Kamis, 03 Maret 2016

The Cloves and The Tobacco: Kretek, Celtic Punk, dan Persahabatan

Piztt (fiddler) terkagum ketika pertama kali melihat video yang kawannya berikan. Rasa penasaran dan antusiasme yang tinggi terhadap apa yang baru didengar dan lihat menyertainya. Sayangnya Piztt tidak tau band apa gerangan karena tiadanya keterangan nama pada video tersebut. Akhirnya ia pun mencari informasi guna memenuhi hasrat keingintahuannya tersebut. "Baik melalui obrolan dengan kawan-kawan di skena lain ataupun via internet, yang saat itu kecepatannya belum seperti sekarang," tuturnya. Piztt pun menemukan jawabannya, ternyata band yang ia saksikan bernama Flogging Molly -sebuah band Celtic Punk asal Amerika Serikat.

Setelah semakin candu dengan dua album: Swagger dan Drunken Lullabies, milik idolanya itu. Piztt akhirnya tertarik untuk memulai membentuk band dengan genre serupa. Ia pun mengajak beberapa teman nongkrongnya di Jl. Cornelist Simandjuntak, untuk mulai mendirikan band. "Selain karena rasa ketertarikan, juga bertujuan untuk semakin mempererat rasa persahabatan dalam skena kami. Mengingat juga beberapa person di skena tersebut tidak mempunyai atau tidak sedang tergabung dalam sebuah band manapun," ujarnya.

Dengan alat yang sederhana, seperti Gitar Akustik pinjaman, Pianika, Recorder -seruling yang biasa dipakai dalam pelajaran seni musik di SD danSMP, Harmonika, dan tentunya dengan tambahan drum, bass, gitar elekrik milik rental studio, Piztt mulai berlatih bersama beberapa teman yang berhasil dikumpulkannya. Sebuah cikal bakal yang pada akhirnya menelurkan band celtic punk asal Yogyakatya, The Cloves and The Tobacco. Yang kini sudah memiliki dua album dan sempat mengisi soundtrack untuk film garapan sineas asal Amerika Serikat. (AL)

Sounds of Bitch Vol.03 by Robby of Bored/Rat Pack

Kemarin malam saat sedang bermalasan, masuklah sebuah pesan, ternyata dari kawan lama Lemarikota. Tak disangka sebuah tawaran membagi playlist musik favorit untuk konten mereka yang segar, dibalik hilangnya budaya tukeran mixtape. Sounds of Bitch, sangat lacur.

Sebenernya saya bukanlah seorang yang suka membagi playlist musiknya, terlebih pada orang yang tak dikenal. Akan tetapi tersadar bahwa suatu kebutuhan pula untuk membagi apa yang disuka kepada orang lain. Apalagi musik itu bagian dari hidup yang mencuri kebutuhan, kebiasaan, dan waktumu yang panjang. Ugh, tidak cukup rasanya membagi musik favorit hanya ke dalam 10 paylist. (Robby)

Rabu, 02 Maret 2016

Persahabatan Endah N Rhesa dan Dialog Dini Hari Melebur Dalam Bentuk DDHEAR

Ada hal yang menarik datang dari dua grup folk Endah N Rhesa dan Dialog Dini Hari, mereka sepakat berkolaborasi dengan nama DDHEAR. Hal tersebut berawal dari penampilan keduanya di Sanur Village Festival 2015, yang kemudian berlanjut dengan membuat lagu bersama di Bali. Pun hal tersebut dinilai sebagai bentuk mengikrarkan persahabatan yang terjalin diantara mereka, sehingga perlu didokumentasikan.

Akar musik folk yang sama namun dengan sentuhan masing-masing yang berbeda, yang menjadikan ragam musik DDHEAR menjadi sesuatu yang menarik. Sejauh ini mereka mengatakan, telah memiliki empat buah lagu yang akan dikemas dalam bentuk mini album dan akan dirilis menjelang penampilan keduanya di Java Jazz Festival 2016 yang berlangsung pada 4-6 Maret mendatang.

"Musik menembus batas perbedaan, jarak, dan waktu. DDHEAR adalah sebuah kolaborasi yang berjalan atas dasar kebahagiaan dan kenyamanan hingga rasa damai dan kesejahteraan tercipta bersama," tandas mereka. (AL)

**Foto oleh Reiproject Management

Mocca: "Bagaimana Jadinya Vokalis Burgerkill Bernyanyi Clean ?"

Kuartet musik asal Bandung, Mocca, akan merilis single terbaru berjudul "When We Were Young" dalam pagelaran Java Festival 2016 pada Sabtu (5/3) mendatang. Tidak seperti biasanya, kali ini mereka menyajikan sesuatu yang berbeda dalam single tersebut. Sebuah kolaborasi dengan Viki Mono -vokalis band metal asal kota yang sama, Burgerkill.

Berangkat dari keinginan untuk berkolaborasi dengan orang-orang yang beradan di luar lingkarang Mocca secara musikalitas, pilihan akhirnya jatuh pada Viki. Selain itu gitaris Riko Prayitno mengungkapkan rasa penasarannya terhadap Viki yang memiliki background musik berbeda dengan bandnya tersebut. “Sebenarnya kita penasaran sama suara vokalis band metal, kalau nyanyi clean seperti apa ? Nah, ternyata dijawab dengan baik oleh Viki. Sekaligus mengeksplor juga Viki yang frontman Burgerkill kalau di bawah bendera Mocca akan jadi seperti apa."

Viki sendiri merasa senang dapat menjadi bagian dalam sejarah perjalanan musik Mocca. Ia pun merasa tertantang untuk mengolah range vokal yang tepat dan menyelami swing feeling dalam lantunan musik yang berbeda dari yang biasa ia mainkan. “Menyanyikan genre musik yang teman-teman Mocca mainkan itu seperti sederhana tetapi sulit untuk menyelaminya karena banyak sekali teknik-teknik baru yang gue tidak tahu tapi itu sangat menarik sekali, ini juga alasan utama mengapa gue mau diajak kerjasama teman-teman Mocca karena gue yakin banyak hal-hal baru yang bakal didapat,” ujarnya.

Tambahnya, kolaborasi ini dianggap sebagai salah satu bukti bahwa musik itu luas. Ia tidak merasa bermasalah untuk berkolaborasi dengan band bergenre lain dengan bandnnya, sebab menurutnya, selama masih dalam garis movement yang serumpun dan visi misi
bermusik yang sama, kolaborasi bukan pilihan yang keliru. "Musik bagi gue merupakan dunia yang lapang tanpa harus terkotak-kotak oleh pembagian genre,” pungkasnya. (AL)

**Foto oleh Mocca Official

Free Streaming: Primata - Pada (New Single)

Free Streaming kali ini datang dari trio instrumental-rock asal Jakarta, Primata, dengan single terbaru bertajuk "Pada". Pada single kali ini mereka berformasi trio dengan personil lama Rama Wirawan (gitar) dan ditambah dua personil baru yakni Adhitomo Kusumo (bass) yang tercatat juga bergabung di Raksasa serta Sofyan Refliyandi (drum) yang juga bermain untuk Kelab Baca Trio Angkasa.

Sebelumnya band ini berformat kuartet dan sempat merilis single "Kupu-Kupu" pada 2014 silam, yang bisa kalian dengarkan juga dia akun soundcloud mereka. (Roy)




Minggu, 28 Februari 2016

Ed's Words: Kita Memang Senang Bermain Dalam Kegelapan

Belum sudah rasa sedih saya sirna pasca meletusnya dikotomi atas isu LGBT yang hangat dalam beberapa bulan terakhir. Sebuah fenomena yang menjadi bukti bahwa betapa intolerannya bangsa ini, mirisnya negara hukum yang membuat semua orang seolah layak menghakimi, sekaligus membuktikan sebagai bangsa yang tidak tenang dalam menghadapi sesuatu dan cenderung paranoid.

Hari ini saya kembali terperangah oleh berita mengenai pembubaran yang dilakukan sejumlah kelompok terhadap sebuah acara bertajuk Belok Kiri yang terselenggara di Taman Ismail marzuki Jakarta. Belok Kiri Festival adalah sebuah acara sekaligus ajang belajar mengenai sejarah bangsa ini yang dikemas dalam bentuk seni dan kebudayaan. Miris saya mendengar bahwa kegiatan bernas syarat ilmu ini justru mendapatkan kecaman dari berbagai pihak yang mengaku sebagai anak bangsa.

Lebih malu lagi, mereka yang menolak diselenggarakan acara tersebut datang dari berbagai kaum intelektual. Dikutip dari Viva News, kelompok yang mengecam terdiri dari: Pemuda Cinta Tanah Air (PECAT), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PW GPII Jakarta Raya), Kordinator Pusat Brigade Pelajar Islam Indonesia (Korpus Brigade PII), Korps Mahasiswa Gerakan Pemuda Islam Indonesia Lembaga Bantuan Hukum (LBH) DUTA, (KOPMA), Front Aktivis Jakarta (FROAJA), Himpunan Mahasiswa Lombok (HIMALO).

Lihatlah daftar kelompok tersebut, mereka datang dari gerakan pemuda dan akademisi. Mereka seharusnya bisa menjadi fasilitator dari minimnya pengetahuan sejarah bangsa ini yang menjangkiti tak sedikit masyarakat negeri ini. Kita semua berhak tau seluruh sejarah bangsa ini, bukannya membatasi dan justru mendapatinya secara setengah-setengah. Juga saya pikir mereka seharusnya adalah kelompok yang lebih terbuka dalam segala bentuk ilmu. Bukan sempit dan bisa dibilang cenderung paranoid. Belajar kok takut ? Hilang akal saya.

Sampai kapan kita membutakan mata terhadap sejarah sendiri ? Film Jagal dan Senyap yang mengangkat background sejarah Indonesia era 1965, digarap oleh orang Amerika Serikat. Bukannya saya tidak senang, tapi seharusnya hal tersebut bisa digarap oleh kita. Tapi apa yang terjadi, kita lebih kandung kagum oleh sejarah bangsa lain, hitung berapa banyak orang yang bangga dan takjub mengetahui bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama pernah tinggal di Menteng dan lebih sialnya anak bangsa ini lebih tertarik menjadikannya film layar lebar, jumlah mereka tidak sedikit. Memalukan.

Saya senang mendengar cerita para nabi dan sufi dari guru ngaji, saya juga senang membaca perdebatan Bakunin dan Marx di Den Haag, saya kagum dengan cerita nasionalismenya Hatta, Soekarno bahkan Tan Malaka, Saya juga membaca tentang Washington dan sejarah Amerika Serikat. Bukan karena ingin menjadi sesuatu, saya hanya ingin mempelajarinya. Dari sana saya menjadi paham, apa yang perlu dan tidak perlu untuk diri saya sendiri, jika memungkinkan dan pantas maka untuk orang lain. Untuk melalui gua yang gelap, saya perlu berbagai cara untuk menciptakan obor yang bisa menerangi dan menuntun jalan. Saya tidak membela marxisme, komunisme, nasionalisme, atau apapun itu di sini. Saya hanya ingin menuntut hak belajar untuk semuanya. Agar bangsa ini mampu membuat obornya sendiri dan jalan perlahan mencapai ujung gua yang terang.

Sayangnya ternyata bangsa ini keburu antipati terhadap keberagaman ilmu, terlalu congkak dan merasa mampu berjalan keluar gua tanpa penerangan yang memadai. Alhasil, kadang kita saling bertabrakan dan tak jarang keserimpet kaki sendiri. Atau memang kita lebih senang hidup dalam gua yang gelap ini ?

Ketika hasrat belajar dikekang. Panjang umur kebodohan! (AL)

Sabtu, 27 Februari 2016

Kembali Dari Istirahat, Let's Go Rilis Music Video

Pasukan hardcore enerjik asal Rain City Hardcore, Let's Go akhirnya kembali produktif lagi. Sebelumnya setelah merilis debut mini album pada 2013 dan dilanjutkan mini album kedua pada 2014, mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar sebab pekerjaan yang semakin padat. "Akhirnya, tahun 2016 ini kami mencoba untuk meluangkan waktu untuk aktivitas ini lagi karena gairah dan semangat kami belum memudar karna hal tersebut," ujar band yang terdiri dari xIjeyx (gitar), Novan (vokal), dan Mengkies (drum).

Gairah dan semangat mereka terimplementasikan dalam sebuah bentuk single terbaru berjudul "Keep It Up". Tidak tanggung-tanggung, single tersebut bahkan dirilis dalam format music video yang pekerjaannya mereka garap sendiri. Vokalis Novan bertindak sebagai director dan drumer Mengkies sebagai cameraman cum editor nya. "Alasan kami menggunakan video sebagai media ialah karena kesenangan kami di bidang videografi dan musik yang memang sangat cocok untuk digabungkan," ujar mereka.

Mereka juga menyiapkan satu materi baru lagi yang akan dirilis dalam jangka waktu berbeda. Semuanya adalah jembatan untuk album ketiga yang kali ini digarap tanpa kehadiran bassis Indra yang memutuskan untuk keluar. "Lagu ke dua masih dalam masa penggarapan vidio, jadi akan kita share via bandcamp dulu ya https://letsxgo.bandcamp.com/," tandas mereka. (AL)

Tulus Libatkan 50 Musisi Dan Rekaman Di Praha Untuk Single Terbaru

Melejit dengan album Self Titled (2011) dan ditambah dengan rilisnya album kedua Gajah (2014), membuat pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Agustus 1987 satu ini langsung meroket dalam industri hiburan tanah air. Tidak hanya di dalam negri, Tulus melakukan ekspansi dengan single "Sepatu" yang hadir dalam bahasa Jepang dan rilis via iTunes negera setempat.

Tidak sampai disitu, Tulus kembali melakukan gebrakan. Kali ini pria asal Bandung tersebut, merilis single terbaru bertajuk "Pamit" yang mana melibatkan 50 musisi dalam proses rekamannya. Menurut TULUS Co. -label rekaman yang menanaungi Tulus, prosesi rekaman terjadi di Indonesia dan juga di salah satu studio terbesar di Praha, Republik Ceko.

Single "Pamit" rilis pada 25 Februari dalam format video lirik. Lagu yang ditulis oleh Tulus sendiri ini adalah sinyal untuk album ketiga yang sedang dalam proses penggarapan. Lagu terbaru ini juga nantinya akan hadir dalam format music video yang berkolaborasi dengan Davy Linggar -seniman lukis, foto dan video. "Berlatar suhu dingin di sebuah kota industri tua, video musik ini akan menjadi tampilan visual dari karya terbaru Tulus," ujar pihak TULUS Co. Rencananya music video ini akan rilis pada 28 Februari mendatang. (AL)

Kamis, 25 Februari 2016

Free Streaming: Ugly Bastard Live In Jakarta (Full-Set Video)

Ugly Bastard baru saja menyelesaikan rangkaian Berbagi Cerita Tentang Bali Tour di sejumlah kota di Jawa Barat. Terhitung sejak 28 Januari sampai 2 Februari 2016 kemarin, band punk asal Bali tersebut melancarkan invasinya ke sejumlah kota seperti Cibinong Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Bekasi, Bandung, dan Cipanas.

Rangkaian tour kali ini bisa dibilang sekaligus ajang bertemu rindu dengan drumer Ihsan yang sudah beberapa tahun terakhir menetap di Jakarta. Ihsan sendiri kini terlibat dalam beberapa proyek band seperti LOA dan Afraid, dua band yang berbasis di Depok.

Berikut ini adalah full penampilan Ugly Bastard di Jakarta. (AL)

Rabu, 24 Februari 2016

Free Streaming: The Pruxx - [It's Not Real] Looking at The Camera on a TV Show (New Single)

The Pruxx datang dari Paris Van Java dan menawarkan single terbaru berjudul "(It's Not Real) Looking at The Camera on a TV Show". Riff yang liar, ketukan drum yang enerjik, dan sound mereka yang noisy, membuat kita ingin sesuatu yang liar. Berasa lagi di Ghetto Street dalam keadaan yang depresi karena problematika hidup dan tiba-tiba ketemu preman yang asshole, lalu terlibat perkelahian dengan mereka.

Kabar baiknya, mereka berencana merilis album. Belum tau kapan. Tapi kalau lo suka seattle sound, tidak ada salahnya menunggu mereka.

The Pruxx bakal menghajar muka lo semua! (AL)

Selasa, 23 Februari 2016

Ternyata Tempat Seperti Ini Bisa Juga Dipakai Untuk Gigs (Part. 2)

Melanjutkan artikel sebelumnya dengan tema yang sama. Dan demi menebus hasrat mengorganisir gigs yang mulai dibatasi oleh minimnya tempat dan mahalnya harga sewa. Juga atas nama ide ide liar yang tak terbatas. Gua akan melanjutkan mereview tempat-tempat gaib yang bisa kita pakai untuk mengorganisir gigs.

Tapi sebagai catatan kecil, menemukan tempat tempat baru untuk mengorganisir sebuah gigs tentu juga harus dibarengi dengan menjaganya. Memperkosa tempat baru untuk satu malam hanya akan membuang energi. Jaga dan rawatlah tempat yang sudah kita perjuangkan agar kelak tempat-tempat seperti ini tidak benar-benar menghilang tak bersisa.

Ayo mas bro langsung lookit aja. (Dittus)

Senin, 22 Februari 2016

Umea Hardcore DS-13 Tidak Akan Tour ke Indonesia

Grup hardcore punk asal Umea, Swedia yakni DS-13 mengabarkan akan melakukan tur ke Amerika Serikat dan Kanada pada 2016 ini. Hal tersebut mereka sampaikan melalui fanpage facebook DS-13 pada Minggu kemarin (19/02). "DS-13 US/Canada tour 2016. Spread the message far," tulis mereka.

Kabar tersebut langsung direspon oleh sejumlah fans mereka di Indonesia, yang tak sedikit berharap bisa menyaksikan DS-13 di Indonesia. Namun Jonas Lyxzen selaku gitaris menuturkan bahwa kemungkinannya terlalu kecil untuk mengadakan pertunjukan di Indonesia. "Tidak tahun ini. Tapi semoga saja secepatnya," ungkapnya kepada Lemarikota saat dihubungi via email.

Adik dari Dennis Lyxzen tersebut menambahkan, "Jika tidak, aku akan melakukannya dengan band yang lain, Bad Nerve ataupun Fanzui Xiangfa." Jika memang benar demikian, itu tandanya adalah kunjungan kedua Jonas bersama Fanzui Xiangfa yang pada 2009 sempat mengadakan SEA Tour.

DS-13 sendiri sebelumnya sempat menyatakan diri bubar pada tahun 2002 setelah eksis sejak 1996. Memutuskan untuk kembali aktif pada 2012 silam. (AL)

Sounds of Bitch Vol.02 by Hafidz Faza of Disdain

Lemarikota Webzine mengirimi pesan dan meminta saya untuk membuat playlist musik di dalam kontenmereka yang dinamakan Sounds Of Bitch. Konten yang menurut saya cukup menarik dan membuat saya tertarik untuk meng’iya’kan tawaran tersebut. Sudah banyak musik yang saya dengar dan saya harus memilih beberapa lagu, cukup aneh rasanya. Tetapi itu yang membuat saya tertarik dengan konten Sounds Of Bitch ini.

Mungkin musik yang dengarkan tidak ‘seberat’apa yang kalian dengarkan. Karena jujur, saya tak selalu mendengarkan musikyang ‘berat-berat’ itu. Saya mendengarkan musik karena saya merasa suka, senang, sesuai dengan mood dan membuat saya tertarik untuk dijadikan referensi. Terlalu naif untuk harus, kudu, wajib mendengarkan musik hanya untuk masuk ke dalam dunia orang lain yang saya sendiri tidakn yaman.
Saya tidak ingin mendeskripsikan kenapa saya memilih playlist lagu–lagu tersebut karena menurut saya, kalian yang lebih cocok untuk mendeskripsikannya. Selamat mendengarkan 10 track favorit saya dan jangan memaksa diri untuk suka. (Hafidz Faza)

Minggu, 21 Februari 2016

Panjang Umur Kalijodo, 7 Lagu Ini Bersama Kalian

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kelihatannya sudah yakin sekali untuk menggusur lokasi prostitusi Kalijodo yang terletak di Penjaringan, Jakarta Utara. Menurut isu yang beredar kawasan "wisata lendir" tersebut akan dialokasikan sebagai Ruang Hijau Terbuka. Terlepas dari hal ini memiliki agenda politik atau tidak. Gua rasa meniadakan prostitusi adalah bentuk bahwa masyarakat kita sudah benar-benar bisa melawan hawa nafsu khususnya dalam hal seks. Pertanyaannya adalah, apakah kita semua benar sudah bisa menahan libido ?

Gua merasa peran prostitusi itu penting dalam kehidupan sosial, karena bagaimanapun manusia membutuhkan seks. Sebelum gua menulis panjang lebar, tulisan ini tidak diperuntukan untuk kalian yang tebal iman dan memang sudah bisa menahan diri dari aktivitas seks pra-nikah. Kenapa gua katakan penting. Dengan adanya tempat prostitusi, kita bisa tau di mana libido ini harus disalurkan dengan tepat. Hal ini jauh lebih terpuji dari pada kita mengharapkan hubungan seks dengan cara yang dipaksakan dan terlebih gratisan, misalnya berpura-pura mendekati lawan jenis untuk berkenalan kemudian berharap bisa one night stand dengannya di motel murah atau yang paling hina adalah memperkosa lawan jenis.

Free Streaming: rekah - Untuk Seorang Gadis yang Selalu Memakai Malam (Debut Single)

rekah datang dari Jakarta, mereka memainkan skramz dengan nuansa yang blackened dan dibalut lirik yang puitis. Kontemplatif juga sih. Soalnya pas dengerin musik mereka, langsung teringat sesuatu gitu. Anyway, ini proyek terbarunya salah satu personil dari Amuk Redam -band skramz asal Jakarta juga. Mereka juga masuk dalam kompilasi Revolution Autumn #2, ituloh kompilasi yang fokus untuk memetakan scene emo di Indonesia. Banyak band keren di sana, cari dan beli deh fisiknya. Tapi jangan lupa untuk dengerin rekah dulu, cek tautan di bawah ini. (Roy)

Free Streaming: OATH - Saksi Bisu Kesakitan / Terbekam (New Single)

Kuartet sludge/crust asal Bandung, OATH, rilis single terbaru mereka. Silahkan dengar langsung di bawah ini. Untuk para penikmat EyeHateGod, Noothgrush, dan Corrupted.

Sebagai informasi tambahan, vokalis mereka (Hera) sedang menggarap film dokumenter seputar aktifitas perempuan di scene punk loh. Baca interviewnya di sini: Ini Scene Kami Juga!.(AL)

Trio Pop Punk Fiv Card Miracle Bawakan Tembang Dangdut

Band pop punk asal Depok, Fiv Card Miracle yang kini telah menjadi trio setelah hengkangnya bassis dan drumer mereka beberapa waktu yang lalu. Menayangkan sebuah video yang tidak biasa, mereka mengcover sebuah tembang dangdut milik penyanyi Ikke Nurjanah berjudul "Selalu Milikmu".

Dalam video tersebut FCM yang kini digawangi oleh Gmux (gitar), Aray (vokal), dan Icad (gitar) bersama dua orang bassis dan drummer tambahan membawakannya dengan cara mereka namun tidak menghilangkan unsur dangdut secara keseluruhan. Walaupun vokalis Aray tidak bercengkok ria layaknya para biduan dangdut pada umumnya, namun FCM membuktikan bahwa band punk bisa mengcover lagu apapun. "Siapa bilang anak punk gabisa cover lagu dangdut. Cek nih," tulis mereka pada fanpage Facebook FCM.

Tonton deh video mereka di bawah ini. (Akim)

Sabtu, 20 Februari 2016

Minim Kesadaran Untuk Menjaga, Twice Bar Milik JRX SID Tutup

Ada kabar kurang menyenangkan datang dari Bali, selain tentunya kasus Reklamasi Teluk Benoa yang semakin meradang, juga tersiar kabar bahwa Twice Bar resmi tutup pertanggal 17 Februari 2016. Bar milik JRX drumer Superman is Dead tersebut tutup lantaran, menurut sang pemilik, karena minimnya dukungan dari segelintir orang yang berkunjung ke sana. "Masih banyak yang beli minuman di luar bar. Masih banyak yang hanya menuh-menuhin bar tanpa mau berkontribusi," ujar JRX.

Lanjutnya, masih ada pula pengunjung yang beli minuman dari luar namun mabuknya di Twice Bar. Selain itu maraknya minimarket di sekitar tempat dan juga intervensi pihak kepolisian juga menjadi kendala di tutupnya Twice Bar. "We tried everything, mencoba memakai tiket dan melarang orang membawa minuman dari luar. Namun tidak ada efeknya," keluhnya.

JRX mengaku bahwa Twice Bar didirikan atas passion untuk memberikan taman bermain bagi tumbuh kembangnya band bawah tanah yang ada di Bali. Namun menurutnya, hal tersebut tidak disertai dukungan yang layak. "Dan passion tanpa support adalah passion yang pincang. Ketika kepincangan terjadi berkali kali dan ia tak kunjung menunjukkan tendensi positif. Maka hanya ada satu jalan keluar dari lingkaran ini, its time to say good bye. Thanx for all the good times and, obviously, the bad!" tandasnya.

Twice Bar adalah salah satu tempat yang intens mengadakan pertunjukan musik bagi band-band bawah tanah di Bali juga Luar Bali. Berbagai band dengan latar belakang musik pernah main di sana, di antaranya Real Project, Kontradiksi, Ugly Bastard, Devildice, Dialog Dini Hari, Error Brain, Navicula, Bigger Boss Sound (Polandia), Mom's Day (Jerman), dan masih banyak lagi band lokal ataupun internasional lainnya yang pernah merasakan atmosfir di sana. (Roy)

=================================================================

Opini nyelip:
Sebenarnya ini bukan masalah apa tempatnya, tapi bagaimana kita menjaga tempat tersebut, apapun tempatnya, entah itu bar/cafe, GOR, ballroom, apalagi studio music. Perlu diakui bahwa hal yang terjadi pada Twice Bar, juga pernah dialami oleh berbagai teman dari belahan kota manapun di Indonesia. Yang terdekat mungkin isu ditutupnya Rossi Music Fatmawati oleh pihak kepolisian setempat, lantaran pemicunya keributan hingga menelan korban jiwa di salah satu konser musik yang ada di Jakarta Selatan. Sehingga Rossi yang terdaftar dalam wilayah tersebut juga ikut terkena imbasnya. Beruntungnya kini Rossi sudah mulai beroperasi kembali.

Sementara itu pula, tak sedikit tempat pertunjukan yang harus ditutup karena ulah kita sendiri. Yang pada akhirnya merugikan berbagai pihak yang berada dalam sebuah susunan acara: panitia, band, dan penonton yang benar-benar datang ingin menikmati musik. Ini masalah klasik yang tak pernah berakhir sepertinya. Tapi jika kita tidak benar-benar sadar untuk merubah mental ketika berada dalam sebuah acara, membeli tiket, menjaga harmonisasi diantara yang lain, dan tidak menimbulkan keributan. Akan tidak mungkin bahwa semakin sulit untuk kita mendapatkan tempat guna menumpahkan seluruh ekspresi yang ada. Kalau begitu jangan berharap membangun community space layaknya Rumah Api atau Rumah Pirata deh.

Atau kita harus memelas iba pada pemerintah untuk menyediakan tempat pertunjukan untuk komunitas ini ? Musik kita terlalu keras untuk memelas. Mereka-pun sepertinya sibuk dengan hitung-hitungan upeti dari kantong para investor. Jangan berharap. Maka yang bisa kita lakukan adalah memaksimalkan yang ada dan menjaganya. (AL)

Jumat, 19 Februari 2016

Sounds of Bitch Vol.01 by Codename A of Wreck

Satu waktu salah seorang kawan dari Lemarikota Webzine mengontak dan memintaku untuk membuat sebuah playlist untuk konten Sound of Bitch yang menurutku asik. Jujur saja, aku sedikit kebingungan karena begitu banyak lagu yang bagiku menarik dan tentu saja enak untukku sendiri. Terlebih aku menemukan begitu banyak band-band yang ‘canggih’ dan membantuku untuk mulai tak bermalas-malasan mencari referensi-referensi baru yang menyegarkan. Walaupun pada kenyataannya lagu yang aku pilih adalah lagu-lagu lama yang mungkin adalah favorit bagi beberapa orang.

Akhirnya dengan mantap aku putuskan 10 lagu favorit yang dalam beberapa bulan terakhir ini selalu ada dalam daftar lagu yang selalu kuputar semenjak aku tinggal di Ibukota. Niat awalnya aku ingin menjelaskan kenapa 10 lagu ini yang aku pilih, tapi setelah dipikir-pikir aku malah takut jika aku malah meracau tak jelas dan berbelit-belit. Jadi kuputuskan tak perlu diberi tulisan segala. Selamat mendengarkan! (Codename A)

Disdain Bebas Dengarkan Debut Album "In Ordinary"

Unit screamo/post-hardcore asal Depok, Disdain pada 14 Februari 2015 lalu merilis debut album bertajuk In Ordinary melalui Optical Records -label independen milik sang bassis Fikri. Itu tandanya sudah setahun lebih sejak debut album yang dirilis dalam format kaset pita dan cakram padat tersebut beredar.

Bertepatan dengan setahun rilisnya debut album milik band yang digawangi oleh Fajar Muharram (gitar), Fikry S. Firmansyah (bass), Hafidz Faze (vokal), Lutvy Zulhram (gitar), dan Kamal Pasha (drum). Mereka merilis kembali dalam bentuk digital melalui akun resmi di bandcamp. Berisikan lima buah track yang melodius dan emosional. Jika kalian menyukai La Dispute, Pianos Become The Teeth, Suis La Lune, dan band sejenis lainnya. Silakan coba dengarkan mereka, jika kalian tertarik silahkan untuk membeli rilisan fisiknya juga.

Dalam akun bandcamp tersebut, Disdain tidak hanya menggratis dengarkan debut album saja. Terdapat pula satu track berjudul "Such As Gold", yang mana lagu tersebut terdapat juga dalam album kompilasi Not So Quiet On The Starfruitcity yang dirilis via netlabel Lemarikota Records pada Maret 2015 lalu. (Akim)

**Foto diambil dari Disdain Fanpage