Rabu, 20 Januari 2016

AK//47: Bangun Tidur, Fenomena Blackened, dan Masa Depan

Lama tak terdengar, setelah memutuskan hiatus pada 2008 silam. Unit veteran grindcore asal Semarang, AK//47 mendadak aktif kembali. Tidak hanya sekedar bangun dari tidur, mereka juga menggelar rangkaian tur 13 Kota pada Desember 2015 kemarin. Tidak hanya itu AK//47 yang kini diperkuat oleh Novelino Adam (bass, vokal), Yogi Ario (drum), dan Garna Raditya (gitar, vokal) sedang disibukan oleh penggarapan album ketiga.

Mereka juga baru saja menyelesaikan produksi video klip untuk lagu "Ignorant Middle Class" dengan bantuan kawan-kawan dari Semarang On Fire dan LOL Production. "Video tersebut akan dirilis bersamaan dengan album," tutur mereka.

Beruntung sekali Lemarikota berkesempatan untuk mewawancarai AK//47 disela-sela kesibukan mereka memproduksi album, bekerja, dan mengurusi Vitus Records Store. (AL)

Kalian kembali aktif tahun 2015 lalu. Apa yang membuat kalian pada akhirnya memutuskan untuk kembali berjalan ? Dan, pertimbangan apa saja yang muncul ketika itu ?
Materi album baru sudah kami kerjakan sejak awal tahun 2014. Sebelum kami main lagi, kami banyak latihan dan memulai untuk membiasakan menjaga stamina di panggung. Kami tidak berekspetasi apa-apa jika kami kembali, kami hanya ingin bersenang-senang, meletupkan energi yang terpendam. Lalu pada bulan Maret 2015, Rifqi (Moiss) ingin kami tampil lagi sekaligus mendampingi Vrosk, Matiasu, Kaitzr saat mereka tur ke Semarang. Mengejutkan, energi di panggung maupun audiens memberi isyarat bahwa kami telah kembali. Sepertinya, "Asu...kemana aja kita ini. Kita melewatkan banyak kesenangan selama beberapa tahun." Seperti itulah. (tertawa)

Pada salah satu pemberitaan portal lokal, dikabarkan bahwa Kesit sudah tidak lagi di AK//47. Bagaimana pengaruhnya ketika sosok Kesit sudah tidak lagi mengisi lineup AK//47 ?
Ya, Kesit memutuskan keluar secara penuh dengan berbagai pertimbangan untuk bekerja diluar kota dan tidak ada lagi hubungan pada band. Dengan formasi bertiga ini lebih tight, tidak begitu banyak penyesuaian sebenarnya. Sebab, sejak awal dulu kita juga sudah bertiga.

Kalian baru saja menyelesaikan tour ke beberapa kota. Sebenarnya dalam rangka apa tour tersebut ? Dan, bagaimana rasanya setelah lama “tertidur” lalu melakukan perjalanan jauh ?
Tur yang kami lakukan sebulan di 13 kota tersebut sangat menyenangkan. Bertemu dengan teman-teman baru dan bersua kawan lama. Dari berbagai kota kami mendengar dan melihat apa yang terjadi bagaimana kawan-kawan menjaga komunitasnya menjadi sebuah "dunia diluar pagar duri". Banyak cerita bagaimana mereka bertahan di hardcore/punk hingga kejadian-kejadian yang menarik untuk kami ketahui. Esensi tur kemarin tak hanya sebagai pertunjukan musik semata, tapi juga untuk menyapa kembali sekaligus mempromosikan album baru yang akan kami rilis.


Secara teknis, sebelumnya kami sudah mempersiapkan diri agar siap secara stamina. Mulai membiasakan berolahraga dan lebih banyak minum air putih (kadang-kadang lebih banyak alkohol). Kami berangkat berempat, dengan satu soundman sekaligus membantu untuk menyupir. Lebih mudah berkoordinasi dengan personil minimalis. Tur ini kami himpun secara swadaya dengan menjual merchandise dan miras lokal. Ya! Congyang. Kami akan melanjutkan "Verba Volant Scripta Manent Tour part 2" pada bulan Februari 2016 di Propinsi Jawa Timur.

Bisa ceritakan sudah sejauh mana proses produksi Verba Volant, Scripta Manent hingga saat ini ?
Bulan Februari 2016 ini rilis secara resmi dalam bentuk cakram padat melalui Vitus Records dan Resting Hell Records.

Menurut pengamatan saya, beberapa tahun terakhir seperti nya musik grindcore sangat sepi di scene lokal. Sekarang lebih banyak bermunculan band-band dengan style neo-crust yang mengarah ke black metal/post metal. Apa kalian sependapat dengan saya ?
Ya, Kami merasakan hal yang sama. Kemunculan blackened crust agaknya bermula karena keriuhan hardcore punk 90an yang terdengar semua sama. Kejengahan itu direspon oleh band-band seperti His Hero Is Gone, Remains Of The Day, Tragedy sebagai pewaris kala itu. Tak bisa dipungkiri, saat ini dipengaruhi pula dari record label besar semisal Deathwish atau Southern Lord untuk memutuskan merilis band-band lintas disiplin begitu juga D-Takt & Råpunk Records yang luwes mencari band-band yang lebih raw. Barangkali peran produser musik seperti Kurt Ballou (Converge) juga berpengaruh besar. Pengaruh-pengaruh tersebut memperkaya dan akan terus menemui jaman serta pendengarnya sendiri.

Secara general, bagaimana kalian melihat scene hc/punk saat ini ?
Dengan banyaknya yang dihasilkan dari scene misal seperti rilisan, literasi, booking tour maupun merchandise itu berarti juga memperlengkapi siklus bentuk kemandirian. Tidak ada salahnya menseriusi untuk mengelola merchandise dan rilisan sebagai roda ekonomi alternatif yang kini sudah banyak dilakukan. Bisa melalui membeli maupun barter.
Melalui itu, hardcore punk bisa hidup dari komunikasi dengan berbagai cara, misal melalui medium rilisan maupun dalam konteks literasi. Atau bahkan aksi-aksi protes secara langsung yang membuat mereka semakin solid. Tak terasa kemudian jaringan pertemanan bisa seluas yang tak dibayangkan.

Saya sebenarnya ingin menanyakan ‘apa yang menyenangkan dari scene hc/punk’ tapi seperti terlalu biasa. Jadi, apa yang paling tidak menyenangkan di scene hc/punk menurut kalian ?
Jagoan-jagoan yang membuat perkelahian di dalam show, apalagi kalau dirinya sudah tampak mabuk dan seolah bebas melakukan apa saja. Lalu sikap menilai dengan perspektif agama. Mereka yang berada di scene hardcore/punk juga seperti masyarakat kebanyakan. Ada yang kontributif juga destruktif.

Yang menyenangkan dan inspiratif bagi kami seperti kawan-kawan crusty punk dari kota Pati secara berkala memunguti sampah atas inisiatifnya sendiri untuk menjaga lingkungan. Hardcore punk adalah menemukan solusi dan mewujudkannya.

Sewaktu kalian tampil di Bebop beberapa waktu lalu. Saya mengedengar kabar bahwa Garna akan hijrah dan menetap di Amerika Serikat. Apa hal tersebut benar ? Lantas bagaimana nasib AK//47 ke depannya ?
Album Verba Volant, Scripta Manent juga merupakan salah satu inisiasi Garna, sebab dia akan hijrah ke US untuk waktu yang lama. Selama proses rekaman saat itu sudah mempersiapkan 20an lagu. 13 lagu untuk album barunya, sisanya nanti untuk materi proyek split maupun kompilasi untuk waktu kedepannya.

Untuk gitaris nantinya akan diisi additional atau hiatus lagi. Tapi kita lihat saja nanti. Yang jelas Garna biasanya tidak pernah diam untuk menulis lagu, entah dalam moniker yang lain.

1Mumpung masih awal tahun. Mari kita latah ikut-ikutan untuk membuat top list album. Kira-kira siapa saja yang menjadi top album menurut para personil AK//47 di tahun 2015 lalu ?
Setidaknya ini yang kerap kami dengarkan sehari-hari:
- Poison Idea - Confuse and Conquer
- Efek Rumah Kaca - Sinestesia
- Kendrick Lamar - To Pimp a Butterfly
- Unrest - Grindcore
- Silampukau - Dosa, Kota, Kenangan
- The Afternoon Gentlemen - s/t
- Iskra - Ruins
- Abacus - En Theory
- Acid King - Middle Of Nowhere, Center Of Everywhere
- High on Fire - Luminiferous

Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar