Kemarin malam saat sedang bermalasan, masuklah sebuah pesan, ternyata dari kawan lama Lemarikota. Tak disangka sebuah tawaran membagi playlist musik favorit untuk konten mereka yang segar, dibalik hilangnya budaya tukeran mixtape. Sounds of Bitch, sangat lacur.
Sebenernya saya bukanlah seorang yang suka membagi playlist musiknya, terlebih pada orang yang tak dikenal. Akan tetapi tersadar bahwa suatu kebutuhan pula untuk membagi apa yang disuka kepada orang lain. Apalagi musik itu bagian dari hidup yang mencuri kebutuhan, kebiasaan, dan waktumu yang panjang. Ugh, tidak cukup rasanya membagi musik favorit hanya ke dalam 10 paylist. (Robby)
Tampilkan postingan dengan label backstage. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label backstage. Tampilkan semua postingan
Kamis, 03 Maret 2016
Selasa, 23 Februari 2016
Ternyata Tempat Seperti Ini Bisa Juga Dipakai Untuk Gigs (Part. 2)
Melanjutkan artikel sebelumnya dengan tema yang sama. Dan demi menebus hasrat mengorganisir gigs yang mulai dibatasi oleh minimnya tempat dan mahalnya harga sewa. Juga atas nama ide ide liar yang tak terbatas. Gua akan melanjutkan mereview tempat-tempat gaib yang bisa kita pakai untuk mengorganisir gigs.
Tapi sebagai catatan kecil, menemukan tempat tempat baru untuk mengorganisir sebuah gigs tentu juga harus dibarengi dengan menjaganya. Memperkosa tempat baru untuk satu malam hanya akan membuang energi. Jaga dan rawatlah tempat yang sudah kita perjuangkan agar kelak tempat-tempat seperti ini tidak benar-benar menghilang tak bersisa.
Ayo mas bro langsung lookit aja. (Dittus)
Tapi sebagai catatan kecil, menemukan tempat tempat baru untuk mengorganisir sebuah gigs tentu juga harus dibarengi dengan menjaganya. Memperkosa tempat baru untuk satu malam hanya akan membuang energi. Jaga dan rawatlah tempat yang sudah kita perjuangkan agar kelak tempat-tempat seperti ini tidak benar-benar menghilang tak bersisa.
Ayo mas bro langsung lookit aja. (Dittus)
Senin, 22 Februari 2016
Sounds of Bitch Vol.02 by Hafidz Faza of Disdain
Lemarikota Webzine mengirimi pesan dan meminta saya untuk membuat playlist musik di dalam kontenmereka yang dinamakan Sounds Of Bitch. Konten yang menurut saya cukup menarik dan membuat saya tertarik untuk meng’iya’kan tawaran tersebut. Sudah banyak musik yang saya dengar dan saya harus memilih beberapa lagu, cukup aneh rasanya. Tetapi itu yang membuat saya tertarik dengan konten Sounds Of Bitch ini.
Mungkin musik yang dengarkan tidak ‘seberat’apa yang kalian dengarkan. Karena jujur, saya tak selalu mendengarkan musikyang ‘berat-berat’ itu. Saya mendengarkan musik karena saya merasa suka, senang, sesuai dengan mood dan membuat saya tertarik untuk dijadikan referensi. Terlalu naif untuk harus, kudu, wajib mendengarkan musik hanya untuk masuk ke dalam dunia orang lain yang saya sendiri tidakn yaman.
Saya tidak ingin mendeskripsikan kenapa saya memilih playlist lagu–lagu tersebut karena menurut saya, kalian yang lebih cocok untuk mendeskripsikannya. Selamat mendengarkan 10 track favorit saya dan jangan memaksa diri untuk suka. (Hafidz Faza)
Mungkin musik yang dengarkan tidak ‘seberat’apa yang kalian dengarkan. Karena jujur, saya tak selalu mendengarkan musikyang ‘berat-berat’ itu. Saya mendengarkan musik karena saya merasa suka, senang, sesuai dengan mood dan membuat saya tertarik untuk dijadikan referensi. Terlalu naif untuk harus, kudu, wajib mendengarkan musik hanya untuk masuk ke dalam dunia orang lain yang saya sendiri tidakn yaman.
Saya tidak ingin mendeskripsikan kenapa saya memilih playlist lagu–lagu tersebut karena menurut saya, kalian yang lebih cocok untuk mendeskripsikannya. Selamat mendengarkan 10 track favorit saya dan jangan memaksa diri untuk suka. (Hafidz Faza)
Minggu, 21 Februari 2016
Panjang Umur Kalijodo, 7 Lagu Ini Bersama Kalian
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kelihatannya sudah yakin sekali untuk menggusur lokasi prostitusi Kalijodo yang terletak di Penjaringan, Jakarta Utara. Menurut isu yang beredar kawasan "wisata lendir" tersebut akan dialokasikan sebagai Ruang Hijau Terbuka. Terlepas dari hal ini memiliki agenda politik atau tidak. Gua rasa meniadakan prostitusi adalah bentuk bahwa masyarakat kita sudah benar-benar bisa melawan hawa nafsu khususnya dalam hal seks. Pertanyaannya adalah, apakah kita semua benar sudah bisa menahan libido ?
Gua merasa peran prostitusi itu penting dalam kehidupan sosial, karena bagaimanapun manusia membutuhkan seks. Sebelum gua menulis panjang lebar, tulisan ini tidak diperuntukan untuk kalian yang tebal iman dan memang sudah bisa menahan diri dari aktivitas seks pra-nikah. Kenapa gua katakan penting. Dengan adanya tempat prostitusi, kita bisa tau di mana libido ini harus disalurkan dengan tepat. Hal ini jauh lebih terpuji dari pada kita mengharapkan hubungan seks dengan cara yang dipaksakan dan terlebih gratisan, misalnya berpura-pura mendekati lawan jenis untuk berkenalan kemudian berharap bisa one night stand dengannya di motel murah atau yang paling hina adalah memperkosa lawan jenis.
Gua merasa peran prostitusi itu penting dalam kehidupan sosial, karena bagaimanapun manusia membutuhkan seks. Sebelum gua menulis panjang lebar, tulisan ini tidak diperuntukan untuk kalian yang tebal iman dan memang sudah bisa menahan diri dari aktivitas seks pra-nikah. Kenapa gua katakan penting. Dengan adanya tempat prostitusi, kita bisa tau di mana libido ini harus disalurkan dengan tepat. Hal ini jauh lebih terpuji dari pada kita mengharapkan hubungan seks dengan cara yang dipaksakan dan terlebih gratisan, misalnya berpura-pura mendekati lawan jenis untuk berkenalan kemudian berharap bisa one night stand dengannya di motel murah atau yang paling hina adalah memperkosa lawan jenis.
Jumat, 19 Februari 2016
Sounds of Bitch Vol.01 by Codename A of Wreck
Satu waktu salah seorang kawan dari Lemarikota Webzine mengontak dan memintaku untuk membuat sebuah playlist untuk konten Sound of Bitch yang menurutku asik. Jujur saja, aku sedikit kebingungan karena begitu banyak lagu yang bagiku menarik dan tentu saja enak untukku sendiri. Terlebih aku menemukan begitu banyak band-band yang ‘canggih’ dan membantuku untuk mulai tak bermalas-malasan mencari referensi-referensi baru yang menyegarkan. Walaupun pada kenyataannya lagu yang aku pilih adalah lagu-lagu lama yang mungkin adalah favorit bagi beberapa orang.
Akhirnya dengan mantap aku putuskan 10 lagu favorit yang dalam beberapa bulan terakhir ini selalu ada dalam daftar lagu yang selalu kuputar semenjak aku tinggal di Ibukota. Niat awalnya aku ingin menjelaskan kenapa 10 lagu ini yang aku pilih, tapi setelah dipikir-pikir aku malah takut jika aku malah meracau tak jelas dan berbelit-belit. Jadi kuputuskan tak perlu diberi tulisan segala. Selamat mendengarkan! (Codename A)
Akhirnya dengan mantap aku putuskan 10 lagu favorit yang dalam beberapa bulan terakhir ini selalu ada dalam daftar lagu yang selalu kuputar semenjak aku tinggal di Ibukota. Niat awalnya aku ingin menjelaskan kenapa 10 lagu ini yang aku pilih, tapi setelah dipikir-pikir aku malah takut jika aku malah meracau tak jelas dan berbelit-belit. Jadi kuputuskan tak perlu diberi tulisan segala. Selamat mendengarkan! (Codename A)
Sabtu, 06 Februari 2016
6 Band Yang Mengusung Konsep Virtual Reality Pada Video Clip
![]() |
source google |
Kemajuan teknologi video tersebut langsung merangsang para musisi untuk menggarap video clip masing-masing dengan konsep virtual reality 360 derajat. Apalagi setelah youtube sebagai situs sharing video nomer satu di dunia telah mendukung fitur ini. Penonton jadi semakin merasa seolah-olah dekat dengan para musisi. Tentu hal tersebut memberikan pengalaman dan sensasi yang baru dalam menikmati tayangan video, bukan ?
Mau tau siapa saja musisi yang menggunakan fitur virtual reality dalam video clipnya ? Berikut ini tim Lemarikota telah merangkumnya. (AL)
Rabu, 20 Januari 2016
Ternyata Tempat Seperti Ini Bisa Juga Dipakai Untuk Gigs
![]() |
924 Gilman. Sumber: Google |
Kalian yang sedang dirundung masalah krisis venue sementara hasrat mengorganisir gigs tak bisa terbendung atau sedang jengah dengan konsep gigs yang begitu-begitu saja: di cafe, bar, GOR, atau hall serba guna. Beberapa gigs ini bisa menjadi acuan mengobati kejenuhan ataupun sebagai alternatif kalian dalam menyelenggarakan gigs. Dan itulah yang saya akan bahas.
Jadi mari kita mulai. (AL)
Jumat, 18 Desember 2015
TO DIE: Dari Floppy Disk Hingga Piringan Hitam, Kandang Burung Hingga Lunch Box
![]() |
Indra Menus. Photo by IM doc. |
Tidak hanya itu, band yang dinahkodahi oleh Indra Menus ini pun terbilang inovatif, jika bisa dikatakan ekstrim. Cara To Die merilis albumnya terkadang diluar kebiasaan band pada umumnya. Mereka seakan menjadi band yang tak pernah puas dengan format rilisan yang begitu-begitu saja: kaset pita, CD, vinyl, dan digital. Bahkan cara pengemasan albumnya pun, terbilang gila. Dalam arti, (lagi-lagi) mereka seakan tidak puas dengan rilisan yang hanya di packaging ala kadarnya. Tak jarang mereka mengemas albumnya tersebut dengan hal-hal yang membuat kita terheran-heran sekaligus takjub.
Mau tau betapa inovatifnya To Die ? Simak hasil pantauan Lemarikota soal rilisan dengan format dan pengemasan tergila yang pernah mereka lakukan. Siapa tau pembaca ada yang tertarik mengikuti jejak mereka atau bahkan ada yang ingin lebih ekstrim lagi. (AL)
Selasa, 08 Desember 2015
Ayo Bikin Album, Karena Band Bukan Brand
![]() |
Para personil Sex Pistols saat tekan kontrak dengan A&M Records ntuk album God Save the Queen pada Maret 1977 di Buckingham Palace, London. Photo by bettman/CORBIS |
Untuk band yang terlahir dari rahim budaya non-pop atau katakanlah underground, terbilang cukup beruntung. Kenapa ? karena pada tatanan musik tersebut memiliki kedekatan yang erat dengan etos mandiri atau Do It Your Self (DIY). Setidaknya mereka bisa merekam, merilis, lalu mendistribusikan albumnya sendiri atau yang dikenal dengan istilah self released. Yang diperlukan hanyalah semangat dan pengetahuan yang mumpuni untuk melakukan itu semua.
Namun bagaimana jika tak ingin merilis album sendiri ? Apakah perlu menunggu A&R label major menawari kontrak kerja ? Untuk pertanyaan yang kedua, sepertinya terlalu mustahil, selama jenis musik yang dimainkan tidak "beraroma" rupiah. Beruntungnya lagi, etos DIY pada sebuah komunitas underground tidak hanya melahirkan band, melainkan records label. Dua elemen yang pada akhirnya saling beriringan.
Yaps, solusi telah didapatkan. Yang diperlukan oleh sebuah band hanyalah mempersiapkan materi dengan sebaik-baiknya, menghubungi pihak records label yang sesuai, dan membuat kesepakatan -yang tentunya tidak merugikan kedua belah pihak. Berikut ini, Lemarikota akan merangkum beberapa records label Indonesia, yang bisa merealisasikan mimpi sebuah band untuk memiliki album. (AL)
1. Samstrong Records
Salah satu label produktif yang dimiliki skena hardcore/punk pada dekade ini. Berbasis di Jogyakarta, Samstrong telah menjadi rumah bagi band-band lokal seperti Knockdown, Revolt, Striker, LKTDOV, To Die, The Shantoso, Reason To Die, Dirty Glass, dan masih banyak lagi. Tidak hanya bermain pada ranah lokal, label yang dinahkodahi oleh Aditya Ageng ini, tercatat pernah merilis band-band bertaraf internasional seperti Second Combat, Nine Eleven, Alea Jacta Est, Rykers, dsb.
Mereka juga didaulat sebagai distributor resmi album terbaru Terror bertajuk The 25th Hour. Tidak hanya itu, mereka juga akan merilis ulang album Live by the Code (2013) milik punggawa hardcore asal Los Angeles, Amerika Serikat, tersebut.
2. Movement Records
Kredibilitas label asal Jakarta satu ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Sejak eksistensinya dimulai pada 1998, Movement Records telah menjadi rumah bagi beberapa unit punk lokal seperti Error Crew, Straight Answer, Unrest, Street Voices, The Raws, Dirty Edge, The Jinxz, Triple X, The Sabotage, Septictank, Elloco, Stupidity, Silly Riot, Total Damage, Trendy Reject, The Valid, dsb.
Movement Records pun tercatat pernah merilis album The Viruz (Philadelphia punk) bertajuk Indonesian Split Release. Mereka juga menjadi distributor resmi untuk sebuah proyek kompilasi Punk Aid 2012, yang berisi berbagai band punk dari mancanegara yang diproyeksikan sebagai bentuk dukungan moral untuk insiden penangkapan punk di Aceh.
3. Alternaive
Datang dari kota Bandung, label satu ini telah berhasil menaungi beberapa band yang berasal dari Paris Van Java. Sebut saja Hooded, Milisi Kecoa, Kroia, Haramarah, Cyco Vision, Terror of Dynamite Attack, dsb. Sedangkan untuk yang di luar Bandung, mereka pernah merilis Hellowar, Peace or Annihilation, Grave Dancer, Hantamrata, GunxRose, dsb.
4. True Side Records
Tempat bersemayamnya band-band hardcore keren dari Jakarta seperti Final Attack, A Thousand Punches, Brave Heart, Feel The Burn, Strike Hard, dsb.
Apabila dilihat dari daftar band yang mereka rilis, label asal Jakarta satu ini memfokuskan diri pada genre hardcore.
5. Necros Division
Salah satu label asal Depok yang sedang on fire. Beberapa band lintas genre, mulai dari punk rock, hardcore, hingga post-metal berada dibawah naungan label satu ini. Meskipun dominan merilis nama-nama yang masih asing di telinga khalayak, namun Necros cukup jitu melirik potensi yang ada. Hasilnya label ini berhasil memberikan penyegaran pada skena musik underground, khususnya hc/punk.
Sebut saja Total Jerks, The Kuda, True Hell, Koteka Is The Reason, Tarrkam, Limerence, Ensena, adalah nama-nama yang masih asing. Namun jangan lihat seberapa lama umur band-band tersebut, silakan dengar apa yang mereka mainkan.
Necros beberapa kali menjadi rumah bagi band-band mancanegara seperti Latest Fashion (Swedia), Data Control (Swedia), dan Teenagers (Swedia).
6. Sailboat Records
Rumah bagi band-band berhaluan skramz, post-hardcore, post-rock, screamo, dsb. Yang mana menjadikan label asal Jakarta ini menjadi pelabuhan bagi beberapa nama seperti Amuk Redam, A City Sorrow Built, Senja Dalam Prosa, Forever Always, Woodcabin, dan Seems Like Yesterday.
p.s. keenam label di atas, tidak hanya bertindak sebagai pihak yang memproduksi dan mendistribusikan album band saja. Terkadang label-label tersebut turut serta menjadi organizer gigs, tour booking, dan menjual merchandise band.
Langganan:
Postingan (Atom)