Rabu, 27 Januari 2016

Upaya Penipuan Vinyl Hark! Melalui Facebook, Grimloc: "Hati-Hati Dengan Parasit!"

Ada kabar kurang mengenakan dari rencana rilis ulang album Dorr Darr Gelap Communique milik Hark! It's a Crawling Tar-Tar (selanjutnya Hark!) dalam bentuk piringan hitam 12" yang diinisiasi oleh Grimloc Records dan Disaster Records. Pasalnya ada segelintir pihak yang mencoba mengambil keuntungan dengan ikut membuka pre-order melalui Facebook fan page Hark!. Sementara sistem pre-order hanya resmi berlaku melalui dua label yang bersangkutan. Hal tersebut langsung dibantah oleh Grimloc Records, "Hati-hati dengan parasit seperti ini. Penjualan vinyl Hark hanya via @dsstrrecs_ dan kami saja sementara ini," kicau mereka pada 27 Januari.

Hal tersebut bermula dari seseorang yang menjalankan Facebook fan page Hark! secara tidak resmi dan ikut membuka pre-order pada 24 Januari lalu. Kemudian direspon oleh salah satu followers fan page berinisial YF, yang ikut dalam pre-order tersebut dan mentransfer uang sejumlah Rp. 562.000,- ke rekening bank sang admin pada tanggal 25 Januari 2016.

"Saya inbox ke Fanpage nya Hark It's Crawling Tar-Tar dan saya dikasih info untuk transfer ke nomer rekening atas nama AR dan sudah melakukan transfer harus email ke : dorrdarrgelapcommunique@gmail.com sampai hari ini balesan emai tak kunjung di balas," ungkap YF pada Rabu (27/01).

Insiden yang tidak diinginkan ini langsung memicu reaksi para personil Hark!, yang mengatakan bahwa semenjak bubar mereka tidak pernah membuat dan menjalankan fan page apapun berkenaan dengan bandnya tersebut. "Ini pure fraud mengatasnamakan band yang sudah lama defunct. Sekali lagi saya tekankan di sini kita gak ada sangkut pautnya dengan fan page itu," ujar vokalis Ari Ernersto.

Hark! adalah kolektif hardcore/punk Bandung yang digawangi oleh Ari Ernesto (vokal), Dede (gitar), Kenji (drum), Uwep (bass), dan Billy (gitar) yang terbentuk dari reruntuhan Domestik Doktrin. Hark! aktif di era 2000-an awal dan memutuskan bubar sekitaran tahun 2007. Mereka hanya meninggalkan satu album bertajuk Dorr Darr Gelap Communique yang dirilis oleh Thrash Steady Syndicate (Singapura) dalam format CD pada 2006, yang mana kemudian album tersebut dianggap sebagai karya terbaik dan cukup berpengaruh pada generasi 2000-an. Sebelumnya pada 2013 lalu, album Hark! sempat dirilis ulang dalam bentuk kaset oleh Grimloc Records. (AL)

Talamariam: Bukan Band Hanya Kolektif Pendongeng Luka

Gaung Talamariam mungkin jauh dari hingar bingar pembicaraan, namun jejak mereka ada di mana-mana. Mulai dari cafe, bar, hingga ruang-ruang solidaritas. Mereka hadir sebagai representasi dari kerumunan orang yang volume suaranya diperkecil dan merasakan kegelisahan terhadap ketimpangan yang dihadapi dalam keseharian.

Melalui musik ala spoken word mereka mencoba meruntuhkan tembok para perugi. Suara mereka lantang terdengar di tengah aktivis, mahasiswa, hingga korban kejahatan agraris seperti di Rembang. Meski begitu mereka enggan disebut sebagai sebuah band. "Talamariam hanyalah pendongeng keliling, bukan grup band seperti yang kalian bayangkan. Kami hanya tukang cerita, penutur dongeng luka," ungkap kolektif asal Yogyakarta ini.

Berikut ini wawancara dengan mereka selepas rilisnya lagu terbaru bertajuk "Nafas" pada 22 Januari kemarin. (AL)


Apa yang sedang membuat kalian gundah dan gembira ketika menjawab interview ini ?
Hallo Lemarikota semoga semangat kalian masih terbakar di sana! Jujur kita gundah karna jarak dan kesibukan antar anggota kolektif musik ini, akhirnya membuat kita sempat tidur panjang. Dan gembira karna kebun rumah kami mulai diguyur air hujan!

Selasa, 26 Januari 2016

Simak "Cerita Senja" Ala Duo Folk Pygmy Marmoset

Duo Zenith dan Sanjay yang berkarya bersama dalam Pygmy Marmoset (Pygmos) punya cara tersendiri untuk mengawali tahun 2016 ini. Caranya dengan bercerita tentang senja yang selalu mereka temui sepulang melakukan rutinitas kehidupan dan merekamnya menjadi sebuah single bertajuk "Cerita Senja".

"Sebuah kisah sederhana tentang bagaimana kita tidak lupa untuk bersyukur atau berbahagia atas segala sesuatu yang sudah terjadi hari itu," tutur mereka.

Lanjut mereka, "Cerita Senja" mencoba mengajak pendengar mengingat kembali hari-hari yang pernah mereka lewati, apakah sudah menjadi yang terbaik untuk diri sendiri di hari tersebut atau belum. Saran mereka, coba untuk mendengarkan lagu tersebut di saat langit sore berwarna kuning keemasan, jingga, atau kadang magenta.

"Setiap orang punya cara masing-masing menikmati senja tersebut. Mungkin akan diabadikan dalam layar berwarna telepon genggamnya atau sembari menikmati kopi panas yang dihidangkan diatas meja. Terkadang pula senja membuat seseorag menjadi sangat melankolis," tandas duo folk/akustik asal Denpasar ini.

Single "Cerita Senja" bisa langsung dinikmati melalui soundcloud resmi mereka. Sebelumnya, pada 11 Januari 2016 kemarin, mereka telah merilis sebuah video clip "Cerita Tentang Pohon" yang mana lagu tersebut menjadi bagian dari album perdana Kabar Dari Hutan yang rilis 2014 lalu. (AL)

Senin, 25 Januari 2016

Lemarikota Memperkenalkan LK Gigs Sebagai Subdivisi

Setelah kami berhasil mendirikan netlabel Lemarikota Records pada akhir 2011 silam, sebagai bagian dari Lemarikota Webzine. Kini kami ingin memperkenalkan sub-divisi baru yakni LK Gigs, yang bertujuan mengorganisir gigs dan juga merekamnya menjadi sebuah live session yang akan kami tayangkan secara tunda melalui kanal youtube.

Bekerjasama dengan kawan-kawan dari Lingkar Kolektif (sebelumnya dikenal dengan nama Kolektif Dhuafa. Red), secara berkala kami akan mengorganisir gigs dengan berbagai band multi-genre, khususnya hardcore/punk. Tujuan dari LK Gigs tidak lain untuk menampilkan lalu merekam jejak band-band yang ada di skena lokal dan menjadikannya sebagai sebuah pendokumentasian sejarah. Dengan disadari dari minimnya pendokumentasian yang ada, maka dengan usaha yang sederhana ini kami mencoba untuk memperkaya arsip musik Indonesia.

Kami meminimalisir keberadaan pihak sponsorship dalam pelaksanaan LK Gigs, maka dari itu kami akan menjual merchandise sebagai bentuk benefit yang mana hasil penjualannya akan digunakan untuk mendukung kegiatan ini. LK Gigs sendiri akan dimulai untuk pertama kalinya pada akhir Februari 2016 mendatang, untuk informasi lebih lanjut akan segera diberitahukan melalui website dan sosial media Lemarikota. (JJ)

Rabu, 20 Januari 2016

AK//47: Bangun Tidur, Fenomena Blackened, dan Masa Depan

Lama tak terdengar, setelah memutuskan hiatus pada 2008 silam. Unit veteran grindcore asal Semarang, AK//47 mendadak aktif kembali. Tidak hanya sekedar bangun dari tidur, mereka juga menggelar rangkaian tur 13 Kota pada Desember 2015 kemarin. Tidak hanya itu AK//47 yang kini diperkuat oleh Novelino Adam (bass, vokal), Yogi Ario (drum), dan Garna Raditya (gitar, vokal) sedang disibukan oleh penggarapan album ketiga.

Mereka juga baru saja menyelesaikan produksi video klip untuk lagu "Ignorant Middle Class" dengan bantuan kawan-kawan dari Semarang On Fire dan LOL Production. "Video tersebut akan dirilis bersamaan dengan album," tutur mereka.

Beruntung sekali Lemarikota berkesempatan untuk mewawancarai AK//47 disela-sela kesibukan mereka memproduksi album, bekerja, dan mengurusi Vitus Records Store. (AL)

Kalian kembali aktif tahun 2015 lalu. Apa yang membuat kalian pada akhirnya memutuskan untuk kembali berjalan ? Dan, pertimbangan apa saja yang muncul ketika itu ?
Materi album baru sudah kami kerjakan sejak awal tahun 2014. Sebelum kami main lagi, kami banyak latihan dan memulai untuk membiasakan menjaga stamina di panggung. Kami tidak berekspetasi apa-apa jika kami kembali, kami hanya ingin bersenang-senang, meletupkan energi yang terpendam. Lalu pada bulan Maret 2015, Rifqi (Moiss) ingin kami tampil lagi sekaligus mendampingi Vrosk, Matiasu, Kaitzr saat mereka tur ke Semarang. Mengejutkan, energi di panggung maupun audiens memberi isyarat bahwa kami telah kembali. Sepertinya, "Asu...kemana aja kita ini. Kita melewatkan banyak kesenangan selama beberapa tahun." Seperti itulah. (tertawa)

Ternyata Tempat Seperti Ini Bisa Juga Dipakai Untuk Gigs

924 Gilman. Sumber: Google
Sekarang apa yang akan kita bahas di sini ? Tutorial mengorganisir gigs yang baik dan benar, kah ? Oh tidak. Kalau kalian mengharapkan itu, silakan cari saja fanzine lawas asal Bandung yang pernah ditulis oleh Ari Ernesto (Domestik Doktrin/Hark It's Crawling Tar Tar). Atau aturan beretika yang baik ketika di gigs ? Tidak! Saya tidak akan menulis hal konyol itu, biarlah menjadi porsi orang lain.

Kalian yang sedang dirundung masalah krisis venue sementara hasrat mengorganisir gigs tak bisa terbendung atau sedang jengah dengan konsep gigs yang begitu-begitu saja: di cafe, bar, GOR, atau hall serba guna. Beberapa gigs ini bisa menjadi acuan mengobati kejenuhan ataupun sebagai alternatif kalian dalam menyelenggarakan gigs. Dan itulah yang saya akan bahas.

Jadi mari kita mulai. (AL)

Selasa, 19 Januari 2016

Take Rilis 'Hide' Menjelang Debut Album

Duo pasutri Tirta (gitar, drum, vokal latar) dan Keke (bass, vokal) yang tergabung sebagai duo pop punk, Take. Akan merilis debut mini album bertajuk A Storyline di bawah bendera Rizkan Records pada akhir Januari mendatang.

Namun sebagai bentuk perkenalan, mereka lebih dulu merilis sebuah single berjudul "Hide". Single tersebut bisa didengar ataupun diunduh bebas melalui akun resmi bandcamp mereka.

Bernuansa pop-punk/indie-pop dengan sound yang crunchy, drum beat yang enerjik, dan karakter vokal manis namun pada satu sisi terdengar seperti tipikal vokal riot grrrl yang membara. "Hide" bercerita tentang karakteristik yang terdapat pada setiap orang. "Yang rumit/sulit mereka sadari namun tetap tersembunyi di dalam diri," ujar Tirta.

Direkomendasikan untuk para penggemar The Evens, Lemuria, RVIVR, Martha, dan band sejenis. (AL)

Tujuh Tahun Tertidur, AK//47 Kembali Menggerinda

Kabar bahagia datang dari veteran grindcore Semarang, AK//47. Pasalnya setelah memutuskan untuk hiatus pada 2008 silam, kini mereka bersiap untuk menggerinda telinga para pecinta grindcore tanah air kembali.

Band yang digawangi oleh Garna Raditya (gitar, vokal), Novelino Adam (bass, vokal), dan Yogi Ario (drum) ini, sedang mempersiapkan album ketiga bertajuk Verba Volant, Scripta Manent yang rencananya akan rilis Februari mendatang. "(album tersebut) merupakan bahasa latin, artinya 'Yang Sekadar Terucap Akan Hilang, Yang Tertulis Akan Abadi'," ujar Garna Raditya kepada Lemarikota pada Senin (18/01).

Terdapat 13 lagu, yang menurut Garna, didedikasikan kepada pergerakan literasi untuk menggerus pembodohan dan ignoransi. Saat ini mereka sedang merampungkan sebuah video klip untuk lagu "Ignorant Middle Class" dengan bantuan tim dari Semarang On Fire dan LOL Production. "Video tersebut akan dirilis bersamaan dengan album."

Sebelumnya band bentukan tahun 1999 tersebut, baru saja menyelesaikan rangkaian tur 13 kota akhir tahun 2015 kemarin. Sejauh ini pula, mereka telah menghasilkan dua album pendek Tidak Setuju pada 2003 dan album penuh Barricades Close The Street, But Open The Way pada 2006, serta beberapa proyek kompilasi dan split album. (AL)



Senin, 18 Januari 2016

Alasan Efek Rumah Kaca Gratiskan Sinestesia

Source by google
Setelah puasa album selama tujuh tahun lamanya, Efek Rumah Kaca, akhirnya merilis album ketiga pada akhir 18 Desember 2015. Album bertajuk Sinestesia tersebut dirilis dengan format digital melalui platform iTunes. Hanya butuh waktu beberapa jam saja untuk album tersebut bercokol menjadi top album. Tiga hari setelahnya giliran versi fisik Sinestesia yang rilis.

Namun belum genap satu bulan album tersebut rilis, trio pop minimalis asal Jakarta ini lantas menggratiskan Sinestesia. Album tersebut sudah bisa diunduh bebas pertanggal 9 Januari 2016 melalui efekrumahkaca.net.

Ternyata langkah tersebut dilakukan untuk mengikuti dua album terdahulu yakni Efek Rumah Kaca dan Kamar Gelap yang juga mereka gratiskan begitu saja. "Sama persis dengan alasan ketika kami menggratiskan album-album sebelumnya," ujar pihak Efek Rumah Kaca, dua hari setelah Konser Sinestesia berlangsung.

Pada 2013 silam, Cholil Mahmud (vokal/gitar) mengabarkan bahwa tidak ada lagi karya mereka yang tidak legal. Menandakan bahwa semua album Efek Rumah Kaca termasuk proyek ERK RMX dan Daur Baur ikut dibebas unduhkan. Langkah tersebut dilakukan lantaran, menurut Cholil, musik adalah bagian dari ilmu pengetahuan dan kehadiran internet itu sangat membawa manfaat bagi dirinya pribadi dengan bertebarannya ilmu pengetahuan didalamnya, maka menggratiskan karya ERK adalah membalas atas segala ilmu pengetahuan yang sudah diberikan oleh internet dan society-nya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Adrian Yunan (bass), menurutnya, hal tersebut merupakan bentuk balas jasa. “Selama ini, kami sudah banyak di untungkan dengan berbagai referensi musik yang didapatkan secara gratis melalui internet. Bila membuka file-file lagu di komputer saya, bisa dibilang sekitar 10% adalah karya musisi dalam negeri yang saya dapatkan dengan membeli CD-nya, sedangkan 90%-nya adalah karya-karya musisi dalam dan luar Indonesia yang saya dapatkan gratis melaluli internet. Rasanya, presentase ini cukup signifikan mempengaruhi wawasan musik saya, termasuk yang tertuang pada musik Efek Rumah Kaca."

Alasan utama Efek Rumah Kaca memproduksi karya, menurut Adrian, dikarenakan bagaimana karya mereka bisa diakses oleh masyarakat luas. Tanpa bantuan Industri main stream di Indonesia lebih sulit rasanya untuk menjangkau masyarakat dengan media promo yang sudah mapan. Internet lantas menjadi solusinya, sehingga ia dan bandnya bisa membuka akses seluas-luasnya dalam dan luar negeri. "Orang lain pun pantas mendapatkan lagu kami secara gratis terlebih dahulu karena mereka bisa menyimak lebih dahulu sebelum memastikan suka atau tidaknya. Bila pada akhirnya mereka mau mengunduhnya dengan berdonasi, membeli rekaman fisiknya, atau mengundang kami untuk manggung, itu adalah bonusnya,” tandasnya seperti yang dikutip dari website resmi mereka. (AL)

Download album Sinestesia dari Efek Rumah Kaca, di sini.

Minggu, 17 Januari 2016

#youshouldknow | taRRkam: Kampung, Minim Aturan, dan Tanpa Kelas

Geliat skena hardcore/punk di Indonesia, khususnya Jakarta nyaris tak pernah sepi dalam beberapa tahun terakhir. Selalu ada nafas baru yang menderu di dalamnya. Entah yang hanya sekedar mengajak bernostalgia, menawarkan sound baru, ataupun hanya "numpang lewat". Lantas bagaimana dengan band asal Jakarta satu ini ? taRRkam namanya.

Dimulai dari obrolan antara Ape (vokal) dengan Epan (gitar) seputar band favorit di sebuah gigs, yang ternyata keduanya menemukan kecocokan. Ape lantas mengusulkan untuk membuat sebuah band bersama Epan dengan mengajak Haryo (bass) dan Bagas (drum). "Yang emang sudah temenan lama sama saya. Bisa dibilang ini memang band tongkrongan," ujar Ape.

Dari situlah kemudian terbentuknya taRRkam sebagai sebuah band. Yang Ape akui, dibentuk lantaran kualitas vokalnya tidak sebagus Glenn Fredly. "Makanya saya bikin band punk," celetuknya. Lain dengan Epan yang menganggap terbentuknya taRRkam sebagai sebuah suratan takdir yang harus ditempuh demi kesehatan jiwa juga raganya. Sementara Haryo yang sebelumnya mengikuti les gitar merasa sayang apabila ilmunya tidak dipraktikan, walaupun pada kenyataannya ia menjadi pemain bass di band ini. Di antara mereka mungkin yang paling sederhana ialah Bagas, tidak ada alasan khusus kenapa ia bergabung dengan taRRkam selain hanya ingin bermain musik.

Sabtu, 16 Januari 2016

#review | Fatrace "Don't Tell Your Mom, I'm Fat", Tape Cassette (Radrace Records, 2016)

Sebuah grup pop-punk asal Cikini, merilis sebuah EP bertajuk, Don’t Tell Your Mom, I’m Fat pada hari Sabtu (16/1) ini. Band yang dibentuk pada Agustus 2015 ini di gawangi oleh, Dito (bass & vokal), Farhan (gitar & vokal) dan Egi (drum). Setelah menggodok materi sejak 4 bulan yang lalu, 4 lagu yang mereka rekam ini dirilis dalam format kaset oleh label mereka sendiri yakni, Radrace Records.

Salah satu lagu mereka berjudul, “2015, Starter Pack” telah dirilis Desember 2015 lalu. 4 lagu yang terdapat didalam nya lebih berbicara kepada situasi yang mereka alami sendiri. Seperti lagu, “Soyeon is a Punk” adalah sebuah hasil dari fantasi Farhan ketika membayagkan seorang Soyeon adalah seorang punkrock girl. Sedikit sentuhan pop-punk awal 90-an terasa di lagu ini. Berbeda dengan itu, sebuah track hasil curahan tentang wanita dalam kehidupan nyata pun tak luput untuk mereka tulis. Hal itu terasa di track, “Jenny, How Are You Today ?” kita akan merasakan alunan yang berbeda dari lagu sebelumnya.

Selain itu, Fatrace memiliki satu track yang berjudul, “My Friends Join The Stranger” adalah sebuah curahan cemas yang dirasakan ketika beberapa teman memasuki ranah keanehan dan berubah drastis dari kebiasaan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan 3 lagu lainnya, track ini memiliki lirik dengan tingkat keseriusan yang tinggi.

Bagi kalian yang mulai penasaran akan EP ini, kalian bisa langsung menghubungi mereka untuk mendapatkan kasetnya. (Pratama)

Atas Nama Api Dari Langit Utara, Crutches Menghantam Kembali Jakarta

Untuk kedua kalinya unit D-beat/Crust Tsunami dari kota malmo Sweden, Crutches menyambangi Jakarta, dalam rangkaian South East Asia Tour yang bertajuk Fire From The Northen Sky, mereka datang ke 12 kota dalam 3 negara berbeda, Jakarta adalah kota ke 10 setelah hari sebelumnya mereka menuntaskan gigs di Rumah Pirata Bandung.

Di Jakarta gigs diselenggarakan di Kampus Moestopo Senayan pada hari minggu 3 januari 2016. Pukul 19.30 Rundown bergulir, gigs dibuka dengan penampilan Ratpack, unit D-beat hardcore pendatang baru, setelah ratpack menyapu habis setlist mereka, giliran band kedua Zudas Krust, band raw hardcore punk inferno yang di motori oleh Anugerah Esa selaku bos rekot Doombringer records yang menghandle tour Crutches Chapter Jakarta, Trio ini benar benar memanaskan atmosfir malam itu. Selanjutnya The Roof, Jakarta punx menghajar pit dengan track track liar mereka.

Akhirnya Oskar, Andreas, Tom & Daniel memulai set mereka, dengan beberapa track dari album Lurad dan album FörlOrAD, pit berubah panas, beberapa mangel-punx terjun ke pit, hampir 11 track mereka muntahkan. Meskipun sound sederhana dengan ampli vocal yang di direct ke ampli bass, crutches tidak kehilangan ke agresifannya. Yang menarik mereka benar benar mabuk malam itu, Oskar sang vokalis menenteng botol aqua 1 liter yang di isi full intisari atau mereka lebih senang menyebutnya Black Wine.

Setelah Crutches menyelesaikan setlist, giliran band ke empat, Heuristik Unit Hardcore Raw Distort Punx dengan sound Distrort Disclose mereka berbagi noise khas Kawakami dengan penonton, Setelah itu Band Veteran D-beat Punk Jakarta Total Conflict adalah band terakhir yang akhirnya menutup gigs malam itu. (Hdrkadns)

#youshouldknow | Meracau: Kegilaan Bernostalgia Dengan Hardcore 80's

Kesepakatan empat orang untuk membentuk sebuah band dalam meciptakan suatu penyegaran dalam bermusik akhirnya terbuahkan. Didasari atas kekendoran jadwal latihan, main, sampai lamanya proses perilisan album dari band asli masing-masing personilnya, yaitu Abi (Losershead), Riki (Losershead), Nyobi (Just For Today) dan Demes (Just For Today). Kesibukan personil dari masing-masing band sebelumnya itu membuat Abi (Vocal), Nyobi (Gitar), Riki (Drum) dan Demes (Bass) sepakat untuk membuat band baru yang diyakini bisa produktif untuk terus menciptakan karya baru tanpa batasan waktu. Hal ini dilakukan demi hasrat untuk menuangkan eksplorisasi mereka dalam bermusik yang belum tersalurkan.

Nama Meracau diambil dari kata racau yang bermakna mengigau atau sedang kacau selayaknya orang yang mabuk, dengan maksud ingin membuat pendengar masuk kedalam atmosfer cheotic dalam penyajian karya dan penampilan aksi panggung mereka.

Genre yang dipilih merupakan keinginan untuk mencoba mengangkat kembali Hardcore di era 80s, menumbuk menjadi satu mulai dari Minor treat, Black Flag, Bad Brain, dan Ramones. konsep lirik dari karya yang sedang digarap mereka saat ini di tulis dari kegelisahan yang timbul di keseharian mereka, dibawakan dengan gaya kritis menyindir dan teresan sedikit slengean. (Demes Febrian)

Selasa, 12 Januari 2016

#review | Lefty Fish "You, Fish!", CD (Hitam Kelam Records, 2015)

Saya berasa norak sekali ketika mendengar musik tipikal seperti ini, apalagi mendapati bahwa You, Fish! milik band lokal, Lefty Fish. Sejujurnya saya jarang sekali bersentuhan dengan tipkal musik yang mana memiliki part tak beraturan, spontan, juga noisy dalam satu kemasan. Tapi setidaknya karena Lefty Fish saya kembali membuka folder komputer dan memutar ulang Naked City, Electric Masada, juga Shinsekai nya Midori, yang sebelumnya hanya tersimpan begitu saja.

Berisikan lima buah lagu pada debut album milik kuartet asal Yogyakarta ini, disajikan dengan komposisi yang gila, spontanitas tinggi, cepat, noise, dan berantakan. Dipandu dengan female vocal yang terkadang meledak-ledak dan kadang mendadak misterius, seperti mengidap alter-ego. Mereka benar-benar memainkan emosional pendengar, bahkan mengacak-acaknya. Jangan harap bisa santai ketika mendengarkan Lefty Fish ataupun berharap energi terbakar, karena semuanya akan didapatkan dalam satu track yang disajikan secara tak terduga.

Bagi saya Lefty Fish adalah wujud dari kebebasan berekspresi yang liar juga menarik. Sayangnya, debut album ini hanya berisi lima lagu dengan durasi yang pendek. Seperti ada yang mengganjal. Saya berharap dapat menikmati kegilaan mereka dalam durasi yang lebih lama lagi. (AL)

#review | Heaven In "Norns", Tape Cassette (Kick It Records, 2015)

Pertama kali mendengar mereka lewat demo ep berbentuk cd, yang diberikan oleh siapa saya sedikit lupa, sekitar satu setengah tahun yang lalu kalau tidak salah ep itu dirilis. Agak mentah karena tipe vokal beatdown beradu dengan nuansa mathcore ternyata nggak pas di kuping saya maaf. Tapi setelah itu terdengar kabar kalau mereka mengganti vokalis, lalu gaspol rekaman album, gosip-gosipnya.

Ya apalagi setelah Grave Behold (Bogor) memutuskan untuk bubar, makin gaspol lah Heaven In merangsak di berbagai gig di kota hujan. Karena si gitaris Heaven In ini adalah gitaris Grave Behold juga. Norns dipilih menjadi judul album mereka, saya membayangkan isi album ini berisi lirik bertemakan mitos-mitos urban legend atau kolosal gitu, yang dipadu padankan dengan gelapnya musik ala Eropa Utara misalnya, kan namanya fantasi tanpa ekspektasi, lumrah lah ya hihi.

Tujuh lagu mereka sajikan, dengan konsep full album, yeaah! Quartet noise/mathcore asal Bogor ini merilis albumnya dalam format kaset yang dirilis oleh Kick It Records. Merupakan rilisan pertama Kick It Records juga. Disambut riuh oleh track pertama yang langsung menjadi favorit berjudul "Ternyata Rencana Invasimu Lebih Meleset dari Konsepsi", riff gitar yang mudah dihapal membuat saya bergumam sendiri sesekali setelah dengernya. Langsung lanjut ke "Hidup Dalam Stigma" dan "Teori Kontra Logika", membahas tentang Nostradamus dengan ramalannya, ngebut terus ke track selanjutnya masih dengan noise noise meneror telinga. Sesal Mendesak, lalu track favorit saya yang kedua "Hening Senyap dan Abadi", pertama saya baca liriknya dulu baru dengerin, memang sudah suka liriknya sih hihi. Track selanjutnya adalah re-issue dari demo ep mereka nih, "Siklus Seorang Hamba", lebih matang dari sebelumnya, jauh lebih matang sih, percayalah. Ditutup oleh "Mereka Semua Berkata Akan Pergi ke Elysium".

Semua lagu dibuat gitaris mereka Robby “Oben” dan semua lirik ditulis oleh sang vokalis Aditya “Ucok”. Oh ya, dua personil lainnya, yang mengisi drum adalah Dyka dan gitar satu lagi adalah Derul. Juga mereka baru menyelesaikan tur nya sebelum tahun baru kemarin, ke empat kota: Bekasi, Tegal , Bandung, dan Cipanas. Semoga masuk surga yeaah! Bagi kalian yang suka band–band dark hardcore/noise/mathcore ala-ala Birds In Row, Code Orange Kids, Converge , sampai ke dalam negeri nya seperti Alice. (Fauzan)

Senin, 11 Januari 2016

#review | Efek Rumah Kaca "Sinestesia", CD (Self Released, 2015)

Saya tidak terlalu peduli ketika mereka merilis single "Biru", entah mengapa single tersebut tidak mencuri perhatian saya sama sekali. Sebab saya mulai pasrah dengan nasib trio pop minimalis Jakarta satu ini, setelah mereka bertransformasi menjadi Pandai Besi. Saya pikir ketika itu, "apa yang bisa mereka lakukan lagi ? Lihat mereka mengubah lagu lama sedemikian rupanya. Tetap saja mereka hanya sedang membunuh bosannya." Lalu saya mulai meremehkan ERK dalam wujud album ketiga nya sebagai sesuatu yang mandul inovasi.

Selang itu, single "Putih" dikeluarkan. Berlanjut hingga Sinestesia dikabarkan telah rampung dan siap rilis. Ketika itu saya tarik semua ucapan sebelumnya. Ternyata apa yang saya takutkan tidak terjadi, mereka tidak mandul inovasi, justru sebaliknya. ERK diluar ekspektasi saya. Mulai dari konsep fragmentasi pada masing-masing lagu berjudul besar (Merah, Biru, Jingga, Hijau, Putih, dan Kuning), komposisi musiknya yang variatif dengan part yang harmonis antara satu sama lain, musiknya yang mampu menghidupi liriknya menjadi sedemikian hidupnya, album ini mengajak saya berpetualang untuk merasakan pengalaman yang ERK ingin bagikan melalui musiknya.

Dengan durasi yang panjang perlagunya, saya sempat bosan. Khususnya pada intro lagu "Merah" saya mulai merasa tak kerasan di telinga, namun ERK benar-benar memberi kejutan, sehingga saya menjadi penasaran dibuatnya. Saya melupakan bosannya mendengarkan lagu berdurasi panjang, karena saya tau bahwa pasti ada sesuatu yang berbeda juga mengagetkan yang akan mereka berikan.

Selamat Cholil, Adrian, dan Akbar. Album ini menyenangkan. (AL)

Much Bercerita Cinta Dalam Single Terbaru

Duo indie-rock asal Malang, Much, merilis single terbaru bertajuk "Break Heart, Break Apart" melalui soundcloud resmi mereka. Singe terbaru tersebut adalah sebuah awal dari album kedua yang sedang mereka persiapkan rilis pertengahan tahun ini.

Duo Aulia Anggia (vokal) dan Dandy Gilang (gitar) pada kesempatan kali ini turut melibatkan Risang (gitar), Vino (bass), dan Pandu (drum) sebagai pemain pembantu.

Lagu "Break Heart, Break Apart" sendiri mengkisahkan sepasang sejoli yang menuangkan semua perasaannya dalam sebuah lagu. "Lagu ini memperlihatkan bagaimana seseorang mencintai pasangannya yang cukup menyebalkan dansuch a mess baginya, namun sejatinya ia juga menyadari bahwa dirinya juga menyebalkan. Menurutnya tidak selamanya ketidak sempurnaan itu buruk, terkadang ketidak sempurnaan itu yang bisa melengkapi kesempurnaan kita," tutur mereka.

Much sebelumnya sudah merilis debut album bertajuk Closest Things I Can Relate To dalam format cakram padat pada pagelaran Record Store Day 2015 lalu, di bawah bendera label Haum Entertainment. Yang mana album tersebut kemudian dirilis kembali dalam bentuk kaset pita lengkap dengan kode unduh mp3 sera berisi kumpulan lirik dan chord gitar.

"Semoga Much dapat menjadi kitab suci bagi dedek-dedek indies Nusantara untuk menerjemahkan cinta kasih di usia peralihan," pungkas mereka. (Sar)

Beeswax Kritisi Pembangunan The Rayja Resort Melalui 'Wellspring'

BEESWAX adalah nama baru skena indie Malang yang sedang ramai dibicarakan. Mereka menawarkan musik tipikal mid-west sound layaknya American Football, Capz N Jazz, Texas is the Reason, dan sejenisnya. Belum lama ini mereka merilis sebuah single bertajuk "Wellspring", sebuah lagu yang berangkat dari fenomena pembangunan hotel di Kota Batu.

"Wellspring adalah refleksi tentang format kepedulian tentang sebuah masalah. Apakah kami terlalu sibuk dengan masalah sendiri sehingga tidak peduli dengan masalah lingkungan atau kami peduli tapi dengan effort minim," ungkap mereka.

Mereka mengkritisi dampak yang terjadi dari pembangunan hotel The Rayja yang terletak di Kota Batu, lalu menyebabkan Mata Air Gemulo yang hanya berjarak 100M dari lokasi hotel tidak dapat berfungsi lagi. Padahal, menurut penuturan mereka, sebelum adanya pembangunan hotel saja, kondisi Mata Air Gemulo sudah mulai mengkhawatirkan karena tingkat debutnya menurun.

Polemik pembangunan hotel The Rayja yang dimodali oleh PT. Panggon Sarkasa Sukses Mandiri (PT PSSM), sudah bergulir sejak 2013 lalu. Ketika itu warga sekitar dibantu oleh Forum Masyarakat Peduli Mata Air (FMPMA) Kota Batu, mencoba mengajukan gugatan secara perdata ke Pengadilan Negeri Malang. Mereka menuntut ganti rugi Rp 318 miliar karena pembangunan hotel tiga lantai dengan 88 kamar itu mengancam kelestarian sumber air Gemulo yang berfungsi untuk pertanian dan air minum.

Pada 2014, warga menang melalui putusan Pengadilan Negeri Kota Malang. Namun awal Januari 2016 ini, kasasi hotel The Rayja diterima dan pembangunan kembali berjalan.

"Warga sempat demo, beberapa kali sampai saat ini, tapi nampaknya perjuangan belum usai. BEESWAX sebagai musisi punya hak untuk ikut andil dalam protes dalam bentuk lagu. Prospek lagu sebagai media protes bisa membantu lewat berbagai media," tandas mereka. (AL)

Arc Yellow Rekam 'Blow Project' Dalam Garasi

Ketika itu trio Arc Yellow baru saja menyelesaikan setnya untuk pagelaran Senandung Semesta: Pre-event Pasar Seni ITB 2014. Alih-alih langsung balik ke Depok, mereka mampir dulu ke rumah seorang teman di Kiara Condong, Bandung. Kunjungan kali itu dijadikan momentum untuk berkarya, dengan memanfaatkan studio garasi, akhirnya secara spontan merekam tiga lagu secara live yang kemudian mereka beri tajuk Blow Project.

"Proses rekamannya sendiri terbilang nekat, one kill one shoot, karena memang awalnya kami hanya iseng nge-jam dan ingin merasakan equipment studio yang terbilang antik dan sangat berdebu. Karena memang selain studio band, garasi tersebut juga dijadikan gudang," tutur mereka.

Mereka menambahkan, bahwa hanya butuh waktu 30 menit untuk merekam tiga lagu tersebut: "Alfa Male", "The Pink Stripes", dan "Not Right" dari The Stooges. Hal tersebut dikarenakan waktu yang mepet sementara mereka harus kembali pulang ke Depok. Sementara itu untuk urusan mixing dan mastering pun berjalan dengan singkat. Mereka hanya membutuhkan waktu sehari semalam tanpa adanya revisi sama sekali.

"Karena kami tidak ingin terlalu banyak mengubah sound gitar, bass, drum, dan vokal. Kami ingin semua terdengar mentah dan apa adanya," ungkap mereka.

Dalam Blow Project ini, mereka dibantu oleh Yopi Rizkia untuk mixing dan mastering dan Eggy Surachman untuk artwork. Blow Project bisa dinikmati secara gratis melalui akun soundcloud Arc Yellow terhitung tanggal 9 Januari kemarin. (AL)

Jumat, 08 Januari 2016

Warmouth Bergabung Dengan Samstorng Records Untuk Debut Album

Trio Made Dharma (gitar-vokal), Rahmat Gunawan (drum), dan Kurniawan Laksono (bass) yang tergabung dalam Warmouth, mengabarkan telah tekan kontrak dengan Samstrong Records. Sebagai langkah pertama, dua pegiat skena asal Yogyakarta tersebut akan bekerja sama untuk merilis debut album Warmouth dengan judul yang masih dirahasiakan. "Setelah 2 tahun sejak pertama kita terbentuk di akhir 2013, kita sangat senang untuk bisa bekerjasama dengan Aditya Ageng dari Samstrong Records untuk album perdana kita. Kita telah mengenal dia sejak sebelum proyek band ini terbentuk. Dia adalah salah satu orang yang sangat berdedikasi di scene hardcore/bawah tanah," ujar Made Dharma.

Made menambahkan, proses yang panjang dan cobaan yang banyak dalam Warmouth selama ini, membuat bandnya mencoba melihat kembali pada apa yang sebelumnya dilakukan dan menaruh mereka pada perspektif yang berbeda sekarang.

Warmouth terbentuk pada akhir tahun 2013 oleh Made Dharma, setelah keluar dari Deadly Weapon, dengan mengajak Rahmat Gunawan (Energy Nuclear, LKTDOV, Maur) untuk mengisi drum dan kawannya, Kurniawan Laksono pada bass. Trio ini telah memiliki demo pertama, yang dirilis hanya beberapa minggu sejak terbentuk. Juga album split dengan Cloudburst yang dilanjutkan dengan melakukan tur Jawa bersama. Sementara ini, untuk kebutuhan debut album nanti, Warmouth masih dalam tahap rekaman 11 lagu yang dimulai per-Januari tahun 2016. Rencananya album tersebut sudah bisa rilis pada April nanti. (AL)

Kamis, 07 Januari 2016

Take Kontrol Rilis "The Time" Sebagai Pemanasan

Kuartet oldschool hardcore asal Sukoharjo, Take Kontrol, belum lama ini merilis single bertajuk "The Time". Single bebas unduh tersebut, sengaja mereka keluarkan sebagai pemanasan sebelum rilisnya mini album. Rencananya label kota yang sama, Hit And Burn Records yang akan bertugas merilis mini album milik Anggit (vokal), Fareza (gitar), Iwan (bass), dan Bintoro (drum) satu ini.

Direkomendasikan untuk para pendengar Pointing Finger, Youth of Today, Floorpunch, etc.

Download single mereka, di sini. (Babai)

Rimauman Music Rilis Kompilasi Album Band Palembang

CD Artmoshpit Compilation Album. Photo by Rimauman
Dua pihak yang sama-sama penggiat komunitas kreatif asal Palembang, Rimauman Music dan Artmoshpit, merilis album kompilasi bertajuk Artmoshpit Compilation Album dalam format CD. Kompilasi tersebut diikuti oleh 19 band asal Palembang dan sekitarnya, tanpa adanya batasan genre maupun umur masing-masing band.

Penggarapan Artmoshpit Compilation Album dilatar belakangi oleh perkembangan masif yang terjadi pada scene musik Palembang dalam beberapa tahun terakhir. Indikator perkembangan tersebut dapat lihat dari maraknya band-band Palembang mempublikasikan karya kreatif, merilis album, hingga melakukan tur. Dinamika tersebut terjadi di tengah kurangnya hingar-bingar scene Palembang jika dibandingkan dengan kota-kota utama seperti Jakarta dan Bandung. "Sebuah awal dari proses panjang yang bahan bakarnya adalah semua yang terlibat di depan dan belakang layar sebagai sebuah usaha untuk tidak mengekor tapi mencoba realistis dengan mengambil sikap proaktif terhadap kekurangan yang ada," tutur Rimauman Music.

Mereka menambahkan, kompilasi ini adalah bentuk usaha untuk membakar batas lokalitas bahwa apa yang dilakukan di level lokal pun bisa mendapat apresiasi secara nasional, sebuah usaha kecil yang semoga memiliki dampak yang besar.

CD kompilasi tersebut bisa didapatkan dengan harga Rp. 40.000,- dan tersebar dibeberapa titik distribusi seperti Ammunition (Medan), Flush Store (Pekanbaru), Rimbun Coffee (Padang), Rimbun Coffee (Bukit Tinggi), JCG Store (Jambi), Raw Rock Art Wear (Palembang), Obscure Division (Palembang), BringHopeToday Store (Batam), Lawless (Jakarta), Warung Musik (Jakarta), Omuniuum (Bandung), Thief Shop (Yogyakarta), Vitus Record Store (Semarang), Alpha Omega (Solo), Toko Houtenhand (Malang), C2O Library (Surabaya), dan Musick Bus (Makassar). Atau bisa kontak langsung ke rimaumanmusic@gmail.com. (AL)

Berikut daftar band yang ikut andil dalam Artmoshpit Compilation Album:

Rabu, 06 Januari 2016

[LK020] Brainwashed - EP 2015

Band: Braindwashed
Album: EP 2015
Year: 2015

Tracks:
01. Brainwashed
02. For the Kids
03. Passion
04. Stand and Fight
05. Together We Stand

Note:
Pendatang baru skena hardcore Depok. Mereka menawarkan musik energic ala band-band oldschool hardcore semacam Youth of Today, Gorilla Biscuits, CIV, etc. Namun dikemas dengan gaya yang modern.

Dengarkan lagu:



Download (Klik kanan+save as)

Selasa, 05 Januari 2016

Video Live Session Homegrown YK vol. 2 Telah Rilis

Video live session HOMEGROWN YK VOL.2 secara resmi telah beredar di kanal youtube HOMEGROWN YK pada hari Minggu kemarin (3/1). Video tersebut menampilkan dua band dari Bandung yakni Diocreatura dan Poylester Embassy, juga dua band dari Yogyakarta yakni KAVVAH dan NERVOUS. Hal ini menyusul rilisnya video aftermovie HOMEGROWN YK VOL.2 di kanal yang sama sebelumnya.

Rencananya setelah video aftermovie dan live session dirilis, nantinya akan diikuti oleh peluncuran album kompilasi HOMEGROWN YK VOL.2 yang akan dirilis oleh K30Netlabel dalam format digital bebas unduh.

Pagelaran HOMEGROWN YK VOL. 2 sendiri berlangsung di Rooftop Galeria Mall, Yogyakarta pada 2 Oktober 2015 yang lalu. (Bobby)

Click here for watch