Jumat, 28 Februari 2014

Love Bomb Milik Navicula Siap Ledakan @america

Photo by Rio Helmi
Unit grunge asal Bali, Navicula yang telah merilis album ke-tujuh bertajuk Love Bomb pada penghujung tahun lalu, melalui bendera label Volcom Entertaiment. Akan segera melakukan perayaan album terbaru mereka tersebut di @america, Pasific Place, besok (1/3).

Acara yang akan berlangsung tanpa tiket alias gratis dan tanpa melalui proses registrasi tersebut nantinya tidak hanya akan diisi oleh atraksi musik saja. Melainkan Navicula akan turut jua berbagi cerita soal perjalanan mereka sewaktu di Amerika Serikat dan bagaimana proses kreatif di balik album tersebut.

Seperti yang sudah di ketahui bahwa album ke-tujuh milik band yang begitu konsen terhadap alam ini begitu istimewa. Bagaimana tidak ? lima lagu dari semua materi tersebut, mereka rekam di Record Plant -sebuah studio rekam legendaris yang berada di Hollywood, Amerika Serikat. Kesuksesan mereka dapat melakukan proses rekaman di sana tak lepas berkat bantuan RODE (produsen mikrofon asal Australia).

Tidak hanya itu, selama menjalani proses rekaman, Navicula dibantu oleh Alain Johannes selaku produser. Johannes sendiri adalah orang bertangan kreatif dibalik album solo Chris Cornell, Jimmy World Eat, serta turut serta dalam film dokumenter besutan Dave Grohl berjudul Sound City.

Melalui siaran pers yang kami terima, pihak Navicula mengakui bahwa meski proses rekaman dilakukan di dua tempat berbeda: Bali dan Hollywood, namun dapat menjadi sebuah kesatuan yang utuh. "Dengan adanya benang merah yang menghubungkan materi yang ada: cinta. Hal yang menjadikan Navicula memutuskan memberi judul Love Bomb," tulis mereka. AL)

Kamis, 27 Februari 2014

Gigs Report: Lemuria Live In Jakarta 2014

Lemuria. Photo by Reza.
Minggu (23/2) itu, menjadi sebuah pengalaman baru bagi Trueside dalam menghandle touring band non-hardcore. Yah, jika sebelumnya mereka lebih dikenal sebagai organizer gigs hardcore yang sekaligus merangkap sebagai label dan distro. Pada hari itu, mereka berkesempatan untuk menghandle tur-nya Lemuria, sebua trio indie-pop asal Buffalo, New York.

Pengalaman baru tersebut sekaligus menjadi gig Trueside dengan line-up paling segar. Yah, bagaimana tidak, mereka benar-benar selektif dalam memilih tandem untuk Lemuria. Tercatat hanya Braveheart yang masuk dalam kategori hardcore, sisanya ? Tengok Saturday Night Karaoke dengan style pop-punk early nya, Vague yang mengingatkan kita semua akan era-Revolution Summer nya anak-anak Washington DC di dekade 80-an, Barefood yang memainkan indie-rock sekaligus menggiring memoar akan kejayaan musik rock MTV pada dekade 90-an, dan terakhir ada Talking Coasty surf-pop yang begitu manis.

Pertunjukan di buka oleh Saturday Night Karaoke, tiga pemuda pencinta wanita Jepang ini membawakan kurang lebih 6 lagu, ditambah cover lagu “Bersepeda Berdua” milik JKT 48. Mereka sempat bertukar alat dan mengajak drumer Amuk Redam untuk naik ke panggung dan membawakan “Dammit”-nya Blink182. Dan Prabu (vokalis SNK) bernyanyi dengan gestur like a Milo Aukerman. Crowd tidak terlalu ramai, tapi kooperatif dengan Prabu yang aktratif dan interaktif, menjadikan moshpit begitu indah.

Prabu SNK. Photo by Alfian Putra A.
Lalu giliran Vague untuk selanjutnya tampil. Crowd sudah hampir puluhan, merapatkan barisan, moshpit akan bertambah seru. Tembang andalan seperti “23”, “Endless Summer”, “A giant Blur”, dan single terbaru yang akan muncul di full length album mereka tahun ini. Notes departemen vokal seperti kurang terdengar, tertutup suara sound gitar dan drum, but Vague tetap taiikk as cool.

Setelahnya, ada Braveheart sebagai perwakilan dari Truseide. Para hardcore kids sudah bersiap di moshpit menanti sang vokalis Yudha aka Katexxx memulai lagu pertama. Kaki bertebaran dimana-mana (crowdsurfing rule!), sing along terasa begitu intim. Yap! mereka membawakan nomor nomor ciamik seperti “Diam Itu Emas”, “Feel at Home”, “Try Harder in Your Life”, “Melaju”, dan cover lagu dari Another Breath berjudul “Racing a Fading Image”. Set ditutup dengan lagu jagoan mereka “KUHP ( Komitmen Untuk Hidup Positif)”.

Setelah set Braveheart berakhir kini giliran band yang sepertinya banyak ditunggu-tunggu, yaitu Barefood. Duo barefood, Mamet dan Dito ini dibantu oleh Pandu (Morfem/ The Porno). Mereka membawakan tembang-tembang istimewa yang ada di debut EP: “Sullen”, “Deep and Crush”, “Teenage Day Dream”, dan cover lagu milik Teenage Fanclub yang “God Knows It’s True” (maafkan saya bila salah karena terkesima melihat penampilan mereka). Di nomor “Perfect Colour” crowd pecah sekali, dari awal memang crowd sudah pecah seperti penggabungan antara anak indie-rock berbaur dengan hardcore kids. Perpaduan loncat-loncat ala indie-rock dan stage dive ala hardcore kids berbaur dengan indah. Barefood, hacep aka pecaaahh!

Vague. Photo by Reza.

Crowd mendadak menjadi dingin ketika jatah tampil Talking Coasty tiba. Sepertinya energi penonton terkuras dan menyebabkan sebagian merasa terlalu haus dan lapar sehingga memutuskan untuk keluar venue. Namun tidak membuat mental anak-anak Yogyakarta ini melemah. Veni Yeah (vokalis) dengan mini skirt dress ditambah high top sk8 begitu manis menyanyikan nomor-nomor seperti “I Love Sunbeam”, “Please Stop Pretending”, “Trap Live”, dan satu lagu baru yang akan dimasukkan ke EP mereka tahun ini. Dan nomor “Second Summer” sudah pasti dibawakan dengan begitu apik dan segar. Penampilan mereka menjadi pemanasan yang tepat sebelum menuju ke puncak acara. Dan sepertinya pilihan sebagian orang untuk keluar venue adalah keputusan yang kurang tepat.

Ditto Barefood. Photo by Reza.
Talking Coasty. Photo by Reza.
Tidak butuh waktu lama untuk Sheena Ozzela, Alex Kerns, dan Max Gregor untuk muncul di stage-mensetting alat. “Brilliant Dancers” yang diambil dari album The Distance is So Big menjadi tombak awal atas serangan Lemuria malam itu. Disambung oleh tembang “Dog” yang diambil dari album Get Better, lagu yang catchy ini membuat semua crowd tak hentinya shake head and body, ditambah sing along yang membahana. Tanpa rehat dilanjut ke lagu berjudul “Wise People” dari album Pebble, lagu yang sedikit kentara drum bit nya ini seperti merasuki crowd dan sing along makin nyata terdengar. Lalu mereka memainkan “Paint the Youth”, “Chautaqua County”, “Lipstick”, “In a World of Ghost”, lalu disambung dengan “Pants” -ketukan drum Alex yang bit-chy banget ditambah suara vocal Sheena membuat badan badan terbang di depan, euforia! Lalu “Bloomer” disuguhkan, crowd mengira ini lagu terakhir, tapi ternyata tidak, mereka diam sebentar mengambil minum dan nafas sejenak. Crowd mulai berteriak teriak dan ternyata benar bahwa ini bukan yang terakhir, show must go on! “Pleaser”, “Length Away”, dan terakhir “Mechanical” menjadi penutup malam itu. (Fauzan/Al)

Sabtu, 22 Februari 2014

Apparatus "Degeneration Overdrive - 4Trakk EP!", Tape Cassette (Dod Records)

Saya gak tahu harus bilang apa? buat saya ini rilisan yang cukup menginspirasi. Jadi saya dapet kaset ini setelah saya melewatkan show mereka di Bandung bareng sama Crutches. Dan tentunya itu bikin saya kecewa kalo tahu mereka bakalan lebih keren lagi di EP terbarunya.

Walaupun cuma 4 lagu tapi ini udah cukup bagi saya, ada sedikit nuansa Motorhead kedengeran dari part-part gitar yang dimaenkan. Saya juga lebih suka style vokalnya dibanding materi "Hardcore Religion" yang mirip sama vokalnya Disarm itu.

Dengan kover yang dicetak di kertas HVS BWmenurut saya gak mengurangi kerennya rilisan ini. Apparatus adalah salah satu band D-Beat yang mempunyai potensi di SEA (South East Asia.Red). Dan ini bukti kalau di SEA memang gak kehabisan stock band keren. Total Hardcore Killer. (Ahmad Alif Ivanka)

Apparatus "Lost Demo", Tape Cassette (Doombringer Records)

Butuh penjelasan apalagi? Apparatus adalah band yang mampu bermain D-Beat ke tingkat maksimal. Gak mengecewakan, sama puasnya ketika ngedengerin “Hardcore Religion” yang kurang lagunya cuman dikit 5 doang. Demo ini dibikin buat ngerayain 12 tahun eksistensi mereka sebagai pecandu Discharge Beat. Wah congrats yaa! Btw, Apparatus artinya apaan sih? (Ahmad Alif Ivanka)

Durga "Kuldesak", Tape Cassette (D-Kolektif Records, 2013)

Saya kira tipe music model begini sudah habis. Ternyata saya salah. Apa mau dikata perguruan neo-crust kembali hadir dengan bentukan yang baru bernama Durga.

Bukan maksud ngebandingin dengan Hark! It’s a Crawling Tar-tar tapi di beberapa bagian emang cenderung mirip. Sayang suara yang keluar dari kasetnya agak mendem, entah karena ada masalah saat proses duplikasi atau ada faktor lainnya.

Liriknya menggunakan majas metafora. Dicetak di kertas warna coklat yang bagus dan berwarna lagi. Apalagi artworknya, wuidih top pak! Oh iyaa ini rilisan dari label baru asal Bandung, hmm pintar juga buat permulaan. (Ahmad Alif Ivanka)

Vaarallinen “Sosiaalinen Kontrolli”, Tape Cassette (Cactus Records, 2013)

Shit! kegilaan macam mana pula ini ? Trio Finnish dari Singapore membombardir dengan hentakan-hentakan yang diambil dari dua materi sebelumnya: Demo 2010 dan Hautausmaa Flexi 7”. Kayaknya tahun ini emang tahun keberuntungan saya, gimana gak coba? Menjelang akhir tahun saya dapetin rilisan-rilisan keren. Gak perlu banyak basa-basi, cukup satu kata KNUP! (Punk.Red)

Vaarallinen emang band ngehe yang bisa bikin saya ngulang-ngulang tracknya sembari nyetak emblem sebagai aktualisasi diri dalam rangka “Hidup Mandiri Tanpa Bantuan Korporasi”.

Kurang punk gimana lagi? Seluruhnya ada 14 lagu, tapi saya suka materi 7” nya soalnya drumnya lebih najong?! Najong bujur aslina (Kick Ass.Red)! Hehehe... Punk Rakastaa Anarkiaa!!!!!!!!!!!!! (Ahmad Alif Ivanka)

Kontrasosial "Vol.04", CD (Self Released, 2013)

Apa yang harus saya katakan? kalo perlu saya bilang ini bakalan jadi rilisan yang lagi-lagi masuk kategori esensial. Kurang apa lagi coba? Oke mungkin ini terdengar berlebihan, tapi apa yang kamu perlu lakuin adalah berhenti jahit patches butut kamu dan luangkan waktu buat dengerin rilisan ini. Kontrasosial kembali lagi dengan materi terbaru ditambah satu cover dari Disclose “Conquest”.

Pertama kita bakalan disambut sama intro yang isinya noise doang yang kemudian disambung track pertama “Milik Kita” di awali sama permainan bass nan lihai, langsung geber irama D-Beat tanpa henti. Wuaaaah! mantap sekali! Saya terlalu males buat ngereview satu per satu materi mereka. Yang pasti saya suka banget track “Dunia Dalam Depresi” yang lagi-lagi di sini Ken Terrror memperlihatkan kepiawaiannya bermain bass selain dia jago bikin studs jacket yang keren. Hehehe...

Ngomongin lirik, nah ini yang saya suka dari mereka karena Kontrasosial benar-benar memanfaatkan media lirik sebagai penyampai pesan. Pemilihan kosa katanya juga bagus, tau sendirilah kalo bikin lirik pake bahasa Indonesia salah dalam pemakaian kata kedengarannya jadi jelek!

Bagi saya sendiri sih rilisan ini tuh jadi semacam titik balik dari album sebelumnya, Endless War, soalnya saya butuh waktu lama sih buat suka sama materi mereka di album itu. Mungkin karena di materi mereka kali ini intensitasnya meningkat, jadi saya cepat banget sukanya. Bukti bahwa band lokal emang gak kalah keren sama band luar sana. Dukung aktivitas kemandirian dengan membeli rilisan ini! (Ahmad Alif Ivanka)

Kamis, 20 Februari 2014

#youshouldknow | Treasure Hiding

Terbentuk di tengah padatnya Ibu Kota Jakarta pada tahun 2011 silam. Kelima muda-mudi yang terdiri dari Adelyna (vokal), Andy (drum), Panji (gitar), Alvin (gitar), dan Wilman (bass) membangung sebuah band.

Pada masa-masa awal band ini terbentuk, mereka mengcover sejumlah nomer milik Cocteau Twins dan My Bloody Valentine. Bahkan untuk sebuah nama band, mereka meminjam dari salah satu lagu milik Cocteau Twins dari album Milk and Kisses yang berjudul "Treasure Hiding".

Pemilihan nama untuk band bukan didasari tanpa sebab yang jelas. Mereka mengakui bahwa Treasure Hiding dapat berarti sebagai harta yang tersembunyi yang serta merta mencerminkan meski mereka terdiri dari para personil yang telah lama berkecimpung dalam dunia musik, namun masih merasa bahwa setiap karya yang dihasilkan harus terus digali kembali.

Beberapa nama dalam band ini adalah nama-nama yang dulu sempat malang melintang di skena indie lokal sejak era-Poster Cafe bersama band-band macam Glue dan Devotion.

Selayaknya band kebanyakan, perjalanan mereka tidak mulus begitu saja. Keluar-masuk personil turut pula mereka rasakan. Pada akhir 2013, Alvin memutuskan untuk hengkang dari band dan menyiskan empat personil lainnya.

Namun kejadian tersebut tidak membuat langkah mereka terhenti. Agustus 2013 lalu mereka merilis sebuah single berjudul "Kiss The Sky" via Soundcloud, yang diputar pula di beberapa stasiun radio.

Puncaknya, mereka berhasil merilis sebuah mini album dengan judul Sang Cahaya, berisi tiga track: "Sang Cahaya", "Into Nothingness", dan "Kiss The Sky". Yang berhasil mereka rilis bertepatan dengan perayaan hari valentine kemarin (14/2). (AL)

Selasa, 18 Februari 2014

Musik Orkestra di Bulan Penuh Kasih

Bagaimana komunitas musik tumbuh dan berkembang di Tanah Air kita? Komunitas-komunitas musik di Tanah Air ini tidak hanya mengajarkan musik klasik Barat yang baku, tetapi juga mengajarkan peserta didiknya mengenal dan menafsir kembali alunan musik tradisional dan kontemporer yang beraneka ragam. Tradisi pentas musik yang dihadiri masyarakat luas adalah salah satu bentuk laporan kepada publik tentang hasil dari kegiatan selama latihan.

Musical Prologue adalah konser tahunan yang diadakan oleh Autodidact Violin Community (AVC) Depok. Dengan mengambil momen Valentine sebagai salah satu pendukung diadakannya konser ini. Kebebasan berekspresi serta peningkatan kreativitas selama latihan telah merangsang para peserta didik menemukan gaya musik yang berbeda. Konser ini berusaha untuk menyampaikan maksud dari seorang komposer ataupun seorang tokoh yang dikemas melalui alunan musik orkestra.

Musical Prologue tahun 2014 ini adalah kedua kalinya konser musik yang diadakan AVC. Musical Prologue kali ini bertajuk “Let The Music Explain” dengan mengangkat kisah nyata dua insan yang sejak dari kecil hingga tumbuh dewasa, mereka tumbuh bersama mulai dari tempat tinggal yang berdekatan, sekolah yang sama, bermain, dsb. Dalam masa pertumbuhan itu sudah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, hanya saja mereka malu untuk mengungkapkan perasaan tersebut. Sampai suatu ketika Sang Pria, ingin mengungkapkan perasaannya. Akan tetapi disaat ia ingin mengungkapkan perasaannya, ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Sang Pria meninggal dunia. Hal ini membuat hancur perasaan Sang Wanita, bahkan kata-kata pun tidak mampu untuk menjelaskannya. Oleh karena itu, biarkan musik yang menjelaskan, kenangan suka maupun duka “Let The Music Explain”.

Konser Music yang telah dipersiapkan dari jauh-jauh hari ini, akan diselenggarakan pada hari minggu, tanggal 23 Februari 2014, pukul 19.00 WIB, di Teater Salihara, Jl. Salihara No. 16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Agung Saputra)

Jumat, 14 Februari 2014

For The Flames Beneath Your Bridge “LXX.VII”, CD (Avenue Road Records, 2010)

Begitu banyak rilisan-rilisan epik dalam negeri yang tidak tertangkap media, bahkan terdengar para pendengar. LXX.VII, adalah salah satu contohnya. Debut album dari chaostic hardcore / mathcore unit asal Jakarta ini sungguh akan membuat para pendengar berfikir dua kali untuk menganggap remeh band yang endorsement clothing line ternama ibu kota yang digandrungi anak muda. Dengan konsep seven deadly sins yang diangkat dari kitab Bible, mengingatkan kita akan dosa-dosa yang kita lakukan setiap hari pada lirik-liriknya. Sounds religious, huh? Who’s give a fuck, this guys crazy!

Diawali dengan lagu pembuka instrumental, “Annex”, yang bertugas untuk menjadi penyapa telinga pendengar. Band ini pun langsung menghantam pendengar dengan teriakan-teriakan Ekrig pada nomor “Luxurious Lust” dan “Gluttony”, melolong layaknya serigala ditengah malah. Dibalut dengan distorsi gitar dan drum yang cukup padat.

“My Pride Is The Greatest” dimulai dengan shredding guitar yang cukup cepat, bersamaan dengan brutalnya pukulan drum Abinara Savatri. Sang vokalis menyanyikan lagu tentang kebanggaan terlalu dipuja-puja. Distorsi gitar pada nomor ini pun memainkan riff-riff ala southern rock pada pertengahan lagu, yang mengingatkan akan Every Time I Die. For your info, lagu ini adalah lagu rename dari Vanity, lagu awal demo mereka yang cukup terkenal. Dan langsung di sambung dengan “Sloth” yang membawa riff yang melodik nan melankolis hingga nuansa kelam diakhir lagu.

Seperti kurang puas akan hasil pada track nomer satu, “Annexed” menjadi interlude pada album ini. Lanjut pada “Avaritia” yang cukup menampilkan sedikit perbedaan dari sebelum-sebelumnya. Banyak clean vocal sing-a-long yang diselipkan pada nomer ini. Dan tak lupa teriakan menggema dengan nada memohon pada detik-detik terakhir.

Dua lagu terakhir menjadi amunisi penghabisan akan serangan teriakan dan distorsi. Seluruh personel mengerahkan seluruh tenaga pada “I Am The Wrath” dan “Envy: The Rottenness of The Bones”. Mengakhiri betapa berhayanya album ini.

Dari segi lirik, Ekrig-lah dalang di balik semua kata-kata yang tertuang pada album ini. Penggemar berat dari Converge dan Thursday berhasil menulis lirik-lirik tepat dengan tema tujuh dosan mematikan tanpa menimbulkan unsur kristiani, bahkan dapat dilihat dari sudut pandang universal layaknya dua band kesayangannya tersebut. Ekrig such a genius man!

Tapi entah kenapa semenjak band ini menetaskan debut album dan bermain di beberapa gig 2011. Namanya sudah tak terdengar lagi. Selain beberapa personelnya yang cukup sibuk (sang vokalis mempunyai toko bisnis CD dan piringan hitam di daerah Kemang), dan juga kurangnya terdengar album mereka ke pendengar luas yang membuat band ini sangat underrated. (Haris Prbw)

For the fans of : Converge, The Chariot, Botch, The Number Twelve Looks Like You.

Video of Today: Indische Party - Hey Girl (Official Video)


Video clip teranyar milik unit garagerock asal Jakarta, Indische Party, berjudul "Hey Girl". Indische Party merilis debuat album self-titled pada pertengahan tahun lalu di bawah bendera label Demajors.

The Kuda: "Punk Juga Punya The Kuda, Emangnya Cewek Sexy Doang"

Hey siapa yang belum tau The Kuda? Ayoo ngacung. Sini kumpul-kumpul imoet dulu, tanya jawab menegangkan yang membuat sebuah komite perdamaian dunia terdecak kagum, aduh jadi pusing kenapa harus komite padahal gak penting juga. Langsung aja ya, 5 unit punk rock 70an asal kota “hujan” Bogor ini sudah malang melintang menggagahi gigs-gigs meriah di kota-kota besar. Sudah mengeluarkan EP di tahun 2011 yang dirilis juga oleh netlabel tersohor asal Yogyakarta yaitu Yesnowave. Ingin mengetahui lebih dalam tentang mereka ? Simak interview hangat bersama The Kuda, criinggg... (Fauzan)

Helo The Kuda apa kabar teranyarnya?
Halo... Kabar teranyar kita penuh sama rencana membuat rilisan sebanyak banyaknya. Take-take-take..rilis-rilis-rilis... Bersiap-lah. heheee... Kita bakal banyakin lagu berlirik bahasa Indonesia.

Boleh dikenalin The Kuda tuh siapa aja tciih?
The Kuda masih formasi dulu: Adipati (pokal), Idam (gitarz), Ahong (dram), Aanu (basz), & Jamur (gitars).

Kenapa dinamain The Kuda gak the rusa? Ceritain awal mula sejarah nya kebentuk orkes dumprak sumbawanya?
Awalnya kita ngasih nama Kebon Jahe. Itu nama tempat di Bogor yang jadi paporit anak-anak berburu barang-barang bekas. Yup, itu nama kawasan pasar loak yang kami cintai dan kagumi. Dan entah kenapa tiba-tiba Ahong bilang 'pake nama kuda aja', yang lain pun sontak entah kenapa untuk setuju. Ditambahin the biar gaya-gayaan aja.. hehehe...

Ngomong-ngomong dumprak sumbawa 77s rock band , bisa dijelasin maksudnya?
Dumprak tuh layaknya derap langkah kuda yang penuh power dan gagah. Kuda liar yang bebas tidak di tunggangi seperti kuda sumbawa. Yeahhh... Susu kuda liar yang fenomenal itu. Angka 77 keren-kerenan aja sok-sok-an semangat band-band liar di tahun 1977. Sudah ada angka 77 jadi gausah pake kata punk lagi. Aduhhh... ini cerita apa? jadi bingung...

Mystery Torpedo EP, bisa diceritain proses produksinya?
Prosesnya kita take live satu jam, pulang ng-take kita begadang di warnet temen buat numpang miksing. Kita miksing cuma pake headset yang udah jelek, sialan banget pokoknya. Besoknya kita puyeng buat bikin cover dan pekejing segala macem. Tiba-tiba kita liat ada majalah gadis edisi taun 90an, gak pake lama, langsung kita gunting tempel gambar-gambar dan kata-kata yang keren dan menakjubkan. Terus masternya kita potokopiin. Beli cd kosong patungan dan jadi deh. Kita buat dan melakukan apa yang kita suka, udah-sederhana.

Lirik The Kuda biasanya dibikin sama siapa? Inspirasinya dari mana aja?
Urusan lirik si Adipati yang bikin. Anak-anak yang laen aja bingung dia cerita apaan. Sok-sok-an bahasa Inggris segala. Ahh, dia mah inspirasinya wanita. Gak beda kaya band-band melayu.

Lagu "Hey Jansen" masuk jadi Ost. Film Rocket Rain, gimana tuh awal mula terjadi seperti demikian?
Awal mulanya gimana kita juga bingung. Tau-tau diajakin buat nyumbang lagu di Rocket Rain. Baiknya ditanyakan sama yang buat pilemnya deh awal mulanya, lupa. Hahahahaha...

Bisa diceritain sedikit tentang artwork The Kuda yang terpampang di 7th Asia Pacific Triennial of Contemporary Art Australia ?
Hehehe... Silahkan masuk ke website apt7. Disitu Indonesia yang diwakili oleh ruang rupa memilih The Kuda sebagai band Indonesia yang pernah ada di era 70an. Semua instalasi di sana dipersiapkan seakan-akan sungguhan, semacam hoax. Selama beberapa minggu pameran tersebut menyajikan segala sesuatu tentang The Kuda tidak hanya artwork, lagu, photo, alat-alat musik, sampai barang-barang pribadi milik para personil The Kuda. Panjang ceritanya. Jelasnya gimana, tanya aja sama ruang rupa tuh dalang nya.

Setelah split album dengan Gangrena Surf (Chili) dan Night Stalkers (Prancis), ada rencana split album lagi?
Wah, rencana sedang berlangsung sudah lama. Banyak banget pr (baca: pekerjaan rumah.red) dan hutang split sama band-band Indonesia dan bukan Indonesia.

Di taun kuda ini apakah rencana kalian? apakah album full The Kuda bakal segera direalisasikan? Kemaren katanya sempet ada sesuatu ganjalan ? Bisa di tell-tell ke kita?
Tahun ini kita bakal banyakin banyak rilisan. Rencana kita dulu, The Kuda bakal ngeluarin album sebanyak banyaknya. Sampe tua nanti. Ganjelan nya kita jarang konak aja. Lagi pada sibuk nyari duit buat hidup. Hehehe...

Apakah ada niatan untuk membuat lagu yang berdurasi lama?
Kita bikin lagu kebanyakan spontan. Nanti mungkin album kita bukan pnjang panjang lagu nya. Tapi banyak.

Bagaimana menurut The Kuda perkembangan scene hc/punk atau sejawatnya di kota asal (Bogor) ? Band Bogor apa yang direkomendasiin buat didenger pemirsyah ?
Scene di bogor menurut kita tetap asoy. Kita semua lahir di Bogor, dari kecil di Bogor. Semuanya keren-keren dah. Cuma sekarang-sekarang sudah gak rame kayak dulu. Ayoo dong rame-in lagi. Hehe... Band Bogor yang keren itu buat kita KLUB DJAHAT, band idola para kaula muda :*. Banyak deh band-band yang bagus di Bogor: Revolt, Let's Go, Adopta, Reidvoltus, Sex Sux, Eyeliner, Mary Ann, Cause, dan lain-lain.

Kegiatan The Kuda selain ngeband?
Kegiatan kita banyak, ada yang tukang oprek website, tukang serpis vespa, tukang disen, juragan keramik. Wkwkwkwk... Kita biasa nya kumpul-kumpul, liatin mbak-mbak sexy di sore hari, becanda, bir, bir, alkohol lagi, dll. Tapi kita belum pernah mandi bareng, BENERAN.

Apa yang the kuda tau tentang Lemari Kota Webzine?
Lemari kota webzine itu asoy. Informasi-informasi seputar punk, hc, dll nya dapet banget. Semoga terus ada sampe tua nanti. Jangan kayak webzine-webzine lain nya yang hilang tiba-tiba. "Punk juga punya media, emang nya lo doang" Kalo kita "Punk juga punya the kuda, emang nya cewe-cewe sexy doang".  hehe...

Mimpi basah pertama kalian umur berapa?
Kita gak mimpi basah, tapi kita mimpi di elus-elus sama basahin cewe-cewe, sampe crottttt, beuhhhh..

Kata kata terakhir untuk pemirsyah. Coba apa?
Tetap semangat, jangan lupain alkohol buat yang doyan minum, jangan lupain ngeband, nongkrong, semangat terus sampe tua.

Satu lagi ada bocoran nih. Kita bakal ngeluarin kaos terbaru bonus-nya album kita.

Makasih yah The Kuda. Sukses terus buat semuanya. Kita tunggu loh ya albumnya. Terima kasih The Kuda yang telah menginspirasi anak bangsa. loh? hehe..

Kamis, 13 Februari 2014

#youshouldknow | Indoriot dan Street Gigs Boper

Merunut catatan sejarah skena punk Kota hujan (baca: Bogor) tidak lengkap rasanya tidak menyebutkan unit punk rock kawakan bernama Indoriot. Pada awalnya band yang terbentuk pada tahun 2005 ini hanya sekedar genjrang genjreng tongkrongan di jalanan. Bila di ibaratkan, ini band unite dimana dari semua tongkrongan punk di Bogor hadir menjadi kolaboratornya, seperti Matahari, Selot, Salak, dan Telkom.

Formasi awal Indoriot, Mad mad mad (vocal) Oki (gitar, back vocal), Adul (gitar),Alm. Jacob (bass), Toge (drum), sempat masuk Boker ( gitar, vocal), dan formasi terkini yaitu Oki (vocal), Adul (gitar) Egi (gitar), Reza (bass), Toge (drum).

Indoriot adalah band yang hampir selalu tampil di street gigs Boper yang me”legenda”. Sedikit info tentang street gigs Boper di Bogor, street gigs ini diadakan setiap malam minggu dari tengah malam hingga menjelang subuh berada di depan toko roti bernama Bogor Permai. Acara yang dikerjakan secara kolektif, udunan dari seluruh performer, dengan etos DIY yang begitu kental, sayang karena terjadi kesalahpahaman dengan warga sekitar yang menimbulkan korban, gigs ini pun mati suri sampai saat ini.

Kembali ke Indoriot, unit punk rock kota hujan yang terinfluence oleh semua band band punk lokal dan mancanegara lintas genre ini sayangnya baru menelurkan satu buah di tahun 2011, berisi 4 tracks yang bebas unduh. Tapi kalian tidak perlu kawatir punk! Indoriot berencana merilis full album nya di tahun ini, sejauh ini progress nya baru sampai merekam drum, dikarenakan kesibukan dari masing- masing kolaborator. Mudah- mudah an target berjalan sesuai rencana ya guys,kita tunggu saja!

Ada hadiah nih kaya di tutup botol minuman soda, sebuah testimoni dan unduhan gretong, cuuuss
Hey indoriot, kesan-kesan tentang street gigs boper?
Street gigs boper???? Edan! Seru! Penuh kenangan hahahah. Satu wisata malam di bogor yang seharusnya gak pernah hilang dari kota ini, lebih murah dari lokalisasi, lebih bising dari club dugem. (Fauzan)


Link unduh:
http://www.mediafire.com/?nraqhutucmaz05l#1

Rabu, 12 Februari 2014

Interview: Modern Guns

Modern Guns adalah band melodic hardcore asal Depok yang saat ini menjadi buah bibir tak sedikit orang, berkat karya-karyanya yang gemilang. Band yang terbentuk tahun 2010 dan sempat bongkar pasang personil hingga satu tahun berikutnya ini, sedang menggarap debut mini album. Dan dalam interview ini Gaga (vokalis) akan menceritakan kelanjutan dari proyek debut mini album tersebut hingga berbagi pandangan soal gigs dan fashion dalam skena hardcore. So langsung saja kita simak bersama. (Reza)


Sebelum kita mulai interview ini tolong perkenalkan dulu siapa saja orang-orang di balik modern guns ini ? dan kesibukan kalian masing-masing ?
Saya sendiri Gaga (vocal) kesibukan saya kerja aja sebagai admin di sebuah clothing company di Jakarta. Calvin (guitar) mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Rendy (guitar) bekerja di salah satu printing company di Jakarta. Partanx (bass) pemain bass disalah satu band pop di Bali dan sekarang pindah ke Jakarta. Dan Edy (drum) drummer band pop asal Jakarta.

Ada band yang meng-influence kalian sehinggga membentuknya Modern Guns ?
Banyak band-band yang menginfluence kita dari lokal sampai luar, di antaranya Saints Never Surender, Continuance, More Than Life, dan Modern Life is War. Tapi bagi kami Thinking Straight adalah sebuah band yang sangat meng-influence MG, dan banyak hal-hal yang diajarkan mereka dari masalah me-ngeset sound waktu live, bagaimana cara memilih gear, dan bagaimana cara recording semua mereka ajarin ke kita.

Saya dengar dalam beberapa waktu dekat ini kalian akan merilis album
pertama, bisa tolong jelaskan dan sudah sejauh mana prosesnya ?
Sebenernya bukan album, EP sih kayanya karna di dalamnya cuma ada 6 lagu
waktu itu Adit (Thinking Straight) menawarkan untuk merelease album kita di label nya, GOLDEN YEARS RECORDS. Dan kita setuju, lalu pada bulan September kita mulai start recording.

Saya mendapat kabar kalau beberapa track di album kalian nanti juga akan diproses mixing disalah satu studio recording di perancis, bagaimana prosesnya ?
Ya album kita akan di mixing dan di mastering di Snapcut Studio di Nice, Prancis.
Begini ceritanya kenapa album kita bisa di mastering disana ? Kebetulan owner dari Snapcut Studio itu adalah vocalist dari Can't Bear This Party dan kebetulan lagi kita waktu itu main bareng sama dia di sebuah gigs di Pasar Segar Depok. Kita main sebelum mereka dan sehabis acara dia menanyakan "kalian sudah punya album?" tanya si vokalis itu. Dan saya menjawab "Yah album kami sedang dikerjakan, mungkin sebentar lagi selesai." dan dia bertanya lagi "lalu nanti albumnya mau di mixing di mana ?" dan saya menjawab "Belum tau. Mungkin sama teman kita di Malaysia." terus dia menjawab lagi "saya punya studio di sana (Prancis). Ini studio saya," dia mengeluarkan kartu namanya. Terus dia bilang gini "kalian mixing sama saya aja" terus saya menjawab "kira-kira biayanya berapa ?" Dan kami akhirnya mendapatkan sebuah kesepakan dan kami memutuskan untuk mixing dan mastering di sana.

Saya sangat suka lagu kalian “1939” bisa ceritakan tentang lagu ini ? Liriknya tentang apa sih ? dan Siapa yang membuat lagu ini ?
Lagu "1939" itu yang buat Partanx. Lagu itu menceritakan tentang kebencian terhadap kebohongan-kebohongan dan konspirasi yang banyak di buat oleh mereka yang menganggap diri mereka pahlawan dengan cara membodohi para manusia untuk melakukan semua hal-hal yang menyenangkan mereka dengan cara memecah persatuan dan menimbulkan peperangan antar sesama.

Seberapa penting sih suatu rilisan fisik menurut kalian ?
Bagi kami rilisan fisik sangat penting karna salah satu tujuan kami nge-band selain senang-senang dan hobi, adalah mempunyai rilisan fisik.

Ada niat untuk promo tour untuk debut album pertama kalian nanti ? Kalau ada kota mana saja sih yang kalian ingin singgahi ?
Kita sangat pengen main di Kediri, Semarang, Sidoarjo mungkin akan kita sambangi kota-kota itu setelah album kita release nanti. Mungkin akan menyusul kota2 di indonesia lainnya .

Seiring perjalanan waktu, ada beberapa band hardcore yang lebih aktif bermain di event besar (seperti Pensi dan sejenisnya) dibandingkan di acara teman-teman sendiri (gigs). Apa pendapat kalian?
Mungkin bagi kita main di stage besar adalah sebuah tantangan dan main di gigs juga sangat menyenangkan. Bagi kita untuk band-band yang main di event besar bukan suatu masalah semua tergantung pada individu band itu masing-masing. Kalau mereka main di event besar ok-ok saja dan jika menolak main di event besar ya gak apa-apa juga. Saya percaya masing-masing band pasti punya visi, misi dan comitment bersama. Semua keputusan yang mereka ambil pasti punya alasan.

Tanggapan kalian mengenai fenomena band modern hardcore yang banyak bermunculan saat ini ?
Kami sangat senang dengan banyaknya band-band melodic hc bermunculan di scene Indonesia sekarang karna bagi saya memainkan musik hardcore yang berbeda akan menambah warna di scene kita sekarang ini.

Tentang gaya dan busana Jaket hoodie, celana pendek dan sepatu,  ketiga barang ini seakan menjadi fashion yang wajib di pakai oleh beberapa scanester untuk datang ke gigs hardcore/punk, apakah fashion begitu penting di scene hardcore/punk ?
Bagi saya sejujurnya musik itu gak bisa jauh dari jauh fashion. Musik itu saling connect dengan fashion dan fashion di musik itu adalah salah satu identitas bagi pelaku di scene tersebut.
itulah perspective saya mengenai fashion di scene tapi argument saya bisa saja salah.

Banyak band yang mengalami pembajakan merchandise oleh distro/toko merchandise saat ini, yang membuat baju sebuah band tanpa izin terlebih dahulu oleh band tersebut ,apakah kalian pernah mengalami hal seperti ini ? dan seberapa penting sih merchandise untuk kalian ?
Kami pernah mengalami nya dan kami menegur secara halus aja dan akhirnya orang tersebut pun mengerti. Bagi kita sebuah merch sangat lah penting, karna dari situlah kita bisa mebiayai recording album dan untuk biaya tour tapi pada akhirnya tetep harus patungan juga hahaha

Terima kasih untuk waktunya sukses untuk album kalian nanti iyaa hehehe
Thank you lemari kota yang sudah interview kita. Jangan kapok-kapok yah hahahha

Senin, 10 Februari 2014

Thursdayriot Lebih Dewasa Di Single Terbaru

Photo by Thursdayriot doc.
“Kalian masih tetap konsisten dan cukup dewasa!” – Yuki Karinding Attack
“Sesi clean vocal nya terdengar asing, tapi secara keseluruhan cukup baik” – Abah Sani ‘Jeruji’

Setelah penantian beberapa lama, pada akhirnya single ini dapat rilis. Di selang pengumpulan dan produksi materi debut album, kami memutuskan untuk merilis single ini terlebih dahulu. Beberapa desakan untuk kembali bangkit setelah mengalami vakum lebih dari setahun menjadi salah satu alasan kami untuk merilis single ini terlebih dahulu. Proses produksi single ini sendiri memakan waktu hampir sebulan dan dikerjakan di studio Masterplan oleh Aji ‘Goodboy Badminton’ dan juga melalui proses mastering di studio pribadi milik drummer kami, Iqbal.

Pendewasaan terjadi pada musik baru Thursdayriot dimulai dari riff guitar, ritme bahkan warna musik. Selain itu juga, kesegaran musik turut dipengaruhi oleh Iqbal yang mengisi posisi drummer di awal 2013. Namun begitu, secara lirikal tidak begitu bergeser karena masih berada pada bahasan isu sosial dan sekelilingnya. Cukup banyak musik yang mempengaruhi materi Thursdayriot saat ini, dari mulai Trivium, As I Lay Dying, Megadeth, KSE sampai ke Trap Them dan Corrosion of Conformity. Secara lirikal sendiri, Escape from North ini lebih bercerita mengenai penentangan akan tirani berkepanjangan di Korea sebelah Utara.

Dengan lahirnya kembali single ini, kami berharap ini menjadi awal baru dan juga pembuktian bahwa distorsi kami masih terdengar nyaring. Kami anggap beberapa pengalaman pahit di masa lalu seperti batalnya tur dan kontrak dengan salah satu label rekaman asal Malaysia kemarin menjadi pelajaran tersendiri bagi kami. Di tahun 2013 ini, setelah single ‘Escape from North’ rilis, mini album kami direncanakan akan rampung di akhir tahun ini.

https://soundcloud.com/thursdayriotid/escape-from-the-north

Limerence Rilis Video Footage Untuk Lagu "A Story To Tell"

Photo by Limerence doc.
Limerence, modern/melodic hardcore dari Depok merilis sebuah video footage untuk lagu berjudul "A Story to Tell".

Sementara itu, dikabarkan pula mereka sedang mempersiapkan debut mini album yang rencananya akan dirilis oleh Optical Records. Soal kepastian kapannya, belum ada konfirmasi lebih lanjut soal itu. (AL)


Minggu, 09 Februari 2014

Zaggle Griff Rilis Single Kedua Dari Album Debut 'Cold Sun'

Band alternative-rock/Garage-rock asal Bandung, Zaggle Griff, yang pada September 2013 lalu merilis debut album bertajuk Cold Sun di bawah naungan Demajors, baru saja meluncurkan sebuah single kedua berjudul "The Sun Behind The Rain".

Sebuah lagu berdurasi empat menit lebih yang sarat akan distorsi dan tempo yang tidak terlalu terburu-buru. Dalam lagu tersebut, mereka menyoroti soal gejolak jiwa pasca peristiwa perpisahaan dari sebuah hubungan:

Ada saatnya di mana kita berdiri di atas hubungan yang rapuh, seakan siap menyerah begitu saja terhadap perasaan yang telah lama terbangun, namun berakhir dengan begitu dingin. Setelah ratusan kenangan yang dilewati bersama, kini hanya menjadi mimpi buruk yang ingin dilupakan. Tetapi pahitnya perpisahan seketika hilang sesaat sesosok idaman datang dengan tiba-tiba dan mencuri perhatian layaknya gaya gravitasi, di mana manusia tiada kuasa untuk menolak, apalagi melawannya. 
Hanya dari pandangan mata, berhasil mencuri hati sedari awal. Hati yang sebelumnya ibarat langit yang gelap tertutup oleh tirai hujan, seketika menjadi cerah. Mulai saat itu, semuanya terasa lebih terang dan jelas arahnya, seakan dia adalah cahaya yang keluar dari sela-sela hujan, mencoba menjadi cahaya yang menerangi gelap.

Single kedua tersebut bisa kalian dengar di sini:


Zaggle Griff sendiri digawangi oleh Garzibaldi (vokal/gitar), Dinaltri (gitar), Azhar (bass), dan Jordi (drums). Empat pemuda yang menjadikan Arctic Monkeys, The Kooks, Black Rebel Motorcycle Club, dan Kings of Leon sebagai bagian dari pengaruh bermusik mereka. (AL)

Let's Go Mengumumkan Akan Kembali Rilis Mini Album Terbaru

Belum hilang dari ingatan perihal bagaimana Let's Go merilis debut mini albumnya beberapa waktu lalu di bawah bendera label Alternaive. Kini, kuartet hardcore asal Bogor tersebut sudah bersiap dengan mini album terbaru.

Saat ini band yang terbentuk 2013 lalu sedang berada dalam studio guna merekam empat lagu demi kebutuhan mini album tersebut. Di mana keempat lagu tersebut masing-masing adalah dua lagu lama dan dua lagu milik band lawas asal Bogor yang mereka aransemen ulang. Mini album yang akan datang nanti ialah sambungan dari lirik lagu mereka berjudul "The Story", yang mana lagu tersebut adalah bagian dari debut mini album sebelumnya. (AL)

https://letsxgo.bandcamp.com/

Sabtu, 08 Februari 2014

Sailboat Records Rilis Debut Solo Hikari Todo

Album The Joys In Not Knowing di tulis dan direkam sepanjang tahun 2013, EP ini adalah album yang juga projekan curhatan emosi-nya emil. Hangat dan menyakitkan, dua kata yang bisa kita mendeskripsikan album berisi enam lagu ini. Album ini menunjukkan kemampuan musikal emil jika dilihat dari album EP sebelumnya yang dirilis pertengahan tahun 2012. This is no nonsense melodic atmospherical music with 6 tracks just hitting the 15 minutes mark.

CD The Joys In Not Knowing hanya dirilis terbatas sebanyak 100 buah, setiap CD, di tulis tangan 1 sampai 100. Walaupun rilisan ini cukup sedikit dalam jumlah, namun ini adalah rilisan terbanyak Sailboat Records sampai saat ini. CD dijual seharga Rp.35.000,- (atau US$ 5 untuk internasional).

Jika ingin order CD EP The Joys In Not Knowing, email kita di: sailboatrecords@hotmail.com, atau message di facebook page kita (https://www.facebook.com/sailboatrecords), or mention kita di @sailboatrecords. Or untuk yang lebih personal bisa SMS +62 856 9216 5944 or BBM 75E6016f.

tenang! versi digital download Sailboat Records tetap gratis! pergi ke bandcamp kita (www.sailboatrecords.bandcamp.com), klik "Name Your Price" di rilisan, ketik '0' di ketika diminta jumlah yang ingin dibayar, however donations are very much welcomed.

listen now here: http://sailboatrecords.bandcamp.com/album/the-joys-in-not-knowing