Minggu, 17 Januari 2016

#youshouldknow | taRRkam: Kampung, Minim Aturan, dan Tanpa Kelas

Geliat skena hardcore/punk di Indonesia, khususnya Jakarta nyaris tak pernah sepi dalam beberapa tahun terakhir. Selalu ada nafas baru yang menderu di dalamnya. Entah yang hanya sekedar mengajak bernostalgia, menawarkan sound baru, ataupun hanya "numpang lewat". Lantas bagaimana dengan band asal Jakarta satu ini ? taRRkam namanya.

Dimulai dari obrolan antara Ape (vokal) dengan Epan (gitar) seputar band favorit di sebuah gigs, yang ternyata keduanya menemukan kecocokan. Ape lantas mengusulkan untuk membuat sebuah band bersama Epan dengan mengajak Haryo (bass) dan Bagas (drum). "Yang emang sudah temenan lama sama saya. Bisa dibilang ini memang band tongkrongan," ujar Ape.

Dari situlah kemudian terbentuknya taRRkam sebagai sebuah band. Yang Ape akui, dibentuk lantaran kualitas vokalnya tidak sebagus Glenn Fredly. "Makanya saya bikin band punk," celetuknya. Lain dengan Epan yang menganggap terbentuknya taRRkam sebagai sebuah suratan takdir yang harus ditempuh demi kesehatan jiwa juga raganya. Sementara Haryo yang sebelumnya mengikuti les gitar merasa sayang apabila ilmunya tidak dipraktikan, walaupun pada kenyataannya ia menjadi pemain bass di band ini. Di antara mereka mungkin yang paling sederhana ialah Bagas, tidak ada alasan khusus kenapa ia bergabung dengan taRRkam selain hanya ingin bermain musik.



taRRkam tidak hanya sekedar hadir dan meramaikan skena punk Jakarta. Namun mereka juga menawarkan sesuatu yang segar untuk didengar. Tidak melulu berpatokan pada Dead Kennedys, Bad Brains, dan The Germs. Namun mereka juga mencoba mendekati area punk yang memiliki sentuhan elektronik pada komposisi musiknya seperti Geza X dan Suburban Lawns. "Tapi di luar punk juga banyak sih. Memang tujuan awal di taRRkam ini pengen eksperimen dengan punk/hardcore sebagai wadahnya," ujar Ape. Yang diamini oleh Epan sebagai band dengan approach untuk eksplorasi yang luas. Bahkan yang paling bergesekan sekalipun, kata Haryo, bisa dipaksa masuk dan dirasakan enak oleh para personil taRRkam lainnya. Bagas menambahkan, "(taRRkam) band saya yang paling dustak dustak, bisa jadi ajang olah tubuh."

Pemilihan taRRkam sebagai sebuah nama band tercetus dari Ape, yang ia akui sebagai akronim dari tarung kampung -identik dengan pertandingan sepak bola tidak resmi. Tak jarang pertandingan tersebut diselengarakan dengan aturan yang minim, tidak terjebak pada aturan baku, dan tanpa kelas. Yang kemudian Ape rasa cocok untuk mewakili musik yang taRRkam mainkan. "Satu alasan lagi, karena namanya jelek. Jadi sudah dipastikan kagak ada yang nyamain," candanya.

Meskipun tergolong jarang manggung, bukan berarti setiap panggung taRRkam biasa saja. Justru sebaliknya masing-masing personil mempunyai kenangan tersendiri, seperti Epan yang mengaku puas ketika bermain di Dee Teen Studio Bogor. Selain bisa manggung dengan band-band favorit, kata Epan, ia juga bisa sekaligus mencicipi minuman lokal. "Soponyono atau Sopoyono gitu, lupa. Minuman khas Bogor yang konon bisa bikin konak," ujarnya. Bahkan ia menuturkan, Ape yang hampir menyodok amplifier gitarnya. "Kasian!"

Lalu Ape yang membuka pengalamannya bermain di Depok dalam kondisi mengidap gejala hernia -penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. "Nyanyi, tapi biji lu sakit. Tapi ya cuek. Sekarang alhamdulillah sudah sembuh."

Kemudian Haryo dan Bagas yang sama-sama merasa berkesan ketika bandnya mengadakan launching party split bersama Total Jerks di Bebop Studio Jakarta. Karena menurut Haryo, ketika itu semua yang menonton ikut bernyanyi. "Ada yang apal liriknya beneran, ada yang oak auk tapi ya teriak aja. Bahasa tenabangnya still yakin." Hal tersebut tidak diambil pusing olehnya karena semuanya membuat ramai dan senang.

Sejauh taRRkam sudah memiliki satu buah mini album bertajuk Transcend Massive Culture, album kompilasi Flaming Leeds Vol.02, dan yang terakhir split album dengan Total Jerks. Saat artikel #youshouldknow ini ditulis, mereka sedang mempersiapkan materi terbaru untuk debut album penuh. "Mudah-mudahan ada yang mau rilisin. Bisa dapet panggungan (panggung. Red)dan tour biar bisa jadi band tarkam, alias antar kampung beneran. Kan tour gitu ceritanya pindah-pindah kota," tandas mereka. (AL)



Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar