusan, saya kembali harus merelakan melewati penampilan dari Common Goals. Suasana di luar venue masih tidak berubah. Bahkan kali ini cenderung lebih sepi dari awal kehadiran saya. Sepertinya semua terlimpahkan ke dalam venue. Yang keadaannya semakin panas.

HTS Fest kali ini tidak hanya menampilkan aksi-aksi dari band lokal saja. Namun juga menghadirkan satu band hardcore dari Malaysia, Kids On The Move, yang sedang dalam rangkaian Directions Indonesian Tour. Ini adalah kali kedua kuintet Straight Edge asal Klang Valley tersebut tampil. Setelah pada beberapa tahun silam mereka sukses bersama Channel X (Malaysia) menggila di De Javu Cafe Jakarta Pusat.

Meskipun ini adalah penampilan kedua mereka. Namun sepertinya penonton yang hadir sudah tidak asing dengan tembang-tembang yang mereka bawakan. Beberapa hits yang ada dalam ep terbaru mereka yang bertajuk Directions sukses membuai penonton untuk ber-singalong ria. Overall. mereka begitu all out malam itu.

Malam yang semakin dingin (namun di dalam venue justru sebaliknya) semakin dibuat menggila oleh penampilan dari Quest For Justice yang tampil tanpa drumer Ojie karna berhalangan dan digantikan oleh drumer dari No Compromise. Beberapa tembang seperti Rebel Till The End, Welcome To The Show, Eternal Flame, dan beberapa lainnya tidak mampuh menahan crowd untuk tidak bergerak. Alhasil, crowd surfing hingga head walk terjadi berkali-kali.

Setelah itu kondisi crowd sedikit mehangat saat Stand Clear memulai set dan melempar berbagai amunisi yang sarat dengan nuansa youth crew hardcore-nya. Tembang-tembang dari debut Demo 2012 yang dirilis oleh Commitment Records Asia mereka persembahkan dengan begitu liar dan apik.

Kondisi seketika kembali memanas saat Straight Answer menjadi penutup acara. Seperti biasa ulah bassis Rian yang jenaka membuat set mereka lebih dari sekedar hiburan musik semata. Ada satu hal yang membuat saya cukup terheran dengan band yang satu ini, saya tidak pernah melihat penampilan mereka yang tidak bagus. Meski dalam beberapa kali kesempatan, saya menyaksikan mereka dengan kondisi sound yang kadang terdengar kurang nyaman di telinga dan bermain cenderung sesukanya. Mereka adalah band hardcore ternyeleneh yang pernah ada di Indonesia. Malam itu mereka tampil dengan tembang lawas "Hantam Prasangka Buruk" dan "Menolak Duduk" (celetukan Rian. Aselinya berjudul Menolak Tunduk). Dan beberapa tembang dari album terbaru Until We Win. Serta sebuah cover song milik Slank "Terlalu Manis" dan Oasis "Don't Look Back In Anger". Satu hal, rasanya mustahil menyaksikan penampilan mereka tanpa crowd yang membeludak, aksi berebut mic tanpa henti, dan sing along sampai akhir.

Dan malam itu berakhir dengan penuh suka cita. Semua yang hadir dapat pulang dan tidur nyenyak. Tinggal tunggu esok harinya merasakan pegal-pegal di sekujur tubuh. (AL)

Grave Behold

Mels of Stand Clear

Kids On The Move

Jimbul of Quest For Justice

Stand Clear

Straight Answer

Gustmar of Grave Behold

Jan of Raincoat

Quest For Justice


Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar