Selasa, 23 Juli 2013

LK-Channel: Suguhan Romantis Tapi Eighties Dari Total Jerks

LK-Channel adalah sesuatu yang baru bagi Lemari Kota Webzine. Penyajiannya fokus pada format video dengan kontennya meliputi interview dan tidak menutup kemungkinan gigs report. Dalam tayangan perdananya ini, LK-Channel menghadirkan sebuah band hardcore/punk asal Jakarta Selatan, Total Jerks, yang di wakili oleh vokalis Ricky untuk bercerita dan berbagai pengalaman serta sudut pandangannya terhadap 80's hardcore/punk music. Oke, dari pada banyak basa-basi lagi, lebih baik langsung saja di tonton. Happy watching guys! (AL)

Jumat, 19 Juli 2013

The Telephone Akhiri Puasa Karya Dengan Lugas

Setelah puasa berkarya pasca rilisnya mini album "Materialisme Dialektika Logika" pada 2011 lalu. Unit Post-Punk Revival asal Purwokerto, The Telephone hadir dengan single terbaru bertajuk "Mafia Humaniora" tahun ini. Dalam single kali ini mereka seakan mencoba menghanyutkan pendengar kedalam kalem-nya Interpol namun berusaha tampil seliar The Vines meski pada faktanya mereka tetap saja bersahaja.

Mereka cukup lugas, merangkum semua sudut pandang terhadap kondisi negara seperti saat ini menjadi sebuah lelucon yang begitu satir terdengar. Dalam detik-detik awal pendengar langsung di sambut dengan sentilan, tengok saja bait berikut ini: "Selamat datang di negara yang bertuhan uang/Disini hukum hanyalah oceh untuk di pandang/Selamat datang di negara dengan banyak hutang/Hak asasi hanya untuk di tendang". Tidak berhenti sampai disitu, mereka pun masih tetap satir hingga detik-detik selanjutnya, "Jangan kau tuntut keadilan/Jika tak punya banyak uang/Ini negara preman yang benar jadi pecundang".

Kritik pedas yang disajikan dengan atmosfer mengawang namun tetap asik di nikmati sembari mengayunkan kepala, sebagai sarana penghantar pembakar masalah-masalah negara. Tidak menutup kemungkinan, pendengar akan dituntun pada titik apatisme akan sebuah bentuk negara yang memang telah bobrok ini. (AL)

Senin, 15 Juli 2013

Video of Today: Hand Made Zine Fair 2013


Akhirnya pagelaran Hand Made Zine Fair 2013 yang terselenggara dua hari berturut-turut dari tanggal 13 hingga 14 Juli kemarin berakhir dengan penuh suka cita. Dan, berikut ini adalah sebuah bingkisan manis hasil euforia dua hari lalu. Selamat menyaksikan. Long live zine! Long live creativity!

Download  Zine

Senin, 08 Juli 2013

Youth Of Today Sukses Legitimasi Ratusan Hardcore Kids

Ray Cappo sedang melegitimasi jamaah Jayabaya.
Basket Hall Universitas Jayabaya, Jakarta, menjadi tempat dengan kadar spiritual tertinggi pada Minggu(7/7) tadi. Bagaimana tidak, ratusan orang rela menerabas sesaknya jalan raya serta teriknya ibu kota hanya untuk menjadi legitimaris skena hardcore. Yah, siang itu proses legitimasi di pimpin langsung oleh empat orang "nabi" hardcore yang datang langsung dari New York Amerika Serikat, siapa lagi kalau bukan Youth Of Today.

Prosesi legitimasi lebih dulu dibuka oleh para utusan hardcore seperti Stand Off, Braveheart, No Request, Quest For Justice, dan R.U.Suck yang sukses menambah khidmat siang itu. Kerumunan jamaah yang telah berpeluh di atas pelataran moshpit-pun semakin menyelami jalannya acara manakala ke empat "nabi" mereka berada tepat dihadapan, gitaris John Porcell, bassis Ken Olden, drummer Vinny Panza, dan terakhir vokalis Ray Cappo membuat suasana seketika menjadi sakral.

Tanpa menunggu banyak waktu lagi, mereka langsung menghentakan beberapa nomor klasik macam "Honesty", "Positive Outlook", "Can't Close My Eyes", "Potential Friends", "No More", "Thinking Straight", "Make A Change", dan masih banyak lagi, total mereka membawakan kurang lebih 20 lagu. Jamaah semakin menggila manakala Ray Cs. menghentak dengan sebuah tembang klasik milik 7Seconds "Young Till I Die" yang menyebabkan koor sepanjang lagu.

Meski mereka sudah tidak lagi muda seperti ketika melakukan adegan lipsync untuk video clip "No More" namun penampilan mereka seakan membantah bahwa mereka pantas dibilang orang tua. Terbukti, Ray begitu atraktif nan agresif, Porcell masih begitu liar nan buas. Bagaimana dengan Ken Olden ? Yah, pria yang bergabung bersama Youth Of Today sejak tahun 2010 ini cukup bisa mengimbangi dua sahabatnya tadi. Sedangkan sang drumer Panza adalah pemanis sekaligus pemantik semangat siang itu.

Perjalanan spiritual itu diakhiri oleh sebuah tembang lawas milik Minor Threat yang berjudul sama. Dan prosesi legitimasi pun selesai. Semua yang hadir kini merasa mabrur. (AL)

Ken Olden (kiri) mengadu
terharu pada Porcell (kanan).
AkuTerjebakDanTakBisaKemana-Mana #1.
AkuTerjebakDanTakBisaKemana-Mana #2.

Ray Cappo adu siapa yang paling tinggi
mengangkat tangan.
Ray tak sadar ada seseorang yang menginginkan
microphone nya.
Ken menahan tawa melihat mimik Ray.
AkuTerjebakDanTakBisaKemana-Mana #3.

Video of Today: Quest For Justice - Rebel Till The End (Live)

Sabtu, 06 Juli 2013

#youshouldknow | A Curious Voynich

Adalah sebuah proyek alter-ego dari satu individu yang sebelumnya berkarya melalui entitas berbeda. Dengan dibantu oleh tiga orang kolaborator lainnya, A Curious Voynich lahir sebagai interpretasi dari sebuah manuskrip kuno yang ditemukan oleh Wilfrid M Voynich pada tahun 1912.

A Curious Voynich berusaha menerjemahkan ulang semangat dari citra manuskrip Voynich yang diselimuti misteri dan mengundang kontroversi mengenai kemungkinan hoax atau rekayasa dengan menjadikan proyek ini sebagai sebuah entitas baru yang juga penuh anonimitas, dengan begitu mereka berharap para pendengar musiknya dapat lebih fokus terhadap kualitas musik sebelum mereka fokus pada latar belakang dan identitas dari proyek ini.

Post-Hardcore dan Melodic Hardcore mungkin merupakan gambaran yang pas untuk mendefinisikan genre yang mereka mainkan dengan bauran lirik personal berisi pertanyan dan pernyataan terhadap pemikiran manusia secara general. Proses rekaman yang berlangsung cukup singkat menghasilkan dua buah single yang saling terhubung dan bukan kebetulan berdurasi sama, 2 menit 12 detik, sebuah kode yang menunggu untuk dipecahkan sebagai sebuah pesan.

Kamis, 04 Juli 2013

Mengenang Kembali Glorifikasi 1988 Bersama Quest For Justice

Setelah merilis secara DIY EP album "Rebel Till The End" di tahun 2011 lalu, kali ini salah satu unit hardcore punk asal Jakarta, Quest For Justice resmi meluncurkan full studio album mereka bertajuk "Choose Not To Fall" di awal bulan Juni 2013 ini. Album tersebut dirilis secara kolektif oleh empat label sekaligus, yaitu Citizen Record, Samstrong Records, Here To Stay Records, serta Akashic Records yang merupakan label records asal Jepang yang banyak merilis band-band hardcore Asia.

Album “Choose Not To Fall” direkam di bulan Oktober 2012 lalu sampai selesai proses mixing dan mastering di bulan April 2013 lalu. Menjelang pembuatan full album mereka, Quest For Justice mencoba merekrut Edy Zanetti (Strike Hard, Feel The Burn, Sense of Pride) untuk membantu Bagus dalam sesi latihan, rekaman, maupun di panggung. Termasuk saat mengisi part gitar saat recording album terbaru tersebut.

Judul album “Choose Not To Fall” terinspirasi dari video pendek milik Daniel Illabaca, salah satu penggiat olahraga parkour dan freerunning asal Inggris yang memiliki filosofi menarik tentang parkour yang bisa diterapkan di kehidupan. Di sela-sela kesibukan para personilnya yang bekerja, mereka akhirnya bisa merampungkan album mereka yang pertama. Menurut Fadli yang dikenal dengan panggilan Jim Bull ini, album "Choose Not To Fall" awalnya dibuat karena ketidakpuasan kita dengan rilisan EP mereka sebelumnya.

"Banyak yang kurang di EP kita yang dulu. Termasuk di soundnya. Ya akhirnya kita perbaiki di album perdana kita, tapi kita nggak ngoyo dan proses produksisinya santai dan nggak dikejar-dikejar gitu," tukas Jim Bull.

Sebelum album ini dirilis, lagu mereka yang bertajuk "Welcome To The Show" sudah dipajang di situs reverbnation.com dan bisa diunduh secara gratis. Di lagu ini, Jim Bulls sang vokalis sekaligus yang membuat lirik, terinspirasi dengan suasana gigs hardcore punk yang pernah ia kunjungi. Bahkan ia bercerita tentang pengalaman dia menonton acara hardcore punk lokal semasa dia masih duduk di bangku sekolah beberapa tahun lalu.

Selain lagu tersebut, Quest For Justice menawarkan beberapa track menarik lainnya seperti "Lame" dengan sentuhan hardcore punk yang kental dengan lead gitar yang kentara, "Help Is On The Way" dengan alunan catchy berbalut unsur melodic, serta "Rebel Till The End" yang anthemik. Lagu "Vampires Of The Night" juga tak kalah untuk dinikmati, karena satu-satunya lagu bernuansa gelap dengan sentuhan musik ala Youth Of Today. Tembang "Face The Tragedy" dan "Stay Punk, Stay Clean" juga cukup membuat yang mendengar untuk singalong bersama. Sedangkan track "Eternal Flame" merupakan lagu dengan tempo santai namun cukup untuk mengajak untuk stage diving dan singalong bersama. Apalagi di lagu tersebut ada guest vocal dari Sweet Widi, vokalis youth crew dari Feel The Burn dan Ochan Rayhan dari In Our Hands.

Dengan adanya album ini, para pecinta hardcore nuansa oldschool akan kembali direminder tentang kejayaan hardcore era kejayaan hardcore youth crew era tahun 88 yang tentunya dengan citarasa era sekarang.

Rabu, 03 Juli 2013

#youshouldknow | Gunblasting

Gunblasting adalah sebuah band yang terbentuk pada akhir tahun 2009. Band ini merupakan gabungan dari pecahan beberapa band hardcore / punk / metal lokal kota Bandung. Band yang beranggotakan: Sony Mulyana (drums), Arfianto (bass), Gelar Ginanjar (gitar), Pranadipa Karendra (gitar) dan Syafri (vokal) ini pada awalnya diniatkan untuk mengarah ke style southern stoner-metal / groove-metal, namun setelah berjalan ternyata arahnya malah berbeda. Mathcore / chaotic-metal / noisecore / progressive-hardcore adalah genre yang pas untuk menggambarkan musik dari Gunblasting.

Pada awal tahun 2010 Gunblasting merilis debut EP-nya berjudul South Side From The East, yang kemudian disusul oleh rilisan yang lebih progresif, Protagonist EP, dua tahun berikutnya. Gunblasting sangat kami rekomendasikan buat kalian yang menggemari band-band macam: Coalesce, Drowningman, Knut, Ananda, Botch dan Candiria.

Diskografi:
- Protagonist EP (self-released, 2012)
- South Side From The East EP (self-released, 2010)

Kontak:
@gunblastingfaxx
http://www.facebook.com/GUNBLASTING

Link streaming lagu sampel:
https://soundcloud.com/wrrecs/gunblasting-octopus-aritmethic

Cara Dogies Barks Membuat Pendengar Tersenyum

Make Me Smile adalah title debut album dari band DOGIES BARKS berisikan 12 track yang rilis pada bulan Februari 2013. Dengan karakter khas band pop-punk asal Kota Batu,Malang ini yang terdiri dari tiga personil, yaitu: Yoshua (Bass,Vokal), Gaby (Gitar,Vokal), dan Rony (Drum).

Jika dilihat dari judul album ini sudah jelas sekali ini DOGIES BARKS mengangkat tema percintaan secara universal.Musik
yang ada di dalamnya pun mengatakan demikian. Single hits lagu di album ini adalah “Ingin Ku Berlari” yang bercerita tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, juga ada “Pecundang Cinta” yang bercerita tentang cinta seorang yang diduakan oleh kekasihnya. DOGIES BARKS juga membuat versi akustik lagu “Ingin Ku Berlari” supaya bisa membuat para pendengarnya merasakan cerita yang dibawakan dan lebih merasuk ke jiwa.

Lagu “Boring” bercerita tentang kebosanan dengan acara televisi yang isinya itu-itu saja. Ada juga lagu yang diperuntukkan untuk seorang ibu yang berjudul “My Day’s For Mom”. Ada juga bonus track selain “Ingin Ku Berlari (Acoustic)” yaitu “Suka-Suka” yang bercerita tentang keinginan seseorang untuk bersenang-senang dengan melakuakan apa yang ia sukai, lagu ini special dinyanyikan langsung oleh Rony(Drummer) yang siap mengocok perut dengan lirik dan celotehan aneh yang bernuansa Malang-an.

Selain lagu, DOGIES BARKS juga menyuguhkan musik yang lain yang bisa juga dinamakan sequencer, atau semacam musik looping yang dibuat dari sebuah software, adalah di awal sebelum lagu “My Day’s For Mom” dan juga 1 track penuh sekitar 2 menit adalah “Interlude Just Like Last Time”. Musik ini dibuat oleh Rony(Drummer), ini juga semacam hobi bagi dia karena kecintaannya terhadap seni, khususnya seni musik, terus berkembang dan tidak berhenti belajar.

Sebagian besar lagu yang ada dalam album “Make Me Smile” ini ditulis oleh Gaby(Gitaris, Vokal) dan Rony(Drummer) karena merekalah yang ada dari awal band ini terbentuk. Sedangkan Yoshua(Bassist,Vokal) masih terbilang baru disini. Tetapi segi aransemen semua berperan untuk mengusulkan pendapat supaya band lebih baik dan lebih baik lagi. Ini adalah album pertama DOGIESBARKS dan mereka tidak akan berhenti disini, akan terus berkembang dan berkarya untuk semua penikmat music juga penikmat musik pop-punk, dan akan terus mengusung aliran yang sudah dijalani mereka selama ini.

Check: http://www.reverbnation.com/dogiesbarks

Senin, 01 Juli 2013

Konflik 'Experimental Diorama' CD (Simpleton Melodies Records, 2013)

Setelah mengalami pasang-surut-bongkar-pasang personil dan sempat stuck pasca dirilisnya split album bersama Stupidity yang sudah berlalu nyaris tujuh tahun silam. Eksistensi Konflik perlahan demi perlahan kembali bergelora. Puncaknya mereka merilis album ketiga dengan tajuk “Experimental Diorama” awal tahun ini.

Menghilang begitu saja dan kemudian muncul kembali dengan amunisi yang baru serta nuansa yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Konflik yang sekarang adalah grup musik punk rock yang masih tetap cepat, agresif, namun totally wise. Bisa dilihat dari bagaimana cara Arie bassis yang merangkap sebagai vokalis menulis lirik untuk bandnya ini. Pemilihan tema yang mayoritas menceritakan tentang dinamika sosial dan keluarga menjadi fokusnya. Tak ada lagi tema lirik super nyeleneh seperti “Kucing Belang” atau tema percintaan super klise ala “Nova” dan “Epilog” yang terdapat pada album pertama mereka “4 Sehat 5 Sempurna”. Wajar saja tiga dari empat personil Konflik: Arie, gitaris Jovie, dan gitaris Deden, sudah bukan lagi dapat dikategorikan remaja terkecuali drummer mereka, Aca, yang baru lulus sekolah menengah dua tahun lalu. Semakin dewasa, maka semakin bijak pula mereka dalam memandang dunia dengan beragam konflik didalamnya.

Untuk urusan musikalitas, bisa dibilang Konflik adalah band yang masih bertenaga. Masuknya Aca menggantikan Rexa pada medio 2011 ternyata mampu menjadi motor bertenaga kuda dibalik drumset Konflik. Seperti yang tertulis pada paragraf diatas, Konflik masih meliki sisi agresif meski tidak se-liar waktu mereka merekontruksi lagu-lagu Stupidity. Namun mustahil para pendengar tidak terangsan untuk pogo ketika menyaksikan mereka secara live. Kembalinya Arie dalam memegang kendali lead vokal di album ini turut pula mengubah atmosfer Konflik menjadi lebih bijak dalam penyampaian pesan sekaligus keluar dari bayang-bayang vokalis terdahulu, Endang, yang berkarakter childish.

Kehadiran kembali sang veteran punk rock ke ranah underground lokal, ditaksir mampu mengobati kerinduan kita (ataupun jika boleh berharap lebih mengembalikan) akan kejayaan punk rock/melodic punk pada dekade awal 2000-an silam. Serta sedikit bernostalgia saat Balai Rakyat Depok II dan Dejavu Café masih sedang memanasnya. (AL)