Tampilkan postingan dengan label interviews. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label interviews. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Maret 2016

The Cloves and The Tobacco: Kretek, Celtic Punk, dan Persahabatan

Piztt (fiddler) terkagum ketika pertama kali melihat video yang kawannya berikan. Rasa penasaran dan antusiasme yang tinggi terhadap apa yang baru didengar dan lihat menyertainya. Sayangnya Piztt tidak tau band apa gerangan karena tiadanya keterangan nama pada video tersebut. Akhirnya ia pun mencari informasi guna memenuhi hasrat keingintahuannya tersebut. "Baik melalui obrolan dengan kawan-kawan di skena lain ataupun via internet, yang saat itu kecepatannya belum seperti sekarang," tuturnya. Piztt pun menemukan jawabannya, ternyata band yang ia saksikan bernama Flogging Molly -sebuah band Celtic Punk asal Amerika Serikat.

Setelah semakin candu dengan dua album: Swagger dan Drunken Lullabies, milik idolanya itu. Piztt akhirnya tertarik untuk memulai membentuk band dengan genre serupa. Ia pun mengajak beberapa teman nongkrongnya di Jl. Cornelist Simandjuntak, untuk mulai mendirikan band. "Selain karena rasa ketertarikan, juga bertujuan untuk semakin mempererat rasa persahabatan dalam skena kami. Mengingat juga beberapa person di skena tersebut tidak mempunyai atau tidak sedang tergabung dalam sebuah band manapun," ujarnya.

Dengan alat yang sederhana, seperti Gitar Akustik pinjaman, Pianika, Recorder -seruling yang biasa dipakai dalam pelajaran seni musik di SD danSMP, Harmonika, dan tentunya dengan tambahan drum, bass, gitar elekrik milik rental studio, Piztt mulai berlatih bersama beberapa teman yang berhasil dikumpulkannya. Sebuah cikal bakal yang pada akhirnya menelurkan band celtic punk asal Yogyakatya, The Cloves and The Tobacco. Yang kini sudah memiliki dua album dan sempat mengisi soundtrack untuk film garapan sineas asal Amerika Serikat. (AL)

Jumat, 19 Februari 2016

Ini Scene Kami Juga!: Sebuah Film Tentang Perempuan Punk

Pertama kali mendengar bahwa akan ada sebuah film dokumenter tentang scene hardcore punk Indonesia, membuat gua penasaran. Selain memang film dokumenter adalah sesuatu yang masih asing di scene lokal, ditambah lagi film tersebut ternyata fokus ke aktifitas para perempuan. Dua hal yang langsung membuat gua semakin menggila. Pun gua pikir sudah bukan saatnya lagi scene ini terperangah kagum ketika melihat American Hardcore, The Punk Singer, The Other F Word, atau yang sedang panasnya The Other Option, dan seabrek film lainnya yang mengekspos scene punk di luar sana. Scene ini butuh pendokumentasian yang solid juga. Dan gua pikir langkah Hera Mary untuk membuat Ini Scene Kami Juga! cukup tepat, walaupun ia mengakui dikerjakan dengan kemampuan yang serba terbatas, namun itu bukan masalah yang besar. Terpenting adalah semangat untuk melakukannya terlebih dahulu.

Beruntungnya Lemarikota berkesempatan untuk ngobrol dengan Hera yang berdomisili di Bandung seputar film garapannya dan ide dibelakangnya. (AL)


Sabtu, 13 Februari 2016

A-Tseng Fikrey & The Ladies: "Junjung Tinggi Kode Etik Playboy, Segel Rusak Barang Kembali"

A-Tseng Fikrey & The Ladies adalah nama baru untuk dikancah rock tanah air, namun kemunculannya langsung mencuri perhatian massa rock dengan nama band yang eksentrik dan terlebih setelah rilisnya debut album Sasa Bagara Malas Malas (jangan coba membacanya dengan mengganti huruf "A" menjadi "U") pada 2015 lalu. Karakteristik musik yang heavy dan darkness, dipadukan lirik yang vulgar dan kadang melahap ranah sci-fi. Menjadi karakteristik tersendiri bagi band asal Yogyakarta satu ini. Bahkan debut album tersebut mendapat predikat album terbaik versi Warning Magazine tahun lalu.

A-Tseng Fikrey & The Ladies adalah sperma hasil persenggamaan para personil Kultivasi, Rabu, Goorsha, dan MDAE yang dikeluarkan begitu saja tanpa adanya ekspektasi dan tendensi kecuali untuk satu tujuan yakni bersenang-senang. Meski begitu bisa dibilang mereka adalah representasi rock yang flamboyan, apa adanya, dan tipikal band rock lainnya yang nakal. Oh yah, mereka juga punya fantasi yang liar dan mewakili gairah muda mudi yang menggebu.

Berikut adalah hasil obrolan Lemarikota dengan sang vokalis Wednes Mandra. (AL)

Rabu, 03 Februari 2016

Take This Life: "Semakin Unik Dan Eksperimental Akan Memperkaya Scene Sendiri"

Band asal Malang ini sudah cukup lama berada di skena hc/punk sejak tahun 2005 dan memainkan genre musik yang tidak biasa yaitu Mathcore dan (mid 90s) Screamo or whatever you call. Ya, band ini bernama Take This Life. Band yang cukup bisa dibilang veteran ini sendiri di gawangi oleh Julius Bagus (vocal), Bayu Jabrek (gitar), Yogi Sinyo (bass), dan Rizky Gondol (drum) Mereka juga sudah memunculkan dua EP dan satu Album yang sangat menarik, dan selalu memiliki tema tersendiri di tiap rilisan mereka.

Beruntunglah saya memiliki kesempatan melakukan sesi tanya jawab dengan mereka di tengah-tengah kesibukan mereka semua yang harus bertahan hidup atau bekerja, selamat menikmati interview kali ini. (oldbrains91)

Hai perkenalkan dong siapa kalian dan ceritakan sedikit tentang Take This Life ? 
Halo, saat ini Take This Life adalah Julius Bagus, Bayu Jabrek, Yogi Sinyo, dan Rizky Gondol. Tahun ini Take This Life genap berusia 10 tahun, semoga masih bakal jalan sampai banyak tahun lagi.

Selasa, 02 Februari 2016

Kontrasosial: Touring Eropa, Bandung, dan Ganja

Setelah membuka-buka folder redaksi kembali, ternyata saya melewati satu naskah yang saya sendiri sudah lupa sejak kapan menyimpannya. Naskah tersebut berisi transkrip wawancara saya bersama band d-beat asal Bandung, Kontrasosial. Setelah dibaca ulang ternyata materinya masih lumayan relevan untuk dipublikasi.

Saya memang tidak ingat kapan naskah ini tersimpan namun saya ingat ketika itu mewawancarai mereka tepatnya setelah album terbaru mereka bertajuk Vol.4 rilis. Langsung saja di simak hasil wawancara seputar album terbaru mereka tersebut, touring Kontrasosial ke Eropa, hingga makanan favorit mereka. Yang diwakili oleh Billy Anjing (B) dan Ebby (E). (AL)


Hal apa yang dalam waktu terakhir mengganggu kalian nih ?
(B) Akhir-akhir ini aku sedang terganggu oleh terbatasnya perangkat berkarya.

(E) Hal yang sangat mengganggu yaitu PEMILU tapi istri saya memilih JOKOWI

Rabu, 27 Januari 2016

Talamariam: Bukan Band Hanya Kolektif Pendongeng Luka

Gaung Talamariam mungkin jauh dari hingar bingar pembicaraan, namun jejak mereka ada di mana-mana. Mulai dari cafe, bar, hingga ruang-ruang solidaritas. Mereka hadir sebagai representasi dari kerumunan orang yang volume suaranya diperkecil dan merasakan kegelisahan terhadap ketimpangan yang dihadapi dalam keseharian.

Melalui musik ala spoken word mereka mencoba meruntuhkan tembok para perugi. Suara mereka lantang terdengar di tengah aktivis, mahasiswa, hingga korban kejahatan agraris seperti di Rembang. Meski begitu mereka enggan disebut sebagai sebuah band. "Talamariam hanyalah pendongeng keliling, bukan grup band seperti yang kalian bayangkan. Kami hanya tukang cerita, penutur dongeng luka," ungkap kolektif asal Yogyakarta ini.

Berikut ini wawancara dengan mereka selepas rilisnya lagu terbaru bertajuk "Nafas" pada 22 Januari kemarin. (AL)


Apa yang sedang membuat kalian gundah dan gembira ketika menjawab interview ini ?
Hallo Lemarikota semoga semangat kalian masih terbakar di sana! Jujur kita gundah karna jarak dan kesibukan antar anggota kolektif musik ini, akhirnya membuat kita sempat tidur panjang. Dan gembira karna kebun rumah kami mulai diguyur air hujan!

Rabu, 20 Januari 2016

AK//47: Bangun Tidur, Fenomena Blackened, dan Masa Depan

Lama tak terdengar, setelah memutuskan hiatus pada 2008 silam. Unit veteran grindcore asal Semarang, AK//47 mendadak aktif kembali. Tidak hanya sekedar bangun dari tidur, mereka juga menggelar rangkaian tur 13 Kota pada Desember 2015 kemarin. Tidak hanya itu AK//47 yang kini diperkuat oleh Novelino Adam (bass, vokal), Yogi Ario (drum), dan Garna Raditya (gitar, vokal) sedang disibukan oleh penggarapan album ketiga.

Mereka juga baru saja menyelesaikan produksi video klip untuk lagu "Ignorant Middle Class" dengan bantuan kawan-kawan dari Semarang On Fire dan LOL Production. "Video tersebut akan dirilis bersamaan dengan album," tutur mereka.

Beruntung sekali Lemarikota berkesempatan untuk mewawancarai AK//47 disela-sela kesibukan mereka memproduksi album, bekerja, dan mengurusi Vitus Records Store. (AL)

Kalian kembali aktif tahun 2015 lalu. Apa yang membuat kalian pada akhirnya memutuskan untuk kembali berjalan ? Dan, pertimbangan apa saja yang muncul ketika itu ?
Materi album baru sudah kami kerjakan sejak awal tahun 2014. Sebelum kami main lagi, kami banyak latihan dan memulai untuk membiasakan menjaga stamina di panggung. Kami tidak berekspetasi apa-apa jika kami kembali, kami hanya ingin bersenang-senang, meletupkan energi yang terpendam. Lalu pada bulan Maret 2015, Rifqi (Moiss) ingin kami tampil lagi sekaligus mendampingi Vrosk, Matiasu, Kaitzr saat mereka tur ke Semarang. Mengejutkan, energi di panggung maupun audiens memberi isyarat bahwa kami telah kembali. Sepertinya, "Asu...kemana aja kita ini. Kita melewatkan banyak kesenangan selama beberapa tahun." Seperti itulah. (tertawa)

Minggu, 28 Desember 2014

Agung Prabowo: Dari Zine Vegetarian Hingga Komik Gundul

Ketika itu Agung Prabowo duduk di kelas 1 Sekolah Dasar, ia mendapatkan hadiah komik dari Ibu-nya karna berhasil meraih ranking kelas. Doraemon dan Kungfu Boy adalah komik yang Ibu-nya berikan. Menjadi cikal bakal ketertarikan pria kelahiran Semarang 29 tahun silam ini terhadap komik. "Sejak itulah saya mulai berfikir, membuat komik itu keren sekali," ungkapnya.

Namun tidak lantas membuat ia langsung menerbitkan komik. Ia lebih dulu menerbitkan sebuah fanzine vegetarian/hc-punk dengan nama For Tomorrow dan juga malang melintang diberbagai band, salah satunya Scream Of Oi.

Berikut ini hasil obrolan LK dengan Agung Prabowo soal statusnya menjadi komikus, zinemaker, anak band, dan juga seorang guru. (AL)


Apa yang membuat kamu pada akhirnya tertarik untuk menjadi komikus ?
Menjadi komikus sudah menjadi cita – cita saya sejak kecil, nah baru setelah lulus kuliah saya berkesempatan untuk terjun di dunia komik. Sekitar tahun 2010an saya mulai iseng – iseng meng-upload komik strip (komik 1 halaman) di facebook. Tanpa diduga, sambutannya begitu positif, dan beberapa penerbit pun mulai berdatangan untuk mengajak join dipenerbitan mereka, dream come true.

Rabu, 03 Desember 2014

Deal Statement: Menjadikan Band Sebagai Media Kampanye Gajah

Photo by DS doc.
Menurut WWF Indonesia, saat ini hanya tersisa 2.400 hingga 2.800 individu Gajah Sumatera di alam. Yang disebabkan oleh perburuan, deforestasi, dan hilangnya habitat, serta konflik dengan manusia. Pada September lalu tiga Gajah jantan ditemukan mati tanpa gading oleh warga di perkebunan kelapa sawit wilayah Aceh Timur (Link sumber).

Hal tersebut menggugah unit hardcore punk asal Kota Depok, Deal Statement, untuk melakukan fundraising untuk membantu menyelamatkan Gajah. Fundraising tersebut dilakukan dengan cara menjual kaos yang semua keuntungannya akan di sumbangkan melalui salah satu LSM yang fokus pada isu terkait. Tidak hanya itu, saat ini Deal Statement sedang menggarap sebuah video dokumenter. Mau tau lebih lanjut ? Mari simak hasil obrolan singkat kami dengan Giring (gitar/back voc) Deal Statement. (AL)

Minggu, 19 Oktober 2014

Tomi Wibisono: Dari Hitam Putih Hingga Berwarna dan Glossy

Photo by Tommy doc.
Kiprah Tommy Wibisono di dunia Jurnalistik di mulai dengan menerbitkan sebuah media non-profesional aka Zine dengan nama Salah Cetax, yang sudah mencapai 12 edisi dan sudah digeluti olehnya sejak 7 tahun silam.

Barulah ketika ia beranjak dari Balikpapan dan mulai menetap di Jogyakarta sebagai mahasiswa komunikasi di salah satu universitas, ia mendirikan Warning Magazine: sebuah media musik dengan tampilan full color dan glossy. Yang mana majalahnya tersebut kini sudah mencapai 4 edisi. Dan untuk mengetahui asal-usul/proses transisi dari Salah Cetax ke Warning Magazine, berikut hasil wawancaranya. (AL)





Hallo Tom. Lagi sibuk apa nih ?
Ini lagi ngedit foto-foto Carcass di Rock in Solo kemarin mas. sama ya sibuk mikir judul skripsi hehe.

Walaupun kedengerannya basi, tapi kayanya seru nih kalau kamu cerita tentang perkenalan dengan zine. Prosesnya bagaimana tom ?
Gpp, yang basi juga kadang enak hehe. Kenal zine ya, itu dulu kalo gak salah akhir 2006. Zine pertama yang kubaca Arus Bawah buatan Fitrah No Label Recs. Terus tertarik cari tau, datang kelapakan, ketemu mas-mas punk buat cari zine. Ini bukan hal yang mudah untuk kota kaya Balikpapan yang serba terbatas. hehehe. Diawal-awal itu dapat Jalur Bebas, Hantam Stagnansi. Nah dulu, dari si mas editor Jalur Bebas ini, aku suka order zine.

Senin, 29 September 2014

Black//Hawk: Generator Baru Skena Palembang

Photo by Black//Hawk doc.
Ingat kemarin lalu ada beberapa anak remaja juga yang dikira akan cukup progressive di skena hardcore lokal, yang pada akhirnya juga putus di tengah jalan. Tak ada yang baru dengan Black//Hawk jika menilik dari perkembangan hardcore dunia, tapi mereka menyegarkan. Siapa sangka saya akan menemukan bagian-bagian post metal yang teramat saya suka bergantian dengan cepatnya hardcore punk bersama begitu beratnya hardcore di tiap penampilan mereka?

Terlebih lagi keseriusan mereka untuk tetap menjaga kewarasan bermusik di tengah banyak kesibukan yang akan dan sedang mereka hadapi selulus sekolah mereka tahun ini. Yah mereka baru lulus sekolah setara SMA tahun ini, quartet hardcore muda yang tanpa pikir panjang langsung merampungkan materi album dan akan merilisnya di tahun pertama mereka terbentuk. Apa yang coba mereka lakukan?

Simak interview mereka kali ini! (yang sebenarnya pada kenyataannya penuh gelak tawa pada tiap jawaban).

Halo Black//Hawk, selalu seperti biasa, menyenangkan jika kita mulai dengan perkenalan, dari Black//Hawk sebagai band, dan masing-masing sebagai personal?
Naufal: Aku Naufal biasa dipanggil Sombol, sebagai vocal di Black//Hawk
Billy: Aku Billy sebagai gitar
Imam: Aku Imam sebagai bass di Black//Hawk
Aldo: Aku Aldo Sebagai drum di Black//Hawk
Naufal: Aldo ini bisa dibilang baru masuk gantiin Rama kemaren sebagai drum karena sibuk kuliah.
Terus Black//Hawk dari Palembang, beraliran hardcore, sebenarnya gak ngotak-ngotak dan ndak mau terkotak-kotakkan sih kalo genre, mau dibilang apa, ada yang bilang sludge-core, blackened hardcore atau sejenisnya, tapi kami mengkarakteristikan band kami dengan hardcore.

Rabu, 13 Agustus 2014

Interview w/ Lost Another

Photo by LA doc.
Menurut Otong "Koil" ketika diwawancarai sebuah stasiun tv “band keren itu band yang setiap tahun nya bikin album, itu baru keren.” Nah, bicara soal album saya berkesempatan untuk mewawancarai sebuah band death metal yang bermukim di Jakarta Timur, Lost Another, yang kali ini diwakili oleh Rayyan (Vokal) Dan Uwi (Drummer), berbagi cerita soal penggarapan album teranyar mereka Agenda Kehancuran yang akan rilis tahun ini. (Budi Cole)

Bisa diceritakan bagaimana konsep awal pembuatan album pertama kalian yang bertajuk Agenda Kehancuran ?
R: Konsep awal sih dari gw mengajukan ke anak-anak untuk mengangkat tentang zaman orde baru dimana ketika itu Soeharto menjabat sebagai presiden, yak membahas sisi kelam dimasa tersebut dan anak-anak semua setuju.

Senin, 14 Juli 2014

Cerita Menarik Final Attack Selama Brothers Keepers Tour 2014

Photo by FA doc.
Band hardcore berhaluan berat asal Jakarta, Final Attack pada bulan Mei hingga Juni kemarin mengadakan tour. Bisa dibilang adalah rangkaian tur terlama dengan destinasi terbanyak yang pernah ada di skena hardcore lokal yakni 27 kota. Dalam tur yang bertajuk Brothers Keepers Tour 2014 mereka tidak sendirian, grup hardcore asal Bandung, Under18 menjadi tandem dalam mengarungi kota demi kota.

Tentu selama perjalanan banyak hal yang mereka lalui terlebih Final Attack melakukan semua itu bersama vokalis baru mereka yakni Bagoes. Saya rasa tour adalah hal yang paling diidam-idamkan oleh semua band: bertemu teman baru, cerita baru, dan suasana yang pastinya baru juga. Dan selepas tour tidak ada yang lebih berharga selain foto/video dokumentasi perjalanan dan cerita yang menyertainya. Berikut ini teman-teman dari Final Attack akan membagiakan bagaimana serunya perjalanan mereka selama Brothers Keepers Tour 2014 kemarin. Yeah.... "Touring is never boring.." kata Ramones. (AL)

Bagaimana kondisi kalian selepas menyelesaikan Tour 27 kota ?
Indra (I): Kondisi sih yang pasti capek, pegel, kangen kasur rumah tapi semua sudah kembali normal setelah 3 hari full istirahat. hehe...

Andri (A): Mungkin bisa dibilang sih luar biasa. Luar biasa capek, luar biasa senang, luar biasa sedih, luar biasa lega, ya luar biasa deh semuanya. Yang pasti sih enak banget udah tidur di kamar dan kasur sendiri. Hahaha...

Bagoes (B): Campur aduk rasanya. Capek mendekati remuk, lega, sekaligus juga sedih

Minggu, 29 Juni 2014

Mari Membongkar Isi "Dapur" Anoa Records

Pertumbuhan label records di ranah musik independen lokal kian pesat. Masing-masing menawarkan ragam musik yang menjadi keyakinannya masing-masing. Bicara soal label records, tentu mustahil apabila perhatian kita tidak tercuri oleh salah satu label asal Jakarta yang saat ini, Anoa Records.

Label yang awalnya dirikan oleh empat orang: Peter A.W., Andri Rahadi, Ritchie Ned Hansel, dan Tommy Hartomo (mundur karena kesibukan di sebuah BUMN) ini adalah pihak yang cukup berjasa melambungkan duo pop bising Barefood dan juga unit indie-rock Seaside.

Berikut ini, kami berkesempatan untuk mengetahui sedikit rahasia dapur Anoa Records. (AL)

Bisa diceritakan, bagaimana awalnya Anoa Records terbentuk ?
Anoa terbentuk dari sebuah dokumenter yang ditonton, judulnya Upside Down, dokumenter label Creation Records. Terkesima dengan cara Alan McGee

Senin, 16 Juni 2014

Dead Pits: Old School Hardcore Dari Kuliah Sampai Berkeluarga

Photo by Alfian Putra A.
Musik hardcore yang begitu identik dengan anak muda sepertinya memang mampu menyihir siapa saja untuk tak pernah mengenal kata tua, terlebih bagi yang memainkannya. Seperti ke lima cowok ini. Meski dari tampak luar, mereka sudah tak dapat dikatakan muda lagi namun semangat yang mereka pancarkan tetap membara. Yah mereka termasuk bagian dari generasi menolak tua. Yang begitu enggan membahas berapa banyak jumlah angka dalam hidupnya (baca: umur).

Meski helai-helai putih sudah mulai bertumbuhan disela-sela rambut hitam milik Gampang (vokal), Ivan (gitar), Patrick (bas), Edy (gitar), dan Miko (drum). "Nggak usah tanya umurlah, kalau di sini. Tau sama tau aja," celetuk Gampang. "Biasanya yang paling banyak ubannya yang paling tua," sambungnya kemudian, seraya mengundang tawa kita semua yang ada malam itu.

Jumat malam itu, seperti biasa di kediaman Patrick, mereka selalu menyempatkan diri untuk berkumpul-menjaga tali silahturami. Sudah tidak ada lagi perasaan canggung di antara mereka. Bercanda-pun begitu mengalir dan lepas. Terang saja, mereka sudah saling mengenal sejak 18 tahun yang lau ketika masih sama-sama berstatuskan mahasiswa.

Pada malam itu pula, saya memiliki kesempatan untuk menikmati secara langsung bagaimana kesyahduan di antara mereka -band hardcore asal Jakarta yang sudah eksis sejak 1996 dan baru saja merilis album terbarunya. (AL)

18 tahun eksis. Apa yang membuat kalian masih bertahan hingga kini ?
G: Gak ada penyebab apa-apa. Kita ada karna memang kita suka. Dan dari dulu kita menjadi bagian scene hc/punk Jakarta. Secara personal sih, saya ingin memberikan kontribusi ke scene. Dengan harapan, scene gak mati dan spirit nya masih ada.

I: Emang pada doyan ngband pada dasarnya. Gimana juga kalau lu suka musik tapi gak ngapa-ngapainkan, malesin juga.

Sabtu, 14 Juni 2014

Morally Straight: "Hardcore Sudah Mati!"

Photo by MS doc.
Band hardcore yang satu ini, mungkin akan menjadi pengecualian untuk kamu yang lebih senang mendengarkan wejangan positif penuh kalimat motivasi dalam balutan musik yang menghentak ala band-band youth crew. Sebabnya, Morally Straight, menawarkan sesuatu yang akan membuat telinga kita (hardcore kids puritan) merasa shock oleh sederet kata-kata dalam lirik yang mereka sampaikan. (Baca review album mereka di sini).

Dan sejak kemunculan EP Normalitas pada 2012 lalu, perhatian saya pun tercuri. Terlebih ketika mereka mengeluarkan album split dengan Underline, yang semakin membuat rasa penasaran saya bergelora tentang band asal Bandung ini. Dan beberapa saat yang lalu saya berhasil melemparkan beberapa pertanyaan kepada mereka. Berikut adalah hasil obrolan kami. (AL)

Apa yang tengah menyibukan kalian saat ini ?
Yusuf: Macul lahan orang, ngumpulin uang buat nikah!
Luthfi: Mem-buruh setiap hari!
Whisnu: Kerja, memperkaya dompet orang lain!
Iwan: Sibuk di-didik oleh orang lain, mudah-mudahan bisa segera men-didik orang lain!

Saya tertarik dengan warna cover EP Normalitas. Cukup unik bagi saya. Apa yang menjadi landasan untuk memilih warna tersebut ?
Tak ada landasan pasti, hanya saja menurut kami, warna pink gak bikin urat dahi berkerut. Mencoba agar tidak terlihat hc/punk banget..haha! Apaan sih!

Agar tidak terlihat seram. Agar menarik minat anak-anak kecil untuk membeli, jadi dipilihlah warna pastel pink. Invasi pelangi sebelum senja menjelang telah meratapi dini pucat pasi hakiki yang dikebiri!

Dalam lagu “Fairytale Kingdom”, kalian menyoalkan proses band-band cepat saji. Lantas bagi kalian, bagaimana idealnya sebuah band itu harus terbentuk ?
Bagi kami, bikin band itu gak gampang, gak segampang ngisi TTS (Teka Teki Silang).

Senin, 02 Juni 2014

Wreck: "Protest, Survive, Dan Banyak Bersenang-senang!"

Firman, Dikdik, Ipul, dan Acil (Kiri-Kanan).
Photo by Wreck doc.
Semarak post-hardcore ala Dischord Records terus bergerilya untuk menemukan tepi kehidupannya sendiri. Kini giliran Wreck yang mencoba menginvansi skena lokal dengan musik yang mereka sajikan.

Band asal Bandung yang terdiri dari Acil Fardiaz vokal, Ipul bass, Dikdik gitar, dan Firman drum ini baru saja merilis debut EP di bawah Dandellion Records (untuk format tape cassette) dan tsefula/tsefuelha records (untuk format digital).

Wreck sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, khususnya untuk skena Bandung. Sebelumnya masing-masing personil sudah lebih dulu memiliki band, seperti Acil yang sempat aktif dengan beberapa band: Hellraiser(RIP) dan Senjata Rahasia, Dikdik bermain pula untuk Straight Back dan Ejakulasi Dini, Ipul masih aktif bersama Cyco Vision, dan Firman sendiri adalah bagian dari An Oath Of Allegience. (AL)

Ceritain dong bagaimana kalian bisa mendirikan Wreck ?
Acil: Awalnya itu saya ama Ipul pengen bikin band, itu pun belum kepikiran bakal bikin yang kayak gimana, jadi bisa dibilang awalnya band ini proyek santai dan iseng lah. Nah disatu waktu pas saya lagi dengerin Rites of Spring, tiba-tiba keinginan saya waktu tahun 2007 terlintas lagi, pengen bikin band semacam Nation of Ulysses atau Embrace! DC sound era 85-90an awal gitu. Nah awal mulanya disitu, terus saya ngomong ke Ipul gimana kalau bikin band semacam Ulysses. Itu jadi patokan awal. Ipul sepakat main bass. Lalu kita berdua kepikiran si Dikdik buat main gitar, yang emang waktu itu saya tau band lamanya (Ejakulasi Dini) udah vakum waktu itu. Saya ama Ipul ngajak dia dan tertarik. Akhirnya posisi vokal, guitar sama bass udah keisi. Nah posisi vital itu yang terakhir, partner yang main drum. Susah pisan anjis, sampe akhirnya saya ngajak kawan lama saya yang main drum di An Oath Of Allegience, namanya Firman. Dia mengamini, terus beberapa hari kemudian kita berempat ngumpul di rumahnya Ipul, ngobrol-ngobrol banyak. Nah disitu awal mulanya band ini muncul. Gitu aja sih.
Ipul: Gitu deh persis kaya yang acil jabarkan hehe.
Dikdik: Ya gitu deh persis kaya ipul hehe.
Firman: Kayanya saya yang paling ga banyak tau nih, karena memang paling bontot juga diajakinnya. Yang pasti pas temen-temen ngajakin itu kebetulan saya lagi mau garap band baru. Tapi karena satu dan lain hal, ya salah satunya faktor keakraban sih, akhirnya saya lebih milih bareng Wreck.

Wreck inikan anggotanya masing-masing punya band juga yah? Apakah Wreck ini semacam proyek all-star gitu?
Firman: All-star? Mana ada, Wreck ini semacam proyek Vans, eaaaa hehe. Untuk saya Wreck semacam proyek eksperimen, karena memang sebelumnya saya sama sekali belum pernah mainin musik semacam ini, makanya pas awal-awal bikin lagu dan latihan lumayan bingung masukin pattern drum yang saya rasa enak.
Ipul: Hahahaha proyek all star, nggak lah, ini mah proyek galau sebenernya T_T
Dikdik: Proyek galau yang pasti mas, kaya yang ipul bilang hahaha
Acil: Kalau 3 orang yang lain sih iya, kalau saya udah enggak. Dulu sih sempet bikin proyekan baru ama si Dendy, itu pun ga beres karena sibuk masing-masing. All-star? Kok jadi kedenger kayak tim olahraga ya?

Cil, lebih susah mana nyanyi di Wreck atau Hellraiser ?
Acil: Lebih susah waktu mainin bass di Senjata Rahasia, hahahaha. Sebetulnya sama aja kalau ngomongin masalah susah atau enggak, mau di Hellraiser kek, di Wreck kek, cuma beda konsep musiknya aja.

Debut album kalian banyak dipuji orang-orang. Bagaimana nih perasaan kalian?
Dikdik : Orang yang muji kita ya orang yang sedah gundah gelisah merana dan butuh cinta haha.
Acil: Masa sih? Kamu pasti bohong. Ya bagus kalau emang orang-orang pada suka ama EP yang kemarin.
Ipul: Wahh ada yang muji gituh? Itu yang muji mungkin hatinya sedang berbunga-bunga mz. 
Firman: Waduh kayanya itu orang-orang bayaran kita deh. (Yes! Terima kasih teman-teman tugas kalian berhasil….)

"The Pandemonium Organ" itu mengkisahkan apa sih?
Acil: Mengkisahkan tentang nabi yang bereinkarnasi menjadi pemain band. Hehe, bercanda. Lagu "Pandemonium Organ" itu sebetulnya nyeritain sikap kami berempat sebagai kolektif yang cinta sama musik. Kami mainin musik ini karena kami yang pengen, bukan karena paksaan dan tuntutan dari luar. Misalnya, tuntutan dari perusahaan rekaman besar yang banyak maunya. Jujur aja, kalau main musik karena terpaksa itu ga seru pisan anjis, yang ada malah jadi bosen dan buang-buang tenaga doang. Gak asik lah. Jadi inti dari lagu itu adalah kalau kamu suka sama musik kita, ya makasih. Kalau misal gak suka ya udah ga usah didengerin, sesederhana itu. Kalau mau berbagi ya ayo, itu lebih asik, toh nambah referensi, nambah temen juga.

Kita semua tau bahwa dunia hari ini tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Menurut kalian, bagaimana caranya agar hidup kita terus merasa baik dalam kondisi demikian?
Dikdik: Yang pasti ya bertahan, punya langkah kedepan untuk lebih baik, dan minum teh tarik.
Acil: Bersenang-senang dengan cara melakukan apapun yang menurut kamu itu menyenangkan, tapi jangan sampe mengganggu orang lain tentunya.
Ipul: E& inih berat pertanyaan nya. ‘Protest and survive’, banyakin senang-senang! :*
Firman: Pertanyaannya agak berat, boleh nyontek sebelah? haha. Salah satu cara terbaik adalah banyakin ke gigs, nongkrong, dan ngobrol ngalor ngidul biar ga banyak pikiran kalo dunia tidak sedang baik-baik saja. Btw jadi inget judul album band Favorite saya dari Bali, Ugly Bastard.

Lebih keren mana Wreck atau Cyco Vision?
Ipul: Mooseo~
Dikdik: Total Cronis (band punk nya Heyipul).
Acil: Dua-duanya keren dan lebih keren dari CBA tentunya, ups…
Firman: lebih keren……… Wreck Vision, hiduuuup!

Cil, lebih senang mana berkarya bareng Dendy atau Dik-Dik ?
Acil: Main musik bareng Dendy maupun Dikdik sama-sama nyenengin. Mereka berdua punya karakter & ciri khas masing-masing. Yang jelas mereka emang adik-kakak yang sama-sama sinting main gitarnya hahaha. ‘D Brothers’ rules!

Bagi-bagi referensi dong ke kita semua. Apa saja yang kalian dengarkan saat menggarap debut album lalu?
Dikdik: Dengerin Hammock, Austin TV, Godspeed You! Black Emperor, Mogwai, Gorilla Biscuit, OFF!, Minor Threat, Mew dan yang pasti dengerin hati ini berbicara :’) hehehe.
Ipul: Kalo saya sih Wild Moth, suka banget sama mereka, album Over Again sama Mourning Glow E.P. Bagus, kalau ga salah rilisan fisik nya masih ada di Ruangkecil Records, sangat recommended sekali. Sisanya sih ya sama kaya yang lain Fugazi, Bloc Party, tambah polesan dari Sonic Youth hehe.
Acil: Wah anjis banyak pisan, masing-masing dari kita punya selera dan referensi yang beda-beda. Kalau saya sendiri sih referensinya: Nation of Ulysses, Carcass, Embrace, Bolt Thrower, Fugazi, The Left, Hoover, Beastie Boys, Dead Kennedys, Dismember, The Weakerthans, Refused, Boysetsfire, MC5, itu yang saya inget sekarang.
Firman: Untuk departemen drum, waktu itu saya lagi banyak dengerin Kings of Leon yang album paling terakhir, Bloc Party, Frightened Rabbit, Lemuria, dan Touché Amoré. Mungkin kalo temen-temen yang dengerin secara seksama, kayanya bakal nemu beberapa part yang beat-nya sangat mirip dengan band-band saya sebutin tadi hehehehehehe.

Apa yang membedakan Wreck (selain musik tentunya) dengan band-band kalian masing-masing ?
Acil: Saya ga punya band lain buat sekarang, hahaha. Tapi kalau perbedaannya ama band yg dulu ya beda nama bandnya.
Ipul: Saya main bass disini hahaha.
Firman: Kalo yang saya rasain, salah satu yang membedakan wreck adalah punya semangat berdikari yang kuat sih.
Dikdik: Sebenernya aku main gitar sih bukan main hati *nah loh*

Rekomendasikan tempat hangout paling terbaik di Bandung dong? Alasannya?
Dikdik: Taman cikapayang sambil minum teh tarik, tapi inget jangan pernah bawa pasangan kesana (karena sering berujung kandas cinta) hahaha.
Acil: Taman cikapayang dago pas lagi sepi, tapi pas anak-anak pada kumpul semua. Alesannya karena tempatnya strategis buat ngopi, ngobrol dan enaknya bisa ketawa-ketawa seenak jidat. Oh iya 1 lagi, suka banyak ABG yang berjilbab juga kadang-kadang. Hehehe.
Ipul: Jarang hang-out si saya mz, ya paling juga di taman cikapayang ngopi sore, sambil mantengin gereja, asik sih itu.
Firman: Bukan pecandu buku, tapi Kineruku bisa jadi tempat paling terbaik di Bandung. Alasannya? kalian harus langsung datang kesana dan temuin alasan kalian sendiri.

Untuk selanjutnya, apa yang sedang kalian rencanakan ?
Ipul: Nambah materi dulu sih, pengen nambah rilisan lagi haha.
Acil: Rencana ke depan? Banyak sih, tapi yang pasti mah bikin lagu baru lagi, buat album penuh mungkin?! Terus bakal bikin split ama 3 band lokal keren dan semuanya band favorit saya hahaha. Apalagi ya, ah banyak lah rencana mah, sambil jalan aja.
Firman: Percis kaya jawaban acil, ditambah memperkokoh basis ekonomi band. Biar ga repot pontang panting nyisihin uang saku dari orang tua.
Dikdik: Mengobati hati ini :’)

Sabtu, 24 Mei 2014

Cerita Chipeng (Begundal Lowokwaru) Tentang Orang Pinggiran, Bullshit Punk, Dan Alkohol

Chipeng di Maitrin Cafe (21/5).
Photo by Alfian Putra A.
Malam itu (21/5) di pelataran bawah Maitrin Cafe, di tengah udara Jakarta yang sedang dingin akibat turun hujan. Vokalis Begundal Lowokwaru, Chipeng, nampak santai duduk di atas anak tangga tanpa jaket tebal. Ia hanya berselimuti kaos Big D. Namun dugaan saya malam itu ia cukup hangat, bukan karna atmosfer di dalam Maitrin yang panas oleh band-band punk rock macam The End, The Borstal, The Valid, Fireyjak, dll. Namun karna beberapa tenggak alkohol (yang saya tak tau jumlahnya) yang ia minum. Saya bisa menerka, akibat aroma yang keluar dari mulut vokalis bertubuh tambun tersebut.

Malam itu, ia dan bersama bandnya sedang dalam menyelesaikan rangkaian promo tour album ke-lima Nada Sumbang Pinggiran yang dirilis sendiri di bawah bendera label BL Records dan dibantu oleh Demajors.

Namun untuk seukuran orang yang telah mengkonsumsi alkohol, Chipeng termasuk tipikal orang yang lumayan sadar untuk diajak berkomunikasi. Atau, bisa jadi "persediaan" malam itu belum banyak yang ia jejali ke dalam lambung.

Begundal Lowokwaru sendiri adalah band yang cukup dikenal dengan sikapnya yang gemar mengkonsumsi alkohol. Hal tersebut selalu tertuang dalam lagu-lagu mereka seperti "One Botlle For All", "Dance Hangover", dan ucapan setiap kali menyapa para penggemar mereka: Salam Sodara Sebotol. (AL)


Sejauh ini bagaimana kesehatan kalian ?
Oh selalu sehat dan selalu tersenyum.

Kenapa album ke-lima ini diberi judul Nada Sumbang Pinggiran ? Apa makna dibaliknya ?
Karna banyak yang beranggapan orang-orang pinggiran itu selalu merusuhi. Yah, kita lihat seperti di Jakarta ini-lah. Banyak orang pinggiran yang datang ke kota. Entah itu punya skill atau tidak. Tetap saja orang lain menganggap orang pinggiran sebelah mata. Tapi kenyataannya, orang-orang pinggiranlah yang bisa menguasai kota-kota besar.

Semacam seperti pembuktian gitu ?
Bukan pembuktian juga. Orang pinggiran tetap bisa dan punya kemampuan untuk membuktikan bahwa “iniloh kita orang pinggiran tetap dengan kebanggan kami meskipun dianggap desa bisa mengalahkan semuanya”.

Ini berangkat dari pengalaman pribadikah ?
Yah, termasuk pribadi dan semuanyalah. Universal-lah. Itu realita semua.

Chipeng pernah juga merasakan ?
Yah kita pun merasakannya.

Seberapa berartinya album ini untuk kalian secara pribadi ?
Sebenarnya untuk arti khusus sih tidak ada. Kita ingin sajalah, selain waktu dari album sebelumnya yang terlalu lama. Sebenarnya judul albul kelima ini bukan yang sekarang ini. Karna kita seleksi lagi dari lagu-lagu yang masuk album ke lima ini. Rencana awalnya sih judulnya tentang teman, sahabat, dan keluarga besar Begundal Lowokwaru. Tapi karna tema lagunya tidak sesuai dengan judul itu, terpaksa dig anti.

Seperhatian saya, tema lagu kalian tidak jauh dari teman, keluarga, dan scene ? Seberapa pengaruhnya sih hal-hal tersebut dalam kehidupan ?
Kita tak mau munafik. Kalau banyak yang menilai semua lirik yang kita angkat itu tidak ada visi-misinya. Ada juga yang beranggapan “Kenapa kamu gak memilih yang politikal ataupun yang anti ini-itu”. Karna menurut kami pertanggung jawaban lirik itu sangat berat. Kami mengangkat tema yang sekiranya realita kita saja. Kita ketemu siapa, setiap harinya. Kenapa juga aku fuck the police, fuck the system. Aku khawatirnya aku tidak bisa mempertanggung jawabkannya. Sedangkan untuk, keluarga, pertemanan ataupun hura-hura itu setiap hari kita jalanin. Kenapa kita gak angkat itu saja. Kita ngomong apa adanya. Aku gak pengen munafik.

Tentang "Bullshit Punk" ?
Ketika kita memilih punk sebagai kebebasan berpendapat, terserah mau melakukan apa. Kita ngomongin punk dengan hati paling dasar karna untuk kebebasan. Tapi ketika memilih kita diberi batasan, “kamu gak boleh seperti ini, gak boleh seperti itu” lah ngapain juga aku memilih punk. Ngapain ?!

Sebenarnya lagu "Bullshit Punk" itu ditujukan untuk sekelompok orang atau ada individiu tertentu ?
Menyindir suatu kelompok. Setiap kota pasti punya orang-orang seperti itu, yang menganggap dirinya paling benar. Itu banyak, setiap kota yang aku jumpai pasti ada orang-orang seperti itu. Terus mau ngapain? Ketika kamu melarang seseorang berarti kamu melarang seseorang untuk berpendapat. Pengertian luasnya yah seperti itu.

Soal foto yang di flayer, yang ditengah jalan itu, ide nya dari mana ? Apakah sebagai parody dari The Beatles ?
Idenya dari kami sendiri. Yah, sebenarnya kita memparodikan The Beatles. Kita juga ingin mencocokan Nada Sumbang Pinggiran. Kenapa kita berfoto di tengah kota Malang yang padat ? Kenapa kita memberhentikan kendaraan ? Sebagai counter culture lah itu. Kita bisa melakukan apapun di tengah kota. Tanpa harus aturan gini-gini.

Foto itu sebagai simbol counter culture ?
Yang mengatasnamakan orang-orang pinggiran. Kami mengkonsepkan dalam satu frame bahwa “iniloh konteksnya dari Nada Sumbang Pinggiran, orang-orang pinggiran yang menguasai kota.”

Flyer yang menampilkan foto BL
memparodikan The Beatles.

Kalian pun termasuk band yang aktif tur yah. Dan jumlah kotanya pun lebih dari 5. Ada persiapan khususkah ?
Yang sekarang hampir 25 Kota. Persiapan khusus tidak ada. Kita hanya menghubungi teman-teman di setiap kota untuk mewujudkan mimpi kita. Akhirnya terwujud hingga hari ini, alhamdulliah.

Klasik sih om, bagaimana masalah pendanaannya ?
Kalau untuk tur sebelumnya kita memang siapkan dana dari pribadi. Sekarang pun begitu. Tapi sekarang pake sistem beli tiket dapet CD. Dan kita alokasikan dana dari penjualan CD untuk biaya produksi dan sisanya untuk keliling (tur).

Selain aktif tur. Kalian juga terkenal sebagai die hard drunker ?
Itu karna pertanggung jawaban lirik tadi. Dari album pertama-kedua. Itungan dari dulu sampe lima album ini, lirik kami tidak jauh dari minuman. Suatu saat itu bisa jadi boomerang bagi kami sendiri. Pasti adalah nanti kondisi seperti apa, memutuskan untuk tidak minum. Tapi nanti kita ketemu orang lain dan protes “kamu gak sesuai sama lirik mu” tapi bagaimana caranya kita harus tampil prima. Kita harus tetap minum dan menjaga kenakalan kita sendiri. Yah itu konsekuensi dari lirik tadi.
Chipeng tumbang dengan botol beer
di Borneo Beer House (24/12) lalu.
Lebih suka manggung dengan atau tanpa alkohol ?
Sama saja sih. Tergantung acaranya. Tapi karna kita keseringan, yah minimal adalah minuman yang bisa kita tenggak. Yah kalau tidak ada sama sekali, ya bingung juga. Gak bisa munafik juga, gak enak. Tapi kita sering juga tanpa minum sama sekali, cuman “Aduh kok rasanya ada yang kurang.”

Rekomendasikan dong minuman favorite ?
Minuman tradisional Malang-lah, Topi Miring.

Waktu paling tepat untuk mengkonsumsi alkohol itu seperti apa dan dengan siapa ?
Yang paling pas adalah ketika kita memegang duit yang banyak. Kalau kita gak punya duit, tapi maksa untuk minum, yah gak enak mau nambah. Masa minta sama orang lain.

Selasa, 13 Mei 2014

MV (ex-Homicide) Bicara Soal Proyek Musik Terbaru

MV. Photo by morrieandoslo.com
Malang melintang dengan motor panas hip-hop bernama Homicide yang membuat gempar tidak hanya skena hip-hop namun hc/punk lokal, yang kemudian harus redup. Dan mencoba bangkit kembali bersama proyek musik Rigor Mortis yang tak pernah jelas arahnya hingga sekarang. Yang kemudian pada akhirnya membuat ia banyak terlibat proyek musik bersama band-band semacam Eyefeelsix hingga the Brandals. Dan terakhir ia mendirikan sebuah label records, Grimloc Records. Dan kini, Herry Sutresna aka Ucok aka MV kembali hadir dengan proyek musik terbaru bernama Bars Of Death.

Uniknya dalam proyek terbarunya tersebut, MV tidak sendiri. Ia bekerja bersama kawan lamanya yang dulu sempat menjadi tandemnya di Homicide yakni MC. Sarkasz.

Video ini adalah tentang bagaimana MV menceritakan proyek musik terbarunya tersebut. (AL)

Minggu, 04 Mei 2014

Album Baru Menjadikan Real Project Dewasa

Formasi terbaru Real Project. Photo by Mels doc.
Setelah debut mini album "In My Heart" sukses menggebrak skena hardcore lokal dengan keagresifan yang Real Project tawarkan pada 2011 silam. Kini unit hardcore yang cukup terpengaruh oleh band-band angkatan 90-an ini, kembali mencoba mempersiapkan album terbaru.

Bongkar pasang personil yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir, membuat perubahan dalam segi musikalitas mereka, tentu menjadi lebih segar.

Hal tersebut terbukti dari single terbaru berjudul "Value Driven" yang telah mereka lepas pada awal tahun kemarin. Single tersebut menjadi semacam sneak-peek dari bagaimana Real Project ke depannya.

Dan Mels (vokalis) sedikit akan bercerita, tidak hanya tentang album terbarunya tersebut, melainkan banyak hal. (AL)


Dengar kabar, kalian sedang mempersiapkan album baru. Sudah sejauh mana prosesnya hingga kini ?
Sejauh ini untuk take instrument udah kelar, tinggal gw doang nih belom nyanyi, masih banyak sih, belum juga sampe ketahap mixing, mastering & blablaaa. Minggu depan kelar , Ali tur sama Straight Answer mungkin kita atur lagi kelanjutannya.

Mengenai single “Value Driven”, bisa jelaskan sedikit tentang makna di balik lagu tersebut ?
Wah kalo itu lagu serta lirik gw kasih kesempatan Ali yang bikin, ya kalo gw biasa tim nambah-nambain & komentar aja. Haha… Value Driven itu pun lagu pertama yang dibikin doi untuk kita.

Masih membahas single kalian. Kali ini sound terdengar lebih modern dari sebelumnya. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi ?
Masasih? Haha… Rekaman yang lebih dewasa mungkin, karna disemua lagu kita sebelumnya biasanya live recording aja di K studio. Kalo ini tracking tapi tanpa metronome. Single itu pun sebenernya rekaman iseng & ada beberapa lagu, yang awalnya cuma buat denger & buat bahan evaluasi Album nanti juga mungkin. Tapi pada akhirnya kita mutusin 1 lagu (Value Driven) kita mixing & cover song dari Negative Approach unmixing, nah 2 lagu ini yang kita keluarin di Soundcloud. Haha

Tolong deskripsikan mengenai album baru kalian nanti ? Dan apa yang menjadi perbedaan dari album sebelumnya ?
Hmmmm… Album baru nanti mungkin lebih rame aja kali ya & banyak warna pastinya. Karna yang bikin lagu & nulis lirik juga rame. Beda sama sebelumnya yang secara garis besar gw yang bikin. Hahaya Pokoke masih rasa hace 90an lah

Ada yang berubah dari line-up kalian. Bisa tolong di jelaskan, siapa yang masuk dan keluar ? Apa penyebab mereka yang hengkang ?
Yang masuk Ali, doi setelah keluar dari 1 band, masuknya ke 2 band. Haha… Sekarang doi bergabung sama kita & Straight Answer. Sudah lama juga sih lebih dari 6 bulan yang jelas, gak terasa. Yang masih anget sekitar sebulan lalu Iwank cabut dari band, karnadoi udah mulai sibuk-sibuknya kerja & lebih memprioritaskan pekerjaannya. Mau nabung buat kawin mungkindoi. Haha.. Ya, untuk Album baru kita mungkin gak ada bassist, tapi yang mau ngelamar jadi bassist kita monggo (mendadak promo). haha

Apakah kalian setuju jika band hardcore tidak harus ribet-ribet tampil dengan sound bagus ? Dan, menurut kalian band yang bagus itu seperti apa ?
Haha Sering nih… Kalo gw pribadi hardcore ngga hardcore memilih tampil dengan sound bagus! Walau pun pada akhirnya kadang ngga bagusjuga. Haha.. Menurut gw sih kadar “bagus atau nggak bagus” & “ribet atau nggak ribet” setiap orang beda-beda. Katakan kita udahmati-matian tampilbagus, kalo orang ngga suka sama bandnya sampe gila juga doi ya biasa aja, pun sebaliknya.

Ribet juga sama, dari mulai cuma bawa pick atau stick drum buat band/orang yang tingkat ke simple-an nya tinggi gw yak ini itu ribet. Beda sama band yang udah biasa mau main dengan sound bagus, jangan kan gren dong petong bawa alat dan sebagainya, kadang sampe ada yang mau bawa sound man untuk tampildengan sound bagus, buat mereka itu biasa aja & gakribet. Ya gimana orang dan bandnya.

Buat gw band yang bagus itu band yang bisa berdiri sendiri, band yang bebas terserah dia mau ngapain aja sama bandnya, band yang ngga punya aturan & ketergantungan dengan siapa & apapun, be independent. horeee


Jika melihat Depok, skena hardcore di sana berkembang pesat. Banyak band baru dan juga gigs yang tak ada hentinya. Bagi kalian apa yang belum di miliki/kurang dari Depok ?
Untuk skena… hhhmm.. Rockshop yang sesuai dengan kemauan gw mungkinya. Haha… Tempat kumpul, berbincang & berbagi ide. Venue juga kurang, kalo lebih variatif lebih asik tuh..

Rekomendasikan ke pembaca dong, band-band Depok yang patut disimak ?
Wahininih.. Ada nih banyak, kita aja muda banget, adalagi yang lebih muda nan berbahaya, ada band kayak Wizard, Distance, Still Burn, Outlive, Brains Youth, Fighter Straight, Stolid, Sideoff, sejauh ini yaitu yang gw tau, jangan lupa juga sama yang toku, masih ada tuh Thinking Straight, Paper Gangster & Taste Of Flesh jugadenger-denger dari bassistnya lagi mau rekaman & manggung lagi, kita tunggu aja. Hhe

Ada gak hal gila yang pengen kalian lakukan ketika manggung, tapi belum atau susah untuk di realisasikan ?
Kalo gw pribadi, sejauh ini lagi mau jalan terus aja walau badai menghadang. Haha.. ngga tau kalo yang lain.

Rencana terdekat kalian (selain pastinya merilis album baru) ?
Selain merilis Album baru, maunya lanjut tour Jawa, kalo ada rejeki lebih mau ke Negara tetangga mungkin. Satu-satu dululah. Hsha “The journey of a thousand miles begins with a single step” kalo kate kutipan Lao Tzu yang ada dialbum Straight Answer.

Last words.
Lakukan apa yang ingin lo lakukan, katakan apa yang ingin lo katakan, don’t be afraid! –makasi Al interviewnya, kecupbasahdari El :*