Jumat, 18 Desember 2015

TO DIE: Dari Floppy Disk Hingga Piringan Hitam, Kandang Burung Hingga Lunch Box

Indra Menus. Photo by IM doc.
Jika ada pertanyaan band apa yang paling produktif, maka jawabannya adalah To Die. Jika ada pertanyaan band apa yang paling inovatif, maka jawabanya adalah To Die (lagi). Tidak berlebihan, mengingat band asal Jogyakarta satu ini terbilang yang paling rajin mengeluarkan rilisan, untuk skala underground di Indonesia. Mereka telah menghasilkan 170 rilisan dalam kurun waktu 1998 hingga 2015, yang terdiri dari mini album, full album, split album, kompilasi, dan diskografi. Dalam semua rilisannya banyak melibatkan berbagai label records lokal maupun luar seperti Malaysia, Ekuador, Jepang, Brazil, Amerika Serikat, Italia, dan Prancis.

Tidak hanya itu, band yang dinahkodahi oleh Indra Menus ini pun terbilang inovatif, jika bisa dikatakan ekstrim. Cara To Die merilis albumnya terkadang diluar kebiasaan band pada umumnya. Mereka seakan menjadi band yang tak pernah puas dengan format rilisan yang begitu-begitu saja: kaset pita, CD, vinyl, dan digital. Bahkan cara pengemasan albumnya pun, terbilang gila. Dalam arti, (lagi-lagi) mereka seakan tidak puas dengan rilisan yang hanya di packaging ala kadarnya. Tak jarang mereka mengemas albumnya tersebut dengan hal-hal yang membuat kita terheran-heran sekaligus takjub.

Mau tau betapa inovatifnya To Die ? Simak hasil pantauan Lemarikota soal rilisan dengan format dan pengemasan tergila yang pernah mereka lakukan. Siapa tau pembaca ada yang tertarik mengikuti jejak mereka atau bahkan ada yang ingin lebih ekstrim lagi. (AL)


1. Floppy Disk
Floppy disk adalah perangkat penyimpanan data berukuran 3.5 inch, dengan kapasitas rata-rata hanya 1.44 MB. To Die pernah mengeluarkan rilisan dalam format ini, yang pertama, berisi enam lagu dan, yang kedua, hasil split dengan band Bali yakni Grindtabachan.


2. 3" CD
Bentuknya lebih kecil dari ukuran CD yang biasa kita jumpai. Untuk rilisan berformat seperti ini, To Die terbilang cukup sering menggunakannya dalam setiap rilisannya. Bahkan beberapa proyek split dengan band luar seperti 7 Seconds of Coitus (USA), Fatal Position (USA), Cumsock (Kanada), dsb, dirilis dalam format 3" CD.

3. Kandang Burung Sebagai Kemasan
Di tengah kemerosotan daya beli rilisan fisik yang tergerus oleh kemudahan mengunduh pada era digitalisasi ini. To Die justru membuat trobosan kemasan album fisik diluar dugaan. Khusus untuk album mereka yang bertajuk The Guponoise Session, rumah burung dara yang terbuat dari kayu dipilih sebagai metode kemasannya. Album ini hanya dijual sebanyak 20pcs dengan harga yang sangat murah (untuk ide kreatif seperti ini) yakni Rp. 75.000,-.



4. Lunch Box
Entah apakah ini ada hubungannya dengan sosok Indra Menus yang hobi berkulineria atau tidak. Namun ide yang satu ini cukup sederhana, namun tetap saja tak biasa. Metode pengemasan seperti ini digunakan To Die pada album Grind Your Lunch, yang berisi tiga buah kaset pita lengkap dengan tissue, sendok makan, dan tusuk gigi.

Simak interview bersama Indra Menus seputar kuliner di sini.





5. Lathe Cut Vinyl
Sejenis piringan hitam. Namun Lathe Cut Vinyl ini hasil dari produksi rumahan yang jumlah pembuatannya bisa sangat terbatas sesuai kebutuhan dari pemesannya. Di luar sana, Lathe Cut Vinyl sudah cukup familiar digunakan oleh band/musisi yang ingin mempromosikan karyanya namun tidak mampu membuat piringan hitam sebanyak 500 keping. To Die sendiri pernah merilis 5" Lathe Cut Vinyl yang dirilis oleh Relamati Records.


6. QR Codes
Belum lama ini To Die kembali membuat gebrakan baru dalam dunia rilisan. Kali ini bukan soal rilisan fisik namun digital, bebas unduh. Tapi ini tidak sama dengan kebiasaan bebas unduh yang biasa kita lakukan untuk mendapatkan sebuah album band favorit. Lagi-lagi To Die melakukannya dengan tidak biasa. Mereka menggunakan sistem QR Codes (kode unduh file digital yang bisa di scan dengan smartphone) untuk setiap orang yang ingin mendapatkannya. QR Codes nya sendiri dirilis menyatu dengan kartu pos bergambar. Kamu harus pesan kartu posnya lebih dulu jika ingin mengunduh karya mereka satu ini.

Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar