Minggu, 29 Juni 2014

Kompilasi Khusus Musik Drone Lokal Akan Segera Dirilis

Kabar baik untuk para penikmat musik drone, pasalnya Relamati Records sedang mempersiapkan sebuah kompilasi bertajuk VA. Indonesian Drone. "akan dibuat sebuah kompilasi Drone Indonesia yang akan dirilis kaset," ujar Indra Menus selaku owner, melalui halaman Facebooknya.

Beberapa band seperti Asangata, Sodadosa, Wan Is The Bastard, Roman Catholic Skulls, (((...))), Harass, dan beberapa band yang lainnya sudah konfirmasi menjadi bagian dalam kompilasi tersebut. Namun sayangnya, belum ada kabar lanjutnya mengenai kapan kompilasi ini akan segera di rilis. (AL)

Mari Membongkar Isi "Dapur" Anoa Records

Pertumbuhan label records di ranah musik independen lokal kian pesat. Masing-masing menawarkan ragam musik yang menjadi keyakinannya masing-masing. Bicara soal label records, tentu mustahil apabila perhatian kita tidak tercuri oleh salah satu label asal Jakarta yang saat ini, Anoa Records.

Label yang awalnya dirikan oleh empat orang: Peter A.W., Andri Rahadi, Ritchie Ned Hansel, dan Tommy Hartomo (mundur karena kesibukan di sebuah BUMN) ini adalah pihak yang cukup berjasa melambungkan duo pop bising Barefood dan juga unit indie-rock Seaside.

Berikut ini, kami berkesempatan untuk mengetahui sedikit rahasia dapur Anoa Records. (AL)

Bisa diceritakan, bagaimana awalnya Anoa Records terbentuk ?
Anoa terbentuk dari sebuah dokumenter yang ditonton, judulnya Upside Down, dokumenter label Creation Records. Terkesima dengan cara Alan McGee

Minggu, 22 Juni 2014

Video of Today: Righting Wrong - Born To Be Free ( Official Video Music )


Righting Wrong merilis video clip terbaru untuk lagu berjudul "Born To Be Free". Yang mana lagu tersebut menjadi bagian dalam album Muda Berbahaya yang dirilis oleh Samstrong Records pada 2014 ini. Enjoy it! (AL)

Rabu, 18 Juni 2014

Video Dokumenter Aksi Menolak Pabrik Semen Di Rembang


Baca selengkapnya aksi penolakan warga Rembang terhadap kehadiran PT. Semen Indonesia di wilayahnya, di sini.

Dalam Sehari Story Starry Nite Dan Write The Future Garap Lagu Bareng

Dua band pop-punk asal dua kota berbeda, Story Starry Nite (Bekasi) dan Write The Future (Malang) secara bersama merekam sebuah video untuk lagu baru berjudul "Di Sofa Ini". Uniknya lagu tersebut mereka rekam dalam waktu yang singkat. "hanya membutuhkan waktu 1 hari di sela-rela recording untuk membuat lagu ini," ungkap mereka dalam press release yang kami terima.

Lagu bernuansa akustik tersebut nantinya akan hadir sebagai bonus track dalam paket album split Couch to Couch yang nantinya akan dirilis oleh Aperoject Records pada Agustus mendatang. (AL)

Selasa, 17 Juni 2014

Bersiaplah! Hecht Segera Rilis Single Keroyokan

Photo by Hecht doc.
Kuintet post-rock asal Surabaya, Hecht telah bersiap untuk merilis single yang bertajuk “Kekkai” pada 20 Juni mendatang. Hecht tidak sendirian beberapa band seperti Kolibri, TuanTanah, Dopestdope, Reveur, serta AntiScum akan turut serta merilis single masing-masing dalam sebuah event yang bernama Akirnya Rilis Juga : a Collective Release Party yang bertempat di Envy Coffe Shop Surabaya.

Mereka menuturkan, single "Kekkai" menceritakan tetang suasana keindahan sebuah sacred things didalam suatu dimensi ruang yang purifikatif. Kata kekkai diambil dari bahasa Jepang yang memiliki makna projected energy barrier.

Hecht sendiri adalah band yang terbentuk pada tahun 2011 lalu. Berangkat dari keinginan Aryoakbar yang ingin menikmati langit dengan alunan musiknya sendiri. Yang kemudian diamini oleh Dimar.

Dengan mengambil arah kiblat ke Hammock dan Sigur Ros, ke dua pemuda tersebut mulai mengajak Yudhis dan Primaarya untuk menjadi bagian dalam band.

Namun seiringnya waktu Aryoakbar dan Primaarya hengkang disebabkan keharusannya bekerja di kota megapolitan. Dan Hecht pun menyisakan Dimar dan Yudhis, yang kemudian dibantu oleh KurniaDesly, Ryan, dan Ekaputra hingga sekarang. (AL)

https://www.facebook.com/stablehecht/timeline

Senin, 16 Juni 2014

Dead Pits: Old School Hardcore Dari Kuliah Sampai Berkeluarga

Photo by Alfian Putra A.
Musik hardcore yang begitu identik dengan anak muda sepertinya memang mampu menyihir siapa saja untuk tak pernah mengenal kata tua, terlebih bagi yang memainkannya. Seperti ke lima cowok ini. Meski dari tampak luar, mereka sudah tak dapat dikatakan muda lagi namun semangat yang mereka pancarkan tetap membara. Yah mereka termasuk bagian dari generasi menolak tua. Yang begitu enggan membahas berapa banyak jumlah angka dalam hidupnya (baca: umur).

Meski helai-helai putih sudah mulai bertumbuhan disela-sela rambut hitam milik Gampang (vokal), Ivan (gitar), Patrick (bas), Edy (gitar), dan Miko (drum). "Nggak usah tanya umurlah, kalau di sini. Tau sama tau aja," celetuk Gampang. "Biasanya yang paling banyak ubannya yang paling tua," sambungnya kemudian, seraya mengundang tawa kita semua yang ada malam itu.

Jumat malam itu, seperti biasa di kediaman Patrick, mereka selalu menyempatkan diri untuk berkumpul-menjaga tali silahturami. Sudah tidak ada lagi perasaan canggung di antara mereka. Bercanda-pun begitu mengalir dan lepas. Terang saja, mereka sudah saling mengenal sejak 18 tahun yang lau ketika masih sama-sama berstatuskan mahasiswa.

Pada malam itu pula, saya memiliki kesempatan untuk menikmati secara langsung bagaimana kesyahduan di antara mereka -band hardcore asal Jakarta yang sudah eksis sejak 1996 dan baru saja merilis album terbarunya. (AL)

18 tahun eksis. Apa yang membuat kalian masih bertahan hingga kini ?
G: Gak ada penyebab apa-apa. Kita ada karna memang kita suka. Dan dari dulu kita menjadi bagian scene hc/punk Jakarta. Secara personal sih, saya ingin memberikan kontribusi ke scene. Dengan harapan, scene gak mati dan spirit nya masih ada.

I: Emang pada doyan ngband pada dasarnya. Gimana juga kalau lu suka musik tapi gak ngapa-ngapainkan, malesin juga.

Video of Today: Dialog Dini Hari - Tentang Rumahku (Official Video)


Video klip terbaru dari echo-folk favorite kita. Yah, klip ini adalah bagian dari album terbaru Dialog Dini Hari yang bertajuk Tentang Rumahku yang telah rilis akhir Mei lalu.

Rembang Tolak Pabrik Semen

Rembang – Senin, 16 Juni 2014, 500 Warga Desa Sekitar lokasi rencana penambangan dan tapak pabrik akan menduduki rencana lokasi tapak pabrik dikarenakan tidak ada itikad baik dari Semen Indonesia dalam seluruh rencana proses penambangan dan pendirian pabrik di Rembang.

Aksi ini menjadi pilihan terakhir setelah warga tidak pernah diberi kesempatan untuk menyuarakan berbagai pelanggaran yang telah dilakukan selama persiapan proyek pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang ini. Warga tidak pernah tahu informasi yang jelas mengenai rencana pendirian pabrik semen. Tidak pernah ada sosialisasi yang melibatkan warga desa secara umum, yang ada hanya perangkat desa dan tidak pernah disampaikan kepada warga. Dokumen AMDAL tidak pernah disampaikan terhadap warga. Tidak pernah ada penjelasan mengenai dampak-dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen.

Intimidasi sering terjadi seiring gerakan warga yang ingin memperjuangkan haknya untuk memperoleh informasi yang jelas dan memperoleh lingkungan hidup yang sehat.

Telah ditemukan dugaan pelanggaran hukum antara lain :

#youshouldknow | Radio Days

Berawal dari sebuah obrolan dan hasrat mengembangkan kreatifitas. Tiga pemuda asal Kalibata, Jakarta Selatan yakni Fikar (vokal), Iqbal (Gitar), dan Imam (Drum) yang sebelumnya telah mempunyai band berniat membentuk band baru dengan warna musik yang berbeda. Kemudian yang terakhir masuk adalah Fuad (Bass & Vokal). Alhasil, mereka sukses mendirikan sebuah band yang kemudian diberi nama Radio Days pada Oktober 2012.

Namun sayang formasi tersebut tidak bertahan lama karna Fuad harus hengkang dari band. "Kita tetap berjalan sampai saat ini. Kita fokus dengan planning insya Allah debut EP masih dalam proses," ungkap mereka, optimis.

Radio Days memainkan punk rock 90's yang terdengar nakal. Pengaruh dari MxPx, No Use For A Name, Blink182, hingga pengaruh band-band kekinian seperti All Time Low, New Found Glory, bahkan Pee Wee Gaskin. (AL)

http://www.reverbnation.com/RadioDaysJkt

Minggu, 15 Juni 2014

FKMA Terbitkan Jurnal Agraris Pertama

Forum Komunikasi Masyarakat Agraris atau FKMA menerbitkan sebuah jurnal dengan topik pembahasan pertanian. Dalam jurnal yang dibagikan melalui sistem gratis unduh tersebut, FKMA mencoba berbagi tulisan mengenai riwayat biografis, laporan kegiatan, hingga komik.

FKMA sendiri adalah sebuah gerakan ekonomi, politik, dan kebudayaan yang digagas dan dilaksanakan oleh Akar Rumput dalam sektor agraris yang mandiri dan otonom tanpa campur-tangan atau intervensi pihak-pihak di luar akar rumput seperti LSM, Partai Politik, dan Lembaga Donatur.

Pada Maret lalu, mereka berhasil mengadakan sebuah benefit event Solidaritas Menembus Batas yang berlangsung selama 3 hari di 3 tempat berbeda. Yang bertujuan sebagai aksi penggalangan dana untuk mendirikan sekolah tani. (AL)

Download: http://www.mediafire.com/?5agxp058scqtj4e

#review | We The People "Big Rush!", Tape Cassette (Various Labels, 2014)

Tiga tahun yang lalu saya mendengarkan It's The True Reality, sebuah EP yang We The People (WTP) edarkan secara mandiri. Mereka kental dengan nuansa oldschool hardcore yang diselingi dengan nafas modern hardcore. Tapi selang beberapa tahun kemudian, saya mendengar kabar bahwa mereka menapaki warna baru dalam bermusik. Mereka memainkan post-hardcore ala Dischord Records, katanya. Ekspektasi ketika itu langsung mengarah kepada trio Vague yang kala itu baru saja booming di skena lokal, paling WTP-pun seperti itu.

Sampai kepada akhir 2013 lalu, single "Tukang Rebutan" dirilis. Buyar semua dugaan awal saya. WTP masih memainkan youthcrew yang kemudian banyak dibumbui post-hardcore ala Fugazi, Rites of Spring, The Nation Of Ulysses, dan sejenisnya. Banyak part yang danceable sekali seperti pada track "Big Rush!", "Bentrok", "Bayar Kami". Bahkan mereka begitu megah terdengar pada track "Loom Of Hope" yang liriknya ditulis dan dinyanyikan langsung oleh Acil dari Wreck. "...Look Out, Soul is Back" teriak mereka, entah kenapa membuat bergidik.

Untuk masalah lirikalitas. Mereka begitu sarkas. "...Jika kalian melanggar, bayarlah kami. Jika kalian tetap bersalah, tetap bayarlah kami. Bayarlah kami.. Bayarlah kami.." celetuk mereka sebagai gambaran akan dimana uang menjadi kunci utama dalam segala hal.

We The People sepertinya tau betul bagaimana menyajikan hardcore/punk yang sederhana namun menjadi tidak murahan. Semua bebunyian begitu harmonis, tidak ada yang saling merajai satu sama lain. Menjadikan album Big Rush! ini, adalah salah satu album yang sepertinya wajib dimiliki tahun ini. Apa saya berlebihan ? Silahkan rasakan sensasinya sendiri. (AL)

https://soundcloud.com/grimloc/wethepeople-this-world-is-full-of-idiots

FYI, Grimloc Records baru saja merilis album Big Rush! ini dalam format CD.

Sabtu, 14 Juni 2014

#gigreport | Positif Kolektif #3 (Kediri, 31 Mei 2014)

Positif Kolektif ke 3 terselenggara 31 Mei 2014 kemarin. Lega, senang, bahagia, dan segala macem pokoknya. Studio gigs sederhana ini kesampaian berkat kawan-kawan semua yang sudah ikutan kolektifan buat ongkos sewa studio dan alat.

Malam itu bertepatan hari Sabtu (Malam Minggu), ya kita gak ada target yang dateng berapa orang, kita gak mikir kesitu. Tujuan kita seneng-seneng ketemu temen-temen baru, dan acara yang semula di mulai pukul 6 sore molor menjadi pukul setengah 8 malem. Untung anak-anak udah ngantisipasi dan orang studio enak di ajak kompromi, lebih asik ngajakin kompromi yang punya studio dari pada kompromi sama doi. haha... Akhirnya sepakat acara di hitung jamnya pas band pertama mulai check sound.

Di mulai dari Hazardous setelah itu ada Joystreet yang makin mengentalkan nuasa punk oi! dan kembali setelah Joystreet ada Salah Cetak dengan nuansa Thrashcore/powerviolence gila nya yang vokalisnya sedikit mirip Iqbal Coboy Junior. hahaha... Kayanya dia mulai bosen dengan boyband dan berubah menjadi anak thrashcore. Lanjut, setelah SxC ada Lost Underwear dan Brain87 makin malam makin seru. Let's go punk!

Morally Straight: "Hardcore Sudah Mati!"

Photo by MS doc.
Band hardcore yang satu ini, mungkin akan menjadi pengecualian untuk kamu yang lebih senang mendengarkan wejangan positif penuh kalimat motivasi dalam balutan musik yang menghentak ala band-band youth crew. Sebabnya, Morally Straight, menawarkan sesuatu yang akan membuat telinga kita (hardcore kids puritan) merasa shock oleh sederet kata-kata dalam lirik yang mereka sampaikan. (Baca review album mereka di sini).

Dan sejak kemunculan EP Normalitas pada 2012 lalu, perhatian saya pun tercuri. Terlebih ketika mereka mengeluarkan album split dengan Underline, yang semakin membuat rasa penasaran saya bergelora tentang band asal Bandung ini. Dan beberapa saat yang lalu saya berhasil melemparkan beberapa pertanyaan kepada mereka. Berikut adalah hasil obrolan kami. (AL)

Apa yang tengah menyibukan kalian saat ini ?
Yusuf: Macul lahan orang, ngumpulin uang buat nikah!
Luthfi: Mem-buruh setiap hari!
Whisnu: Kerja, memperkaya dompet orang lain!
Iwan: Sibuk di-didik oleh orang lain, mudah-mudahan bisa segera men-didik orang lain!

Saya tertarik dengan warna cover EP Normalitas. Cukup unik bagi saya. Apa yang menjadi landasan untuk memilih warna tersebut ?
Tak ada landasan pasti, hanya saja menurut kami, warna pink gak bikin urat dahi berkerut. Mencoba agar tidak terlihat hc/punk banget..haha! Apaan sih!

Agar tidak terlihat seram. Agar menarik minat anak-anak kecil untuk membeli, jadi dipilihlah warna pastel pink. Invasi pelangi sebelum senja menjelang telah meratapi dini pucat pasi hakiki yang dikebiri!

Dalam lagu “Fairytale Kingdom”, kalian menyoalkan proses band-band cepat saji. Lantas bagi kalian, bagaimana idealnya sebuah band itu harus terbentuk ?
Bagi kami, bikin band itu gak gampang, gak segampang ngisi TTS (Teka Teki Silang).

#review | Warthole - Codes And Key (2014)

Heyhooo, setelah mereka mengirimkan demo dan kini sudah rilis ep, it’s going fast beuneeeuurr! Mengirimkan demo berisi 2 tracks, "Berbinar Suram" dan "Lagak Ayam Lagak Kuda". Project dream team asal Solo ini berhasil mengemas hardcore punk ke level berikutnya, dengan bumbu grindcore yang kental aroma blackened, suar kengerian 1000persen! apakah saya berlebihan? Mari coba diperdengarkan dengan membeli rilisan mereka yang sudah beredar kini, you should buy!!!

Trio Warthole ini diperkuat oleh Wildhan Andhi Rahman pada Drum, Fariz Ucup pada Guitar,Franco Rahadian pada Vocal, yang ketiganya tergabung juga di Gerbang Singa, JabatxTangan, Trustdown, dan Flower after Flood. Ep mereka berisikan 7 tracks, dengan sound yang membuat kalian nestapa, noise seperempat jam ala Stephen O’Malley yang membuat gemeteran biji di nomor "Demi Nestapa Yang Bermekaran". Lalu ada "Codes and Keys", "Instinct or Destiny", "Resistensi Dan Punk Hari Ini", dan "The World is Ours" yang anthemic. Yeyeye... untuk para penyuka grindcore dengan riff yang groovy, tebal, padat, merayap, semangat kemarahan ala hardcore punk. Lengkap dengan vokal yang tough juga tentunya dengan beat cepat menggerinda, ya kamu wajib untuk mendengarkan Warthole. Layaknya mencampurkan Pig destroyer, Magrudegrind, Desposphorus hingga ACXDC, mungkin? Sisihkan uangmu sekali lagi, silahkan beli rilisan mereka, salam peace! (Fauzan)

Rabu, 04 Juni 2014

Mooikite Timbulkan Paradoks Di Album Baru

Photo by Moikite doc.
Setelah merilis singled album Fux Yeh belum lama ini. Grup musik rock/crossover yang kaya akan citarasa experimental, Moikite, sedang mempersiapkan sesuatu yang baru yakni album.

Band asal Surabaya yang terbentuk sejak 2007 ini memberi tajuk Strange Invitation untuk album terbarunya nanti. Yang rencananya akan dirilis secara digital pada 14 Juni mendatang. Dan akan dirilis dalam format fisik juga pada Agustus tahun ini.

Mereka mengatakan dalam album terbaru nanti akan menyajikan sesuatu yang berbeda karna banyak eksplorasi yang terjadi. "Strange Invitation adalah sebuah album dengan tingkat paradoks yang tinggi," ujar mereka.

Sebagai gambaran mengenai album terbarunya, mereka telah merilis sebuah teaser melalui kanal youtube yang dapat kalian saksikan di bawah ini. (AL)

Senin, 02 Juni 2014

Wreck: "Protest, Survive, Dan Banyak Bersenang-senang!"

Firman, Dikdik, Ipul, dan Acil (Kiri-Kanan).
Photo by Wreck doc.
Semarak post-hardcore ala Dischord Records terus bergerilya untuk menemukan tepi kehidupannya sendiri. Kini giliran Wreck yang mencoba menginvansi skena lokal dengan musik yang mereka sajikan.

Band asal Bandung yang terdiri dari Acil Fardiaz vokal, Ipul bass, Dikdik gitar, dan Firman drum ini baru saja merilis debut EP di bawah Dandellion Records (untuk format tape cassette) dan tsefula/tsefuelha records (untuk format digital).

Wreck sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, khususnya untuk skena Bandung. Sebelumnya masing-masing personil sudah lebih dulu memiliki band, seperti Acil yang sempat aktif dengan beberapa band: Hellraiser(RIP) dan Senjata Rahasia, Dikdik bermain pula untuk Straight Back dan Ejakulasi Dini, Ipul masih aktif bersama Cyco Vision, dan Firman sendiri adalah bagian dari An Oath Of Allegience. (AL)

Ceritain dong bagaimana kalian bisa mendirikan Wreck ?
Acil: Awalnya itu saya ama Ipul pengen bikin band, itu pun belum kepikiran bakal bikin yang kayak gimana, jadi bisa dibilang awalnya band ini proyek santai dan iseng lah. Nah disatu waktu pas saya lagi dengerin Rites of Spring, tiba-tiba keinginan saya waktu tahun 2007 terlintas lagi, pengen bikin band semacam Nation of Ulysses atau Embrace! DC sound era 85-90an awal gitu. Nah awal mulanya disitu, terus saya ngomong ke Ipul gimana kalau bikin band semacam Ulysses. Itu jadi patokan awal. Ipul sepakat main bass. Lalu kita berdua kepikiran si Dikdik buat main gitar, yang emang waktu itu saya tau band lamanya (Ejakulasi Dini) udah vakum waktu itu. Saya ama Ipul ngajak dia dan tertarik. Akhirnya posisi vokal, guitar sama bass udah keisi. Nah posisi vital itu yang terakhir, partner yang main drum. Susah pisan anjis, sampe akhirnya saya ngajak kawan lama saya yang main drum di An Oath Of Allegience, namanya Firman. Dia mengamini, terus beberapa hari kemudian kita berempat ngumpul di rumahnya Ipul, ngobrol-ngobrol banyak. Nah disitu awal mulanya band ini muncul. Gitu aja sih.
Ipul: Gitu deh persis kaya yang acil jabarkan hehe.
Dikdik: Ya gitu deh persis kaya ipul hehe.
Firman: Kayanya saya yang paling ga banyak tau nih, karena memang paling bontot juga diajakinnya. Yang pasti pas temen-temen ngajakin itu kebetulan saya lagi mau garap band baru. Tapi karena satu dan lain hal, ya salah satunya faktor keakraban sih, akhirnya saya lebih milih bareng Wreck.

Wreck inikan anggotanya masing-masing punya band juga yah? Apakah Wreck ini semacam proyek all-star gitu?
Firman: All-star? Mana ada, Wreck ini semacam proyek Vans, eaaaa hehe. Untuk saya Wreck semacam proyek eksperimen, karena memang sebelumnya saya sama sekali belum pernah mainin musik semacam ini, makanya pas awal-awal bikin lagu dan latihan lumayan bingung masukin pattern drum yang saya rasa enak.
Ipul: Hahahaha proyek all star, nggak lah, ini mah proyek galau sebenernya T_T
Dikdik: Proyek galau yang pasti mas, kaya yang ipul bilang hahaha
Acil: Kalau 3 orang yang lain sih iya, kalau saya udah enggak. Dulu sih sempet bikin proyekan baru ama si Dendy, itu pun ga beres karena sibuk masing-masing. All-star? Kok jadi kedenger kayak tim olahraga ya?

Cil, lebih susah mana nyanyi di Wreck atau Hellraiser ?
Acil: Lebih susah waktu mainin bass di Senjata Rahasia, hahahaha. Sebetulnya sama aja kalau ngomongin masalah susah atau enggak, mau di Hellraiser kek, di Wreck kek, cuma beda konsep musiknya aja.

Debut album kalian banyak dipuji orang-orang. Bagaimana nih perasaan kalian?
Dikdik : Orang yang muji kita ya orang yang sedah gundah gelisah merana dan butuh cinta haha.
Acil: Masa sih? Kamu pasti bohong. Ya bagus kalau emang orang-orang pada suka ama EP yang kemarin.
Ipul: Wahh ada yang muji gituh? Itu yang muji mungkin hatinya sedang berbunga-bunga mz. 
Firman: Waduh kayanya itu orang-orang bayaran kita deh. (Yes! Terima kasih teman-teman tugas kalian berhasil….)

"The Pandemonium Organ" itu mengkisahkan apa sih?
Acil: Mengkisahkan tentang nabi yang bereinkarnasi menjadi pemain band. Hehe, bercanda. Lagu "Pandemonium Organ" itu sebetulnya nyeritain sikap kami berempat sebagai kolektif yang cinta sama musik. Kami mainin musik ini karena kami yang pengen, bukan karena paksaan dan tuntutan dari luar. Misalnya, tuntutan dari perusahaan rekaman besar yang banyak maunya. Jujur aja, kalau main musik karena terpaksa itu ga seru pisan anjis, yang ada malah jadi bosen dan buang-buang tenaga doang. Gak asik lah. Jadi inti dari lagu itu adalah kalau kamu suka sama musik kita, ya makasih. Kalau misal gak suka ya udah ga usah didengerin, sesederhana itu. Kalau mau berbagi ya ayo, itu lebih asik, toh nambah referensi, nambah temen juga.

Kita semua tau bahwa dunia hari ini tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Menurut kalian, bagaimana caranya agar hidup kita terus merasa baik dalam kondisi demikian?
Dikdik: Yang pasti ya bertahan, punya langkah kedepan untuk lebih baik, dan minum teh tarik.
Acil: Bersenang-senang dengan cara melakukan apapun yang menurut kamu itu menyenangkan, tapi jangan sampe mengganggu orang lain tentunya.
Ipul: E& inih berat pertanyaan nya. ‘Protest and survive’, banyakin senang-senang! :*
Firman: Pertanyaannya agak berat, boleh nyontek sebelah? haha. Salah satu cara terbaik adalah banyakin ke gigs, nongkrong, dan ngobrol ngalor ngidul biar ga banyak pikiran kalo dunia tidak sedang baik-baik saja. Btw jadi inget judul album band Favorite saya dari Bali, Ugly Bastard.

Lebih keren mana Wreck atau Cyco Vision?
Ipul: Mooseo~
Dikdik: Total Cronis (band punk nya Heyipul).
Acil: Dua-duanya keren dan lebih keren dari CBA tentunya, ups…
Firman: lebih keren……… Wreck Vision, hiduuuup!

Cil, lebih senang mana berkarya bareng Dendy atau Dik-Dik ?
Acil: Main musik bareng Dendy maupun Dikdik sama-sama nyenengin. Mereka berdua punya karakter & ciri khas masing-masing. Yang jelas mereka emang adik-kakak yang sama-sama sinting main gitarnya hahaha. ‘D Brothers’ rules!

Bagi-bagi referensi dong ke kita semua. Apa saja yang kalian dengarkan saat menggarap debut album lalu?
Dikdik: Dengerin Hammock, Austin TV, Godspeed You! Black Emperor, Mogwai, Gorilla Biscuit, OFF!, Minor Threat, Mew dan yang pasti dengerin hati ini berbicara :’) hehehe.
Ipul: Kalo saya sih Wild Moth, suka banget sama mereka, album Over Again sama Mourning Glow E.P. Bagus, kalau ga salah rilisan fisik nya masih ada di Ruangkecil Records, sangat recommended sekali. Sisanya sih ya sama kaya yang lain Fugazi, Bloc Party, tambah polesan dari Sonic Youth hehe.
Acil: Wah anjis banyak pisan, masing-masing dari kita punya selera dan referensi yang beda-beda. Kalau saya sendiri sih referensinya: Nation of Ulysses, Carcass, Embrace, Bolt Thrower, Fugazi, The Left, Hoover, Beastie Boys, Dead Kennedys, Dismember, The Weakerthans, Refused, Boysetsfire, MC5, itu yang saya inget sekarang.
Firman: Untuk departemen drum, waktu itu saya lagi banyak dengerin Kings of Leon yang album paling terakhir, Bloc Party, Frightened Rabbit, Lemuria, dan Touché Amoré. Mungkin kalo temen-temen yang dengerin secara seksama, kayanya bakal nemu beberapa part yang beat-nya sangat mirip dengan band-band saya sebutin tadi hehehehehehe.

Apa yang membedakan Wreck (selain musik tentunya) dengan band-band kalian masing-masing ?
Acil: Saya ga punya band lain buat sekarang, hahaha. Tapi kalau perbedaannya ama band yg dulu ya beda nama bandnya.
Ipul: Saya main bass disini hahaha.
Firman: Kalo yang saya rasain, salah satu yang membedakan wreck adalah punya semangat berdikari yang kuat sih.
Dikdik: Sebenernya aku main gitar sih bukan main hati *nah loh*

Rekomendasikan tempat hangout paling terbaik di Bandung dong? Alasannya?
Dikdik: Taman cikapayang sambil minum teh tarik, tapi inget jangan pernah bawa pasangan kesana (karena sering berujung kandas cinta) hahaha.
Acil: Taman cikapayang dago pas lagi sepi, tapi pas anak-anak pada kumpul semua. Alesannya karena tempatnya strategis buat ngopi, ngobrol dan enaknya bisa ketawa-ketawa seenak jidat. Oh iya 1 lagi, suka banyak ABG yang berjilbab juga kadang-kadang. Hehehe.
Ipul: Jarang hang-out si saya mz, ya paling juga di taman cikapayang ngopi sore, sambil mantengin gereja, asik sih itu.
Firman: Bukan pecandu buku, tapi Kineruku bisa jadi tempat paling terbaik di Bandung. Alasannya? kalian harus langsung datang kesana dan temuin alasan kalian sendiri.

Untuk selanjutnya, apa yang sedang kalian rencanakan ?
Ipul: Nambah materi dulu sih, pengen nambah rilisan lagi haha.
Acil: Rencana ke depan? Banyak sih, tapi yang pasti mah bikin lagu baru lagi, buat album penuh mungkin?! Terus bakal bikin split ama 3 band lokal keren dan semuanya band favorit saya hahaha. Apalagi ya, ah banyak lah rencana mah, sambil jalan aja.
Firman: Percis kaya jawaban acil, ditambah memperkokoh basis ekonomi band. Biar ga repot pontang panting nyisihin uang saku dari orang tua.
Dikdik: Mengobati hati ini :’)

#review | Skate Fast - Demo (2014)

Bogor ternyata menyimpan satu harta karun yang benar-benar segar. Arti segar yang saya maksud bukan pendatang baru (FYI: mereka terbentuk sejak 2008). Namun, apa yang mereka mainkan benar-benar menyegarkan, persis seperti ketika kamu berjalan di tengah terik matahari dan meneguk es buah. Mereka adalah Skate Fast, sebuah band yang mengkombinasikan riff-riff thrash dengan beat-beat punk, alhasil menyajikan suguhan yang benar-benar membuat saya tersenyum senang. So catchy!

Tiga lagu yang saya terima melalui email redaksi: "We are People Shit", "Fuck Dat Shroom", dan "Surfing Sites", langsung mengingatkan saya pada Razors Edge maupun RazorXFade. Yah, slide gitar yang menghentak seraya mengajak bergoyang, dibalut dengan ketukan yang membuat kita seakan tak ingin berhenti meliar, dan yang terpenting adalah mereka menyebarkan keceriaan. Mereka tidak langsung main hajar dan asal cepat.

Semoga mereka cepat merilis album dalam bentuk fisik. Dan sepertinya saya penasaran dengan live performance mereka. Semoga benar-benar menyenangkan sekaligus liar. (AL)