924 Gilman. Sumber: Google |
Kalian yang sedang dirundung masalah krisis venue sementara hasrat mengorganisir gigs tak bisa terbendung atau sedang jengah dengan konsep gigs yang begitu-begitu saja: di cafe, bar, GOR, atau hall serba guna. Beberapa gigs ini bisa menjadi acuan mengobati kejenuhan ataupun sebagai alternatif kalian dalam menyelenggarakan gigs. Dan itulah yang saya akan bahas.
Jadi mari kita mulai. (AL)
1. Humming Mad #10: Yuk!
Ini salah satu hasil inisiasi dari teman-teman We Hum Collective (Jakarta) yang memang sering mengorganisir gigs multi-genre melalui serial gigs yang mereka berinama Humming Mad. Setau saya mereka sebelumnya selalu menyewa cafe, bar, atau studio musik untuk mengadakan gigs. Tapi karena krisis tempat di Jakarta, pada akhirnya episode Humming Mad #10: Yuk!, mereka kemas dengan konsep house gig. Yaps! Sebuah pertunjukan musik yang diselenggarakan di sebuah rumah.
House gig tersebut dilaksanakan disalah satu rumah anak-anak We Hum, tepatnya dibilangan Jakarta Selatan. Mereka menyiasati salah satu bagian rumah yakni garasi, yang disulap menjadi venue gigs. Ajaib! Gilanya lagi band-band yang tampil bukan band dengan tipikal musik yang kalem ala Payung Teduh ataupun Danilla. Mereka yang tampil penuh distorsi seperti Fuzzy I, Saturday Night Karaoke, hingga Barefood.
Walaupun terbilang jarang, konsep house gig ala We Hum ini bukan yang pertama kali di Jakarta. Kalau saya tidak salah, sekitar 2005 sempat ada gigs hardcore/punk di basement rumah salah seorang personil Still Resist -band hc/punk Jakarta yang sekarang entah kemana. Ketika itu bertepatan dengan touringnya Cut Sick dari Aussie.
sumber: http://weneedmorestages.com |
sumber: http://weneedmorestages.com |
2. Good Advice Club Vol. 1
Kalau yang ini sebuah gigs yang memanfaatkan ruang publik seperti taman. Kali ini anak-anak dari Bandung yang mengorganisir dengan menampilkan dua band on fire yakni Wreck dan Rub of Dub di Taman Cibeunying.
Kalau konsep yang seperti ini, pernah juga ada di Pontianak. Waktu itu sekelompok orang di sana mengadakan sebuah acara di Taman Gitananda, kontennya tidak hanya musik tapi ada lapak zine dari Aldiman Sinaga (PTK Distribution, Bagi Bagi Zine), dan makan-makan.
Bicara pemanfaatan ruang publik, tengok pula kegiatannya anak-anak noise di Surabaya yang tergabung dalam Melawan Kebisingan Kota. Mereka pernah menggelar pertunjukan di bekas pos polisi malah. Ajaib!
Salut untuk teman-teman yang secara tidak langsung telah mengembalikan ruang publik kepada esensi yang sesungguhnya. Semoga gak ada preman berseragam ataupun yang polos yang mencuri-curi kesempatan yah! Tai-lah mereka.
sumber: Wreck |
3. Melawan Bising Kereta
Untuk yang satu ini kebetulan saya dan kawan-kawan di Depok yang mengorganisir. Waktu itu kami kedatangan duo ekperimental noise dari Muara Enim, Artmosf. Karena harga sewa tempat di Depok yang lumayan menguras kantong, apabila ingin membuat sebuah gigs dengan jumlah penampil di bawah sepuluh. Jadilah kami memanfaatkan bekas bengkel bubut yang terletak persis disamping kontrakan salah seorang teman tanpa biaya sama sekali, cukup izin sama warga sekitar. Beruntungnya kami.
Karena letaknya yang di pinggir jalur rel kereta api Jakarta-Bogor, makanya gigs ini diberi nama Melawan Bising Kereta. Ketika itu yang tampil rata-rata para musisi akustik hingga ambient/post-rock kota Depok.
sumber: Warning Magz |
sumber: warning magz |
4. Live at Rumah Bonita
Pasutri Petrus Briyanto Adi dan Bonita Adi yang sama-sama tergabung dalam grup musik Bonita & the hus BAND ini punya cara tersendiri dalam menikmati musik, yakni dengan menyulap kediaman pribadi mereka di Cinere Depok menjadi sebuah tempat pertunjukan musik. Hampir serupa-lah dengan konsep house gigs nya We Hum tapi kali ini yang tampil kalem-kalem. Rata-rata tampil dengan format akustik, justru hal ini semakin menambah keintiman di antara yang hadir. Senangnya apabila setiap rumah bisa dijadikan house gigs seperti ini.
sumber: Felix Dass |
5. Rumah Pirata
Oke ini bukan nama gigs, bukan juga rumah pribadi. Melainkan sebuah community space yang diorganisir oleh Bandung Pyrate Punx. Di sana sering banget mengadakan gigs hardcore/punk, masak-masak, bahkan bercocok tanam. Melihat kegiatan di sana yang tidak jauh dari aktivisme komunitas, memang sepertinya Rumah Pirata menjadi alternatif yang segar untuk bersenang-senang. Pergerakan mereka menyewa lahan lalu menjadikannya ruang alternatif, mengingatkan saya pada kisah nyata tentang Komunitas Tani di St. George's Hill, Inggris pada tahun 1649 dan juga Koloni Whiteway di Gloucestershire, Inggris yang eksis pada 1890. Yang paling mendekati mungkin 924 Gilman Street.
sumber: rumah pirata |
sumber: rumah pirata |
Ternyata mengorganisir gigs itu tidak mesti dengan venue yang mewah ataupun megah kan. Buktinya ditangan segelintir orang, gigs bisa diadakan di manapun. Bahkan tanpa sponsor sekalipun, yang penting semangatnya dulu deh dikumpulin. Jadi, kapan kalian akan mengorganisir gigs sendiri ?
Iya. Dulu pas di Depok ulang tahun Xtreme Merch gigs diadain di bekas gerai provider telepon gitu. Sempit tapi asyik, intim
BalasHapusBtw, kenapa blognya gak bisa diversi mobile? Susah bacanya. Thanks yaa..
2005 gigs di basementnya angki(still resist)kangen masa" itu heheh cijantung masih ada
BalasHapus2005 gigs di basementnya angki(still resist)kangen masa" itu heheh cijantung masih ada
BalasHapusJd keinget taun 2009 perpisahan kelulusan SMA teman teman sekolah membuat gigs dirooftop kalo org sunda bilang diloteng rumah salah satu teman saya, dan band yg mainnya pun cmn teman teman nongkrong dan teman sekolah tapi asik!. Mungkin dokumentasinya masih ada dirumah. (Kalau masih ada)
BalasHapus