Insomnoise adalah band yang terbentuk di kota metropolitan tepatnya Jakarta, Indonesia dan mengusung genre Shoegaze, genre yang telah merambah permusikan dunia sejak tahun 80-90an. Dankini Jakarta telah menelurkan sebuah project shoegaze yang menetaspada akhir 2014 lalu, terinfluence dari My Bloody Valentine, Slowdive, Dan band band pengusung genre alt rock lainnya.
Tepat pada bulan februari 2016 ini, mereka telah menyelesaikansingle pertama yang bertitle "100 Days" dengan durasi 04:31 dan direkam di suatu Home Recording Chrysocolla Record dengan format Donald Mauls [Vocal], Alwi [Gitar], Ronald [Gitar], dan drum di isi oleh Paul.
Rupanya single pertama ini menjadi pintu gerbang menuju EP album yang akan rilis di pertengahan tahun 2016 dengan title yang sama seperti single pertama ini yaitu "100 Days". Kemungkinan untuk track selanjutnya mereka akan mengisi lineup yang kosong seperi bass.
Tampilkan postingan dengan label You Should Know. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label You Should Know. Tampilkan semua postingan
Selasa, 16 Februari 2016
Senin, 15 Februari 2016
#youshouldknow | My Secret Identity: Penyegar Scene Indie Pop Kota Hujan
Pernah ada suatu masa dimana scene musik independen Bogor sangat berwarna dan variatif. Masa yang sangat indah bagi saya kala itu yang masih berseragam SMA. Gelaran demi gelaran lokal Bogor disambangi untuk memuaskan dahaga saya akan musik. Saya masih ingat bagaimana dibuat tercengang oleh band-band seperti Douet Mauet’s, The Safari, Her Spring Holiday, Daylight, The Nova, Elora, dan tak terkecuali My Secret Identity. Kehadiran mereka pada pertengahan 2000-an merupakan sebuah anomali di tengah kukungan scene musik Bogor yang hingar bingar oleh musik Metal dan Punk. Saya merasa sangat beruntung bisa menikmati era kejayaan Indie Pop/Indie Rock/Alternatif Bogor saat itu.
Kembali ke masa sekarang, apa yang anda pegang saat ini adalah buah karya dari salah satu eksponen Indie Pop/Indie Rock/Alternatif Bogor era 2000-an, My Secret Identity. Terbentuk pada tahun 2004, My Secret Identity memang bukan band pertama yang memainkan musik Indie Pop di Bogor, mereka tidak pernah wara-wiri secara masif di setiap pagelaran musik, tetapi mereka adalah salah satu penanda keberadaan musik Indie Pop di Bogor, salah satu yang bertahan hingga saat ini walaupun bongkar pasang personil harus dilakukan dan hanya menyisakan Ricky Hendriansyah sang vokalis sebagai satu-satunya member orisinil. Mereka adalah salah satu yang paling siginikan dan tepat untuk menggambarkan bagaimana seharusnya musik Indie Pop dimainkan; muram, hangat, bersahaja, dan naif, hal ini dapat anda dengar pada “Bittersweet and Those In Between”.
Sebagai sebuah album penuh, “Bittersweet and Those In Between” adalah penyegar di tengah ‘kekeringan’ yang melanda scene Indie Pop/Indie Rock/Alternatif Bogor. Corak sound Indie Pop yang mereka suguhkan menyiratkan perasaan lega, bagai sebuah pelukan di tengah rutinitas yang dingin dan mencekik. Dilain waktu, lirik gelap mereka hadirkan tanpa harus terkesan ‘sakit’ dan menjadi ‘pesakitan’, nuansa yang mereka bangun begitu elegan dan tidak murahan. Ada suatu sisi yang tanpa sadar mengingatkan kita akan era 90-an yang romantis dan naïf secara bersamaan, juga bauran akustik teduh dengan vokal lembut sedikit berbisik. Ada banyak perwujudan dalam vokal Ricky yang sedikit muram, terkadang ia bisa dingin juga hangat dalam satu waktu dalam menyampaikan kegelisahannya, pun diperkuat oleh pola aransemen yang sangat mendukung terciptanya hal tersebut. Perasaan sentimentil yang muncul setelah mendengarkan album ini merupakan bonus spesial yang manis untuk dinikmati, istilah “lemesin aja jangan dilawan” mungkin cocok untuk mendeskripsikan perasaan ini. Berisikan 7 lagu baru, 2 lagu lama, dan 1 lagu cover version dari grup chiptune/bitpop Bogor Turbo Blip, “Bittersweet and Those In Between” bagai seorang kawan lama yang datang kembali dan menjadi bijak setelah 11 tahun ditempa pengalaman. Album ini adalah awal baru bagi My Secret Identity untuk terus bertahan dan tak tergerus zaman, untuk sekali lagi menjadi anomali di tengah kukungan rasa bosan.
“Mencoba meng-eksplor sound-sound gitar diluar tradisi sound gitar ciri khas mySecretidentity yang kental dengan ambient, menjadi tantangan tersendiri. Hasilnya cukup menyegarkan, semoga” ujar Ade Pujarama gitaris.
“Karakter yang berusaha dibangun tidak lagi dibalut dengan nuansa yang melulu gloomy, lebih dinamis, utuh. Inginnya penikmat album kami masing-masing punya satu lagu favorit yang berbeda” imbuh Adi Adriadi gitaris.
“Sebagai personil baru otomatis ada pengaruh baru yang saya bawa. Meski demikian, lagu-lagu band ini sangat familiar ditelinga, sehingga dalam waktu yang singkat bisa saya terjemahkan dan nikmati” sedikit menambahkan Billy Irian penabuh drums.
“Lebih dari 3 tahun bukan waktu yang sebentar. Selama proses produksi semangat kami memang naik turun, apalagi masing-masing personil lumayan sibuk, kami sempat pesimis. Sekarang produksi telah selesai dan hasil materi-materi pilihan yang kami masukkan kedalam album menjadikan semuanya sepadan” ujar Indra bassist.
“Selama Ricky masih menjadi vokalis band ini, saya rasa suara apapun yang menjadi musik dalam lagunya, band ini tak akan kehilangan akar. Sangat bersemangat untuk menggarap album-album kami berikutnya. Beberapa lagu baru sudah kita siapkan” ujar Resky, Synthesizer/Keys.
“Album ini ialah manifestasi sebuah perjalanan yang dirintis bersama kawan-kawan terdekat sejak tahun 2004. Sebuah album perdana yang sangat personal nilainya bagi saya. Terlepas dari segala kekurangannya, ada perasaan lega yang menyelimuti. Seperti menemukan kembali mainan kesayangan yang hilang” ujarnya sambil tersenyum Ricky, Vokal/Gitar.
My Secret Identity merupakan band Indie pop asal Bogor yang berdiri pada tahun 2004. Album yang diberi judul “Bittersweet and Those in Between” ini merupakan rangkuman dan rekam jejak dari karya-karya mereka setelah 12 tahun malang melintang di scene musik lokal. Proses perekaman album ini berjalan cukup lama dan memakan waktu 3 tahun lamanya dikarenakan kesibukan masing-masing personelnya, formasi teranyar dari grup ini antara lain: Ade Pujarama (Gitar), Adi Adriadi (Bass), Billy Irian (Drums/Percussions), Indra (Gitar/Bass Gitar), Resky Machyuzar (Synthesizer/Keys), Ricky Herdiansyah (Vokal/Gitar). “Bittersweet And Those In Between” dirilis dalam format kaset pita dan cakram padat oleh Tromagnon Records.(tahu88)
Kembali ke masa sekarang, apa yang anda pegang saat ini adalah buah karya dari salah satu eksponen Indie Pop/Indie Rock/Alternatif Bogor era 2000-an, My Secret Identity. Terbentuk pada tahun 2004, My Secret Identity memang bukan band pertama yang memainkan musik Indie Pop di Bogor, mereka tidak pernah wara-wiri secara masif di setiap pagelaran musik, tetapi mereka adalah salah satu penanda keberadaan musik Indie Pop di Bogor, salah satu yang bertahan hingga saat ini walaupun bongkar pasang personil harus dilakukan dan hanya menyisakan Ricky Hendriansyah sang vokalis sebagai satu-satunya member orisinil. Mereka adalah salah satu yang paling siginikan dan tepat untuk menggambarkan bagaimana seharusnya musik Indie Pop dimainkan; muram, hangat, bersahaja, dan naif, hal ini dapat anda dengar pada “Bittersweet and Those In Between”.
Sebagai sebuah album penuh, “Bittersweet and Those In Between” adalah penyegar di tengah ‘kekeringan’ yang melanda scene Indie Pop/Indie Rock/Alternatif Bogor. Corak sound Indie Pop yang mereka suguhkan menyiratkan perasaan lega, bagai sebuah pelukan di tengah rutinitas yang dingin dan mencekik. Dilain waktu, lirik gelap mereka hadirkan tanpa harus terkesan ‘sakit’ dan menjadi ‘pesakitan’, nuansa yang mereka bangun begitu elegan dan tidak murahan. Ada suatu sisi yang tanpa sadar mengingatkan kita akan era 90-an yang romantis dan naïf secara bersamaan, juga bauran akustik teduh dengan vokal lembut sedikit berbisik. Ada banyak perwujudan dalam vokal Ricky yang sedikit muram, terkadang ia bisa dingin juga hangat dalam satu waktu dalam menyampaikan kegelisahannya, pun diperkuat oleh pola aransemen yang sangat mendukung terciptanya hal tersebut. Perasaan sentimentil yang muncul setelah mendengarkan album ini merupakan bonus spesial yang manis untuk dinikmati, istilah “lemesin aja jangan dilawan” mungkin cocok untuk mendeskripsikan perasaan ini. Berisikan 7 lagu baru, 2 lagu lama, dan 1 lagu cover version dari grup chiptune/bitpop Bogor Turbo Blip, “Bittersweet and Those In Between” bagai seorang kawan lama yang datang kembali dan menjadi bijak setelah 11 tahun ditempa pengalaman. Album ini adalah awal baru bagi My Secret Identity untuk terus bertahan dan tak tergerus zaman, untuk sekali lagi menjadi anomali di tengah kukungan rasa bosan.
“Mencoba meng-eksplor sound-sound gitar diluar tradisi sound gitar ciri khas mySecretidentity yang kental dengan ambient, menjadi tantangan tersendiri. Hasilnya cukup menyegarkan, semoga” ujar Ade Pujarama gitaris.
“Karakter yang berusaha dibangun tidak lagi dibalut dengan nuansa yang melulu gloomy, lebih dinamis, utuh. Inginnya penikmat album kami masing-masing punya satu lagu favorit yang berbeda” imbuh Adi Adriadi gitaris.
“Sebagai personil baru otomatis ada pengaruh baru yang saya bawa. Meski demikian, lagu-lagu band ini sangat familiar ditelinga, sehingga dalam waktu yang singkat bisa saya terjemahkan dan nikmati” sedikit menambahkan Billy Irian penabuh drums.
“Lebih dari 3 tahun bukan waktu yang sebentar. Selama proses produksi semangat kami memang naik turun, apalagi masing-masing personil lumayan sibuk, kami sempat pesimis. Sekarang produksi telah selesai dan hasil materi-materi pilihan yang kami masukkan kedalam album menjadikan semuanya sepadan” ujar Indra bassist.
“Selama Ricky masih menjadi vokalis band ini, saya rasa suara apapun yang menjadi musik dalam lagunya, band ini tak akan kehilangan akar. Sangat bersemangat untuk menggarap album-album kami berikutnya. Beberapa lagu baru sudah kita siapkan” ujar Resky, Synthesizer/Keys.
“Album ini ialah manifestasi sebuah perjalanan yang dirintis bersama kawan-kawan terdekat sejak tahun 2004. Sebuah album perdana yang sangat personal nilainya bagi saya. Terlepas dari segala kekurangannya, ada perasaan lega yang menyelimuti. Seperti menemukan kembali mainan kesayangan yang hilang” ujarnya sambil tersenyum Ricky, Vokal/Gitar.
My Secret Identity merupakan band Indie pop asal Bogor yang berdiri pada tahun 2004. Album yang diberi judul “Bittersweet and Those in Between” ini merupakan rangkuman dan rekam jejak dari karya-karya mereka setelah 12 tahun malang melintang di scene musik lokal. Proses perekaman album ini berjalan cukup lama dan memakan waktu 3 tahun lamanya dikarenakan kesibukan masing-masing personelnya, formasi teranyar dari grup ini antara lain: Ade Pujarama (Gitar), Adi Adriadi (Bass), Billy Irian (Drums/Percussions), Indra (Gitar/Bass Gitar), Resky Machyuzar (Synthesizer/Keys), Ricky Herdiansyah (Vokal/Gitar). “Bittersweet And Those In Between” dirilis dalam format kaset pita dan cakram padat oleh Tromagnon Records.(tahu88)
Kamis, 04 Februari 2016
#youshouldknow | Mutombo: Band Indie Rock Jakarta Bernuansa 90an
Joko Wiryawan (gitar) memiliki banyak materi lagu yang selama ini terpendam bertahun-tahun dan belum juga dieksekusi menjadi sebuah karya. Hal tersebut ia akui lantaran belum menemukan bandmate yang tepat. Barulah pada akhir 2015 di sebuah kamar yang terletak dibilangan Jakarta, bersama dengan Anto F. Rachman (bass) mulai berlatih bersama dan disusul oleh masuknya Budi Triyadi (Drum). Dari sanalah cikal bakal Mutombo lahir sebagai band.
"Kita teman kecil kebetulan. Baru ngeband sekarang tapi," ungkap mereka.
Proses kreatif mereka tergolong cepat, akhir tahun terbentuk, langsung menggarap mini album. Alhasil pada awal Februari 2016, mereka merilis Dreadfully Yours yang bisa kalian unduh gratis melalui akun soundcloud ataupun bandcamp. Terdapat lima lagu bernuansa indie rock 90-an, seperti Yo La Tengo, Sebadoh, Pavement, dan band sejenisnya.
Silahkan dengar dan download mereka melalui link di bawah ini, mari kita bernostalgia bersama. Oh yah, mereka belum pernah manggung. Tolong jangan ragu untuk mengundang mereka tampil. (AL)
"Kita teman kecil kebetulan. Baru ngeband sekarang tapi," ungkap mereka.
Proses kreatif mereka tergolong cepat, akhir tahun terbentuk, langsung menggarap mini album. Alhasil pada awal Februari 2016, mereka merilis Dreadfully Yours yang bisa kalian unduh gratis melalui akun soundcloud ataupun bandcamp. Terdapat lima lagu bernuansa indie rock 90-an, seperti Yo La Tengo, Sebadoh, Pavement, dan band sejenisnya.
Silahkan dengar dan download mereka melalui link di bawah ini, mari kita bernostalgia bersama. Oh yah, mereka belum pernah manggung. Tolong jangan ragu untuk mengundang mereka tampil. (AL)
Selasa, 02 Februari 2016
#youshouldknow | Doctrine Clone: Duo Grindcore Bahaya Kota Hujan
Pengaruh yang terkloning! Begitu kira-kira bila di bahasa indo kan, sebuah grup bebunyian penuh distorsi berformat duo asal Bogor. Doctrine Clone adalah Dimas memainkan gitar sambil bernyanyi dan Rian menabuh drum pun sambil bernyanyi, kebayang kan walaupun cuman berdua tapi rame gitu, dua-dua nyanyi, teriak-teriakan pula hihi. Mereka berdua LDR an nih, karena dimas study di Bandung sedangkan Rian di Bogor, dan sebentar lagi Rian pun bakalan cabut karena pekerjaannya sebagai pelaut, makin LDR aja mereka. Makanya nih akhir-akhir ini mereka lagi rajin-rajinnya main di gigs, dan lagi nyicil-nyicil rekaman sebelum Rian berangkat. Mereka berdua sebelumnya sempet gabung di band punk rock bernama Chaos Anarchy, sekitar tahun 2005/2006 an gitu. Posisi mereka sama-sama main drum dan gitar setelah itu, tahun 2009 Rian pindah ke Pontianak dan membentuk band juga disana bernama Disculture. Akhirnya bertemu Dimas kembali akhirnya membentuk si Doctrine Clone ini.
Berawal dari kejenuhan monotonnya hidup mereka, takut menjadi introvert, dan band merupakan pelarian yang cuco buat mereka, asoy! Ketukan drum ala Extreme Noise Terror, riff gitar yang gaspol, sludgy, raw raw gimana gitu,eh gimana sih? Hehe, ditambah dengkingan noise ala Man is the Bastard merupakan deskripsi yang cocok buat musik Doctrine Clone. Mereka juga udah buat beberapa merchandise, kalau mau mesen bisa dikunjungi fanpage facebook nya ketik aja Doctrine Clone, gitu. Bentar lagi juga mereka bakalan rilis ep yang dinaungi oleh label asal Batam, S.O.N Records, dalam format kaset.
Nah seperti yang udah saya sebutin di atas, mereka juga bakalan rekaman lagi sebelum kepergian Rian buat rencana full album nya Grind made Eruption bisa kalian dengerin di bandcamp mereka. Sebuah track berbahaya, juga menjadi satu alesan kenapa band ini dibentuk, sugoy! Eh dari perbincangan saya sama mereka, si Rian ini minta didoain jadi nakhoda, bukan naekhonda ya, biarpun irit sih, tapi boong iritnya, asli. Kalo si Dimas ini lagi mau pameran kebetulan dia tukang gambar gitu, minta doa juga supaya sukses pamerannya. Kenapa pada minta doa gini ya? Oh ya saya lupa genre mereka kan Grindoacore! Hihi. (Fauzan)
Berawal dari kejenuhan monotonnya hidup mereka, takut menjadi introvert, dan band merupakan pelarian yang cuco buat mereka, asoy! Ketukan drum ala Extreme Noise Terror, riff gitar yang gaspol, sludgy, raw raw gimana gitu,eh gimana sih? Hehe, ditambah dengkingan noise ala Man is the Bastard merupakan deskripsi yang cocok buat musik Doctrine Clone. Mereka juga udah buat beberapa merchandise, kalau mau mesen bisa dikunjungi fanpage facebook nya ketik aja Doctrine Clone, gitu. Bentar lagi juga mereka bakalan rilis ep yang dinaungi oleh label asal Batam, S.O.N Records, dalam format kaset.
Nah seperti yang udah saya sebutin di atas, mereka juga bakalan rekaman lagi sebelum kepergian Rian buat rencana full album nya Grind made Eruption bisa kalian dengerin di bandcamp mereka. Sebuah track berbahaya, juga menjadi satu alesan kenapa band ini dibentuk, sugoy! Eh dari perbincangan saya sama mereka, si Rian ini minta didoain jadi nakhoda, bukan naekhonda ya, biarpun irit sih, tapi boong iritnya, asli. Kalo si Dimas ini lagi mau pameran kebetulan dia tukang gambar gitu, minta doa juga supaya sukses pamerannya. Kenapa pada minta doa gini ya? Oh ya saya lupa genre mereka kan Grindoacore! Hihi. (Fauzan)
Minggu, 17 Januari 2016
#youshouldknow | taRRkam: Kampung, Minim Aturan, dan Tanpa Kelas
Geliat skena hardcore/punk di Indonesia, khususnya Jakarta nyaris tak pernah sepi dalam beberapa tahun terakhir. Selalu ada nafas baru yang menderu di dalamnya. Entah yang hanya sekedar mengajak bernostalgia, menawarkan sound baru, ataupun hanya "numpang lewat". Lantas bagaimana dengan band asal Jakarta satu ini ? taRRkam namanya.
Dimulai dari obrolan antara Ape (vokal) dengan Epan (gitar) seputar band favorit di sebuah gigs, yang ternyata keduanya menemukan kecocokan. Ape lantas mengusulkan untuk membuat sebuah band bersama Epan dengan mengajak Haryo (bass) dan Bagas (drum). "Yang emang sudah temenan lama sama saya. Bisa dibilang ini memang band tongkrongan," ujar Ape.
Dari situlah kemudian terbentuknya taRRkam sebagai sebuah band. Yang Ape akui, dibentuk lantaran kualitas vokalnya tidak sebagus Glenn Fredly. "Makanya saya bikin band punk," celetuknya. Lain dengan Epan yang menganggap terbentuknya taRRkam sebagai sebuah suratan takdir yang harus ditempuh demi kesehatan jiwa juga raganya. Sementara Haryo yang sebelumnya mengikuti les gitar merasa sayang apabila ilmunya tidak dipraktikan, walaupun pada kenyataannya ia menjadi pemain bass di band ini. Di antara mereka mungkin yang paling sederhana ialah Bagas, tidak ada alasan khusus kenapa ia bergabung dengan taRRkam selain hanya ingin bermain musik.
Dimulai dari obrolan antara Ape (vokal) dengan Epan (gitar) seputar band favorit di sebuah gigs, yang ternyata keduanya menemukan kecocokan. Ape lantas mengusulkan untuk membuat sebuah band bersama Epan dengan mengajak Haryo (bass) dan Bagas (drum). "Yang emang sudah temenan lama sama saya. Bisa dibilang ini memang band tongkrongan," ujar Ape.
Dari situlah kemudian terbentuknya taRRkam sebagai sebuah band. Yang Ape akui, dibentuk lantaran kualitas vokalnya tidak sebagus Glenn Fredly. "Makanya saya bikin band punk," celetuknya. Lain dengan Epan yang menganggap terbentuknya taRRkam sebagai sebuah suratan takdir yang harus ditempuh demi kesehatan jiwa juga raganya. Sementara Haryo yang sebelumnya mengikuti les gitar merasa sayang apabila ilmunya tidak dipraktikan, walaupun pada kenyataannya ia menjadi pemain bass di band ini. Di antara mereka mungkin yang paling sederhana ialah Bagas, tidak ada alasan khusus kenapa ia bergabung dengan taRRkam selain hanya ingin bermain musik.
Sabtu, 16 Januari 2016
#youshouldknow | Meracau: Kegilaan Bernostalgia Dengan Hardcore 80's
Kesepakatan empat orang untuk membentuk sebuah band dalam meciptakan suatu penyegaran dalam bermusik akhirnya terbuahkan. Didasari atas kekendoran jadwal latihan, main, sampai lamanya proses perilisan album dari band asli masing-masing personilnya, yaitu Abi (Losershead), Riki (Losershead), Nyobi (Just For Today) dan Demes (Just For Today). Kesibukan personil dari masing-masing band sebelumnya itu membuat Abi (Vocal), Nyobi (Gitar), Riki (Drum) dan Demes (Bass) sepakat untuk membuat band baru yang diyakini bisa produktif untuk terus menciptakan karya baru tanpa batasan waktu. Hal ini dilakukan demi hasrat untuk menuangkan eksplorisasi mereka dalam bermusik yang belum tersalurkan.
Nama Meracau diambil dari kata racau yang bermakna mengigau atau sedang kacau selayaknya orang yang mabuk, dengan maksud ingin membuat pendengar masuk kedalam atmosfer cheotic dalam penyajian karya dan penampilan aksi panggung mereka.
Genre yang dipilih merupakan keinginan untuk mencoba mengangkat kembali Hardcore di era 80s, menumbuk menjadi satu mulai dari Minor treat, Black Flag, Bad Brain, dan Ramones. konsep lirik dari karya yang sedang digarap mereka saat ini di tulis dari kegelisahan yang timbul di keseharian mereka, dibawakan dengan gaya kritis menyindir dan teresan sedikit slengean. (Demes Febrian)
Nama Meracau diambil dari kata racau yang bermakna mengigau atau sedang kacau selayaknya orang yang mabuk, dengan maksud ingin membuat pendengar masuk kedalam atmosfer cheotic dalam penyajian karya dan penampilan aksi panggung mereka.
Genre yang dipilih merupakan keinginan untuk mencoba mengangkat kembali Hardcore di era 80s, menumbuk menjadi satu mulai dari Minor treat, Black Flag, Bad Brain, dan Ramones. konsep lirik dari karya yang sedang digarap mereka saat ini di tulis dari kegelisahan yang timbul di keseharian mereka, dibawakan dengan gaya kritis menyindir dan teresan sedikit slengean. (Demes Febrian)
Rabu, 16 Desember 2015
#youshouldknow | Kelakar: Merasakan Musik Humor Kompleks
![]() |
Kelakar (ki-ka: Didi, Bistok, 'r, dan Wisnu) Photo by Kelakar doc. |
Hal tersebut yang menjadi titik awal kumpulnya Didi sebagai vokal dan gitaris, Wisnu pada synthesizer dan back up vokal, Bistok pada drum dan back up vokal, dan 'r sendiri pada piano dan back up vokal. Yang kemudian pula menjadi cikal bakal Kelakar sebagai sebuah band.
Momentum bagus tersebut langsung direspon dengan cekatan oleh para personil Kelakar untuk mulai memikirkan sebuah album. "Kita mulai mengonsepkan pembuatan album agar pada saat performance, album sudah dapat diedarkan dengan quota kecil," terang mereka.
Bagi mereka yang masih asing dengan konsep musik yang Kelakar mainkan tentu akan mengernyitkan dahi. Pasalnya Kelakar tidak berada pada ranah aman, dalam maksud bermain dengan satu genre. Mereka menabrak semua batasan genre lalu memadukannya menjadi komposisi yang eksperimental. Mereka sendiri menyebutnya dengan istilah, An Indonesian band that present experimental crossover. A music that travels beyond boundaries of categorizations. "Banyak beberapa pendapat bagi mereka yang mengetahui musik jenis ini mengatakan bahwa kita seperti representasi dari beberapa proyek musik dari John Zorn & Mike Patton," tambah mereka.
Ketukan drum yang intensif dengan distorsi gitar berpadu denting grand piano dan synthesizer. Serta komposisi musik dengan improvisasi spontan, motif musik dan riff yang tak terduga, gila, menantang, dan kompleks, yang pada akhirnya mengilhami Didi mencetuskan nama Kelakar untuk band ini. "Makna penamaan dibalik Kelakar adalah memberikan sense of humor yang merupakan esensi dari kekompleksitasan karya yang kita hasilkan ini," ungkap mereka.
Di tengah kesibukan 'r sebagai pengajar piano dan pembuat music score film, Didi sebagai pengajar musik, Wisnu sebagai pengajar piano klasik, dan Bistok pengajar drums. Kelakar masih sempat untuk melangsungkan pertunjukan, terhitung selama terbentuk band Jakarta ini sudah tujuh kali manggung dan menelurkan satu buah album bertajuk Mari Kita Mulai yang dirilis CD via Apa Lo! Records, pita kaset via Alaium Records, dan re-issue CD via Indonesian Progressive Society Records.
Rencananya pada tahun 2016 mendatang mereka akan segera masuk studio rekaman demi kebutuhan album ke dua. Sembari itu, mereka sedang mencari beberapa label rekaman luar yang tertarik untuk merilis album Kelakar untuk pasaran internasional. (AL)
Kamis, 15 Januari 2015
#youshouldknow | Deafness: Era Kegelapan Kota Hujan
Meraba raba di tahun 2014 kemarin banyak unit band kelam nan hitam gelap yang hadir mengejutkan belantika nax underground nusantara, ah luar biasa memang indonesia, apeuu. Scene ini memang terus berkembang, kali ini rooster baru dari scene Bogor, bernafaskan Post-Blackmetal/ Crust hadir mengendap-ngendap menuju telinga kalian. Nuansa Black metal yang sangat kental dengan petikan kelam, ditambah ngebutnya beat drum yang mau tak mau kepala kalian akan bergoyang malu,yuhuu. Eh personilnya juga unyu-unyu sih ga serem sueerrr hihi. Untuk fans deafheaven, Burzum, Cradle of Filth, sampe Motorhead, dengerin deh. Band ini bulan depan rencananya bakalan merilis mini album lhoo, patut ditunggu. (Fauzan)
Jumat, 02 Januari 2015
#youshouldknow | True Hell
Apa jadinya jika para personil Ice Cream Attack, Bad Heroes Academy, Thinking Straight, dan Modern Guns membentuk sebuah band ? Jawaban sederhananya, True Hell. Adalah Gaga dari Modern Guns (vokal), Donal Fury dari Thinking Straight (gitar), Mp dari Ice Cream Attack (drum), dan Dennis Mandalyca dari Bad Heroes Academy (bass) yang mencoba keluar dari pattern kebiasaan bermusik dari yang biasa mereka lakukan.
True Hell menawarkan permainan hardcore/punk dengan style power violence/dark hardcore ala Trask Talk, From Ashes Rise, Converge, etc. Musik mereka seakan menggambarkan gejolak anak muda yang muak terhadap dunia dan mengaplikasikannya dengan cara-cara yang gila. True Hell akan segera merilis debut album bertajuk Deliverance dibawah label Necros Division bulan ini. (AL)
True Hell menawarkan permainan hardcore/punk dengan style power violence/dark hardcore ala Trask Talk, From Ashes Rise, Converge, etc. Musik mereka seakan menggambarkan gejolak anak muda yang muak terhadap dunia dan mengaplikasikannya dengan cara-cara yang gila. True Hell akan segera merilis debut album bertajuk Deliverance dibawah label Necros Division bulan ini. (AL)
Kamis, 20 November 2014
#youshouldknow | Chewing Sparkle: "Far East" dan Negri Imajiner
![]() |
Photo by Chewing Sparkle doc. |
Hal tersebut bisa disimak melalui single perdana mereka "Far East", yang telah dirilis sejak 23 Oktober kemarin. Ketukan drum yang enerjik berbalut sound gitar yang kasar. Serta pembawaan vokal yang seakan tanpa daya. Mampuh menjadikan single tersebut teman yang asyik ketika berdansa atau (mungkin) slamming dance. Namun pada detik-detik terakhir, nuansa akan cenderung menjadi gelap. Sepertinya disitulah titik klimaks single ini.
Menurut press release yang kami terima, single ini menceritakan tentang negri imajiner. Namun Ryan selaku penulis lirik menyerahkan semua penafsiran kepada pendengar.
Single ini dapat didownload resmi, melalui Tumblr mereka: http://chewingsparkle.tumblr.com/releases. Selain itu, mereka pun mengemas single ini dalam format audio-visual yang dapat kalian saksikan di bawah. (AL)
Jumat, 07 November 2014
#YouShouldKnow | Trenggiling: Cepat, Kasar, Dan Marah
![]() |
Photo by Trenggiling doc. |
Band ini dibentuk oleh empat remaja yang masih berseragam SMA, diantaranya Anggit gitar, Rama vokal, Harun drum, dan Nicholas bass, pada awal 2014. Berangkat dari kejenuhan rutinitas yang itu-itu saja: nongkrong dan dengerin musik. Akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan band. "Kita membentuk band ini sih bukan karena suka saja. Melainkan ini adalah sebuah simbol kritikan keras dari kami yang berupa lagu," ujar Nicholas melalui press release yang kami terima.
Band ini benar-benar marah. Mereka mengutarakan ketidak sukaannya pada keadaan sekitar, orang-orang yang "mentuhankan" benda elektronik", dan selain itu mereka juga menyindir proses seseorang yang sedang kasmaran. "Bukannya kita melarang mereka jatuh cinta, tapi perilaku mereka sudah sok yes dan bangga. Ah itu sangat menjijikan!"
Saat ini mereka baru saja merilis Demo 2014 dengan kualitas rekaman standar latihan yang dapat distreaming dan diunduh via Soundcloud. (AL)
Kamis, 06 November 2014
#YouShouldKnow | The Dirty Glass: Band Jogyakarta Nuansa Irlandia
![]() |
Photo by Dirty Glass doc. |
Adalah The Pogues dari London yang mulai memperkenalkan jenis musik Celtic punk ini. Kemudian menyebar kebelahan dunia lainnya, hingga Indonesia. Salah satu dampaknya mewabah ke Jogyakarta dan melahirkan sebuah band Celtic punk, The Dirty Glass. Dibentuk pada 2010 dengan formasi Jr. Miko vokalis, Emil bassis, Ganang violins, Ryan mandolin, Ratna gitar (kemudian digantikan oleh Brata dan akhirnya oleh Nathan), Yasu twin whistle, dan Ardyan drummer (yang kemudian digantikan oleh Rude).
Nama Dirty Glass sendiri berangkat dari kebiasaan ketika mabuk dan menjatuhkan gelas ke lantai kontrakan.
Meski berangkat dari latar kesukaan musik yang berbeda-beda, namun tetap terdapat benang merah di masing-masing personil. Benang merah tersebut ialah musik Celtic Punk. Yang menjadikan poin plus bagi karakteristik musik Dirty Glass.
Terlebih mereka memainkan Celtic punk karena menyukai semangat yang dibawa pada musik Celtic punk ini. "Walaupun seorang Shane MC Gowan memainkan musik irish nya secara pelan, tapi semangat perlawanannya tetap kuat," ungkap Jr. Miko saat kami hubungi via email.
Hingga saat ini Dirty Glass sudah mengikuti sejumlah proyek kompilasi diantaranya Kompilasi Paddy Punk untuk lagu "Let's Joke", Kompilasi Guyub Rukun Nyawidji untuk lagu yang sama, Kompilasi Wind From The Foreign Land untuk lagu "Anthem", dan sebuah debut album bertajuk Drunken Summer Night yang baru mereka rilis pada September kemarin. (AL)
Minggu, 19 Oktober 2014
#youshouldknow | Melawan Kebisingan Kota: Gig di Pos Polisi
![]() |
Photo by MKK doc. |
"Setiap detik, jam, hari, telinga kita dipaksa untuk mendengarkan suara-suara berisik yang berasal dari lingkungan sekitar.
Suara-suara bising lalu lintas macet, deru pabrik, stasiun, terminal, bandar udara, tiap hari dijejalkan, tanpa bisa kita lawan."
Karena hal tersebut-lah mereka akhirnya berkumpul di sudut-sudut jalan untuk menghasilkan suara-suara. Hal tersebut mereka anggap sebagai sebuah satire dalam melawan kebisingan-kebisingan tersebut.
"Jika Grafitti di tembok adalah bentuk vandalisme rupa, maka ini adalah VANDALISME SUARA."
Pada 11 Oktober kemarin, mereka mengadakan kembali Melawan Kebisingan Kota di sebuah Pos Polisi. Keren yah mereka ? Pastinya. Acara tersebut turut dimeriahkan oleh teman-teman dari Samarinda. Sekaligus sebagai proyek uji coba piranti bertenaga matahari. Damn, they are so awesome! Ditunggu terus aksi bisingnya yah. (AL)
"Sepanjang jalan adalah panggung kami. Audiens ada di mana-mana!" - Komunitas Melawan Kebisingan Kota
Sabtu, 27 September 2014
#youshouldknow | Arc Yellow
Izinkan kami untuk memperkenalkan sebuah band grunge manis dari kota Depok. Mereka menamai dirinya Arc Yellow, terbentuk pada 2008 silam. Dengan modal referensi dari band-band semacam Supergrass, The Beatles, sonic Youth, Nirvana, The Cramps, dan Jon Spencer Blues Explosion, secara gamblang mereka mengklaim diri sebagai band Alternative/Grunge/Heavy Pop.
Band yang di gawangi oleh Gilang pada vokal sekaligus gitar, Regie pada bass, dan Rizky pada drum ini, sudah menghasilkan sebuah debut album bertajuk Mammals yang dirilis oleh Dexter Records tahun 2012 lalu. Dimana album tersebut dapat kalian peroleh di gigs-gigs Arc Yellow.
Dilansir dari roi-radio.com, Arc Yellow sedang mempersiapkan materi untuk kebutuhan album barunya nanti. Yang saat ini sedang masuk tahap rekaman dan masih dalam proses pemilihan materi yang akan direkam. Menurut penuturan Gilang, sejauh ini baru ada satu lagu yang sudah fix di rekam. Beruntung bagi kalian yang menyaksikan penampilan mereka dalam Thursday Noise Vol.5 kemarin, karna Arc Yellow membawakan materi barunya di sana. (AL)
https://www.facebook.com/ArcYellow
https://soundcloud.com/arcyellow
Band yang di gawangi oleh Gilang pada vokal sekaligus gitar, Regie pada bass, dan Rizky pada drum ini, sudah menghasilkan sebuah debut album bertajuk Mammals yang dirilis oleh Dexter Records tahun 2012 lalu. Dimana album tersebut dapat kalian peroleh di gigs-gigs Arc Yellow.
Dilansir dari roi-radio.com, Arc Yellow sedang mempersiapkan materi untuk kebutuhan album barunya nanti. Yang saat ini sedang masuk tahap rekaman dan masih dalam proses pemilihan materi yang akan direkam. Menurut penuturan Gilang, sejauh ini baru ada satu lagu yang sudah fix di rekam. Beruntung bagi kalian yang menyaksikan penampilan mereka dalam Thursday Noise Vol.5 kemarin, karna Arc Yellow membawakan materi barunya di sana. (AL)
https://www.facebook.com/ArcYellow
https://soundcloud.com/arcyellow
Senin, 22 September 2014
#youshouldknow | PRIMΛTΛ
PRIMATA (ditulis sebagai PRIMΛTΛ) bermula dari sebuah gagasan proyek musik minimalis oleh Rama Wirawan yang kemudian mengajak Rossi Rahardian, Andry ‘Joe’ Novaliano dan Agung Rahmadsyah. Band ini secara resmi terbentuk pada bulan April 2014 lalu, meski embrio musiknya sendiri pertama kali terbentuk para akhir 2011 silam.
Mereka baru saja merampungkan pengerjaan single perdana yang bertajuk "Kupu-kupu" dan ingin memperdengarkannya kepada kawan-kawan sekalian sebagai media perkenalan. Walaupun mereka menyadari, bahwa sebuah band baru yang tiba-tiba merilis sebuah single, dan bukannya album atau album mini, tampaknya memang bukan sebuah pola yang cukup lazim. Terlebih, mereka sudah memastikan, single “Kupu-kupu” tidak akan menjadi bagian dari album PRIMΛTΛ mendatang mana pun. Namun, mereka melakukan hal ini sebagai sesuatu yang memang dirasa perlu.
“Saya merasa perlu untuk, dalam tanda kutip, membuang lagu ini, karena lagu ini akan menjadi anomali jika dipaksakan untuk berada di dalam sebuah album bersama lagu-lagu lainnya yang tercipta belakangan. Sementara, lagu itu tercipta di fase hidup saya sebelum ini. Dan saya sudah tidak bisa lagi untuk membuat lagu dengan nuansa yang seperti itu. Karena kita tidak mungkin bisa kembali ke fase hidup yang sudah kita lampaui,” papar Rama kemudian.
Secara resmi, "Kupu-kupu" baru akan kami rilis dalam format digital gratis unduh melalui laman Bandcamp kami, yakni, pada 21 September 2014. Dan kawan-kawan telah kami pilih sebagai pendengar pertamanya.
Blog: primatatheband.tumblr.com
BandCamp: primatatheband.bandcamp.com
SoundCloud: soundcloud.com/primatatheband
YouTube: www.youtube.com/user/PrimataOfficial
Twitter: www.twitter.com/primatatheband
Facebook: www.facebook.com/primatatheband
Mereka baru saja merampungkan pengerjaan single perdana yang bertajuk "Kupu-kupu" dan ingin memperdengarkannya kepada kawan-kawan sekalian sebagai media perkenalan. Walaupun mereka menyadari, bahwa sebuah band baru yang tiba-tiba merilis sebuah single, dan bukannya album atau album mini, tampaknya memang bukan sebuah pola yang cukup lazim. Terlebih, mereka sudah memastikan, single “Kupu-kupu” tidak akan menjadi bagian dari album PRIMΛTΛ mendatang mana pun. Namun, mereka melakukan hal ini sebagai sesuatu yang memang dirasa perlu.
“Saya merasa perlu untuk, dalam tanda kutip, membuang lagu ini, karena lagu ini akan menjadi anomali jika dipaksakan untuk berada di dalam sebuah album bersama lagu-lagu lainnya yang tercipta belakangan. Sementara, lagu itu tercipta di fase hidup saya sebelum ini. Dan saya sudah tidak bisa lagi untuk membuat lagu dengan nuansa yang seperti itu. Karena kita tidak mungkin bisa kembali ke fase hidup yang sudah kita lampaui,” papar Rama kemudian.
Secara resmi, "Kupu-kupu" baru akan kami rilis dalam format digital gratis unduh melalui laman Bandcamp kami, yakni, pada 21 September 2014. Dan kawan-kawan telah kami pilih sebagai pendengar pertamanya.
Blog: primatatheband.tumblr.com
BandCamp: primatatheband.bandcamp.com
SoundCloud: soundcloud.com/primatatheband
YouTube: www.youtube.com/user/PrimataOfficial
Twitter: www.twitter.com/primatatheband
Facebook: www.facebook.com/primatatheband
Jumat, 12 September 2014
#youshouldknow | Still Burn
![]() |
Photo by Still Burn doc. |
Kami ingin memperkenalkan sebuah band hardcore dari Kota Depok, Still Burn. Mereka memainkan musik hardcore dengan riff serta sound modern layaknya Verse, Have Heart, dan sejenisnya.
Di gawangi empat pemuda yakni Indra, Begeng, Yudha, dan Sandy. Still Burn sedang bersiap untuk menantikan debut album mereka yang akan dirilis oleh Frontline Foundation dan juga Here To Stay (label+distro milik Aca Straight Answer). Debut album yang bertajuk Believe In Your Life tersebut nantinya akan dirilis dalam format CD pada September ini. (AL)
Rabu, 20 Agustus 2014
#youshouldknow | Atlesta
![]() |
Photo by Atlesta doc. |
Mayoritas lirik yang Atlesta tulis bertemakan pornografi, kehidupan yang binal, dan dibalut dengan nuansa yang glamour. Sehingga membuat Atlesta mampuh bermain di banyak klub malam di Indonesia.
Setelah setahun terbentuk, Atlesta mengeluarkan album Secret Talking. Yang kemudian dilanjutkan pada tahun ini untuk merilis album baru bertajuk Sensation yang rencananya akan dirilis pada September mendatang.
Sama halnya seperti album sebelumnya. Perayaan peluncuran album terbaru nanti akan dibarengi dengan sebuah pesta yang sifatnya tertutup, Atlesta Secret Party, yang dijadwalkan akan berlangsung pada bulan Oktober 2014.
Atlesta Secret Party adalah conceptual event yang dikemas secara premium dan exclusive. Dimana setiap tahunnya akan selalu ada perubahan konsep serta rules yang berlaku. Khusus tahun ini Atlesta Secret Party bertemakan The Great Escape.
Senin, 16 Juni 2014
#youshouldknow | Radio Days
Berawal dari sebuah obrolan dan hasrat mengembangkan kreatifitas. Tiga pemuda asal Kalibata, Jakarta Selatan yakni Fikar (vokal), Iqbal (Gitar), dan Imam (Drum) yang sebelumnya telah mempunyai band berniat membentuk band baru dengan warna musik yang berbeda. Kemudian yang terakhir masuk adalah Fuad (Bass & Vokal). Alhasil, mereka sukses mendirikan sebuah band yang kemudian diberi nama Radio Days pada Oktober 2012.
Namun sayang formasi tersebut tidak bertahan lama karna Fuad harus hengkang dari band. "Kita tetap berjalan sampai saat ini. Kita fokus dengan planning insya Allah debut EP masih dalam proses," ungkap mereka, optimis.
Radio Days memainkan punk rock 90's yang terdengar nakal. Pengaruh dari MxPx, No Use For A Name, Blink182, hingga pengaruh band-band kekinian seperti All Time Low, New Found Glory, bahkan Pee Wee Gaskin. (AL)
http://www.reverbnation.com/RadioDaysJkt
Namun sayang formasi tersebut tidak bertahan lama karna Fuad harus hengkang dari band. "Kita tetap berjalan sampai saat ini. Kita fokus dengan planning insya Allah debut EP masih dalam proses," ungkap mereka, optimis.
Radio Days memainkan punk rock 90's yang terdengar nakal. Pengaruh dari MxPx, No Use For A Name, Blink182, hingga pengaruh band-band kekinian seperti All Time Low, New Found Glory, bahkan Pee Wee Gaskin. (AL)
http://www.reverbnation.com/RadioDaysJkt
Rabu, 02 April 2014
#youshouldknow | Dirty Edge: Kembalinya Sang Pioneer Hardcore
![]() |
Dirty Edge. Photo by Tomi Tresnady |
Al Syawal, selaku gitaris Dirty Edge mengaku karakter musik Dirty Edge sangat berbeda dengan mini album dan full length album sebelum. Vokal khas dari Coki Manurung pun tetap bersahaja dengan low growl yang lebih jelas dan diperkuat dengan lirik-lirik berbahasa Indonesia.
Setelah mengalami masa vakum lebih dari 10 tahun 2001-2009, para personil Dirty Edge mengaku bahwa mereka tidak bubar. Namun para personil memperkuat jati diri dengan masing-masing aktivitasnya. Coki Manurung, setelah album pertama dan manggung terakhir ditahun 2001 mulai kembali menekuni kegiatannya sebagai aktivis pergerakan buruh, sedangkan Rodrigo Pasaribu kembali memperdalam dunia jurnalistik dengan menjadi redaktur disalah satu acara televisi, Rowland (gitaris Dirty Edge saat itu) menekuni bidangnya di akademisi, sedangkan Fe al Izlami, kembali aktif di dunia aktivis hingga berhasil menjadi Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Jakarta Selatan periode 2007-2010 setelah menjabat beberapa posisi penting di Organisasi Kemahasiswaan.
Sebelum ada kejadian yang menyebabkan Rodrigo terbaring lemah di RS, para personil Dirty Edge memang sudah punya niatan untuk kembali aktif di dunia musik Indonesia. Namun musibah tak dapat dihindari, Rodrigo terserang penyakit yang menyebabkan dirinya dirawat di RS hingga membutuhkan masa pulih yang cukup lama. Namun berkat dukungan dari rekan-rekan komunitas serta Sam Alatas & Ari Yuwandry, Rodrigo dapat kembali pulih dan bisa beraktivitas lagi, ditandai dengan kehadiran Dirty Edge secara khusus kembali ke kancah musik Indonesia. Pada tahun 2009, Dirty Edge mengadakan konser dalam rangka “comeback”nya mereka, bersama-sama dengan BlackHole sebagai penyelenggara konser tersebut.
Setelah itu, Dirty Edge dengan formasi Al Syawal (gitar), Rodrigo (bass), Fe al Izlami (drum) dan Coki (vokal) kembali tampil di kancah musik Indonesia dengan tetap mengusung genre hardcore. Setelah mengumpulkan materi lagu, akhirnya dengan proses yang panjang, di awal tahun 2014 ini, Dirty Edge selesai merampung materi untuk full album keduanya yang bertajuk “Reuniting The Families" dirilis oleh Movement Records, sementara itu single “Ibukota Kami Punya” sudah sering diputar di radio-radio indie.
“kami bebas mengekspresikan jati diri kami melalui lirik-lirik sosial yang kami sebarkan, bukan bermaksud subjektif, namun kami bercerita apa adanya” ungkap Coki Manurung terkait dengan lirik-lirik lagu yang diusung Dirty Edge.
“Demonstran Lantai Dansa, Hei Hei Jakarta, Ibukota Kami Punya, Kontrak, Licentia Poetica, Mengkritik Kami Punya Bisnis, Revolusi Nasi, Semua Menuju Satu, Semua Tentang Keserakahan, dan Sisipus Sampai Mampus” ditambah satu lagu instrument diharapkan mampu memanjakan para maniak musik.
“Buat kami, Dirty Edge adalah Kelompok belajar yang mengarahkan kepada pembentukkan watak dan karakter untuk lebih aktif dalam berkarya dan mendalami proses pencerahan diri bagi kemajuan pribadi, bangsa dan Negara” itulah yang diungkap Fe, drummer Dirty Edge yang juga sedang menyelesaikan thesisnya pada pendidikan pascasarjana-nya di salah satu universitas negeri.
Discography:
DirtyEdge – DirtyEdge (mini album - self 1999)
Enter The Zone (full length album - Dirty Records 2000)
Reuniting The Families (Full length album – Movement Records 2014)
Selasa, 18 Maret 2014
#youshouldknow | Happy Holy Heroes
Tiga pemuda memainkan pop-punk yang enerjik, mereka adalah Rendy Wijaya (Gitar/Vokal), Andy 'Ace' Mahendra (Drum), dan Sandy Malfi Arben (Gitar). Yang kemudian sepakat menggunakan nama Happy Holy Heroes sebagai wadah bermusik mereka.
Band yang sudah terbentuk sejak 2007 ini, mempunyai sebuah demo berisi tiga buah lagu: "24 Days", "Employee of the Month", dan "Gigs is My Homeland". Yang bercerita mengenai seputar kehidupan, percintaan, pertemanan, hingga motivasi.
Happy Holy Heroes terpengaruh oleh beberapa band sebut saja Blink 182, Bowling For Soup, Ellegarden, dan New Found Glory. (AL)
http://www.reverbnation.com/happyholyheroes/songs
Band yang sudah terbentuk sejak 2007 ini, mempunyai sebuah demo berisi tiga buah lagu: "24 Days", "Employee of the Month", dan "Gigs is My Homeland". Yang bercerita mengenai seputar kehidupan, percintaan, pertemanan, hingga motivasi.
Happy Holy Heroes terpengaruh oleh beberapa band sebut saja Blink 182, Bowling For Soup, Ellegarden, dan New Found Glory. (AL)
http://www.reverbnation.com/happyholyheroes/songs
Langganan:
Postingan (Atom)