Mereka cukup lugas, merangkum semua sudut pandang terhadap kondisi negara seperti saat ini menjadi sebuah lelucon yang begitu satir terdengar. Dalam detik-detik awal pendengar langsung di sambut dengan sentilan, tengok saja bait berikut ini: "Selamat datang di negara yang bertuhan uang/Disini hukum hanyalah oceh untuk di pandang/Selamat datang di negara dengan banyak hutang/Hak asasi hanya untuk di tendang". Tidak berhenti sampai disitu, mereka pun masih tetap satir hingga detik-detik selanjutnya, "Jangan kau tuntut keadilan/Jika tak punya banyak uang/Ini negara preman yang benar jadi pecundang".
Kritik pedas yang disajikan dengan atmosfer mengawang namun tetap asik di nikmati sembari mengayunkan kepala, sebagai sarana penghantar pembakar masalah-masalah negara. Tidak menutup kemungkinan, pendengar akan dituntun pada titik apatisme akan sebuah bentuk negara yang memang telah bobrok ini. (AL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar