Senin, 29 September 2014

Black//Hawk: Generator Baru Skena Palembang

Photo by Black//Hawk doc.
Ingat kemarin lalu ada beberapa anak remaja juga yang dikira akan cukup progressive di skena hardcore lokal, yang pada akhirnya juga putus di tengah jalan. Tak ada yang baru dengan Black//Hawk jika menilik dari perkembangan hardcore dunia, tapi mereka menyegarkan. Siapa sangka saya akan menemukan bagian-bagian post metal yang teramat saya suka bergantian dengan cepatnya hardcore punk bersama begitu beratnya hardcore di tiap penampilan mereka?

Terlebih lagi keseriusan mereka untuk tetap menjaga kewarasan bermusik di tengah banyak kesibukan yang akan dan sedang mereka hadapi selulus sekolah mereka tahun ini. Yah mereka baru lulus sekolah setara SMA tahun ini, quartet hardcore muda yang tanpa pikir panjang langsung merampungkan materi album dan akan merilisnya di tahun pertama mereka terbentuk. Apa yang coba mereka lakukan?

Simak interview mereka kali ini! (yang sebenarnya pada kenyataannya penuh gelak tawa pada tiap jawaban).

Halo Black//Hawk, selalu seperti biasa, menyenangkan jika kita mulai dengan perkenalan, dari Black//Hawk sebagai band, dan masing-masing sebagai personal?
Naufal: Aku Naufal biasa dipanggil Sombol, sebagai vocal di Black//Hawk
Billy: Aku Billy sebagai gitar
Imam: Aku Imam sebagai bass di Black//Hawk
Aldo: Aku Aldo Sebagai drum di Black//Hawk
Naufal: Aldo ini bisa dibilang baru masuk gantiin Rama kemaren sebagai drum karena sibuk kuliah.
Terus Black//Hawk dari Palembang, beraliran hardcore, sebenarnya gak ngotak-ngotak dan ndak mau terkotak-kotakkan sih kalo genre, mau dibilang apa, ada yang bilang sludge-core, blackened hardcore atau sejenisnya, tapi kami mengkarakteristikan band kami dengan hardcore.



Kalian mengingatkan saya dengan Code Orange, quartet muda dengan hardcore yang berbahaya, cukup keras dan serius di umur belasan, apa yang coba kalian lakukan?
Naufal: Kalo dibilang Code Orange dan Black//Hawk sebenernya emang gak bisa dipisahin, boleh dibilang Black//Hawk seperti Code Orange, yah boleh, karena merekalah juga Black//Hawk ada, Black//Hawk muncul karena Code Orange mendominasi kami.
Billy: Jadi yah itusih, maunya Black//Hawk juga sebenarnya, ngajak kawan-kawan, bangkitin libido-libido muda di Palembang yang bisa dibilang emang kendor dan redup-redupan.
Naufal: Seperti slogan yang popular di scene sendiri "yang muda yang berbahaya", kasusnya sih beda tapi malah, yang muda banyak yang stuck, udah bikin band udah puas, terus stop. Pandangan kami untuk regenerasi bukan kek gitu, ketika yang muda bisa ngebakar batas habis apapun sama yang tua-tua itu baru regenerasi.

Kami mendengar beberapa potongan-potongan berita tentang album kalian mendatang, boleh kami dengar secara detail?
Naufal: Ini bukan album sih, kami nyebutnya EP, disini ada 6 materi yang digarap bersama Black Sheep Studio dan Rimauman Music, ini yang seperti kami bilang tadi, ini api cukup besar yang kami maksud untuk bisa ngebakar batas tadi,tahap yang serius bersama orang-orang yang memang serius, mereka yang harus nyesuain dan berhadapan sama kami 4 ABG Labil, dan sebaliknya kami juga, disiplin-disiplin baru, step-step baru, deadline-deadline, yang kami anggap jadi sebuah pembelajaran tentang professional recording untuk seumuran kami yang susah untuk disiplin juga salah satu nilai bagus bagi kami di kerjasama ini.

Berapa kali kami dengar tadi tentang regenerasi, pancing libido muda, dan sejenisnya. Memang ada apa dengan gairah-gairah muda di scene lokal kalian?
Naufal: Untuk sekarang sih, dari curahan hati personal nih, scenester-scenester muda bersama bandnya kurang mendominasi di tiap gigs, kalo nonton gigs yang maen itu lagi itu lagi, stoplah! Jangan mereka yang kita lihat, mereka juga yang lihat kita. Jangan takutlah untuk bakar batas apapun itu.Mau bikin album? Palembang dan Sumatera pada umumnya dalam proses membangun, mulai banyak label-label mandiri, kayak di Palembang aja ada Rimauman dan Spektakel, jadi gak usah bingung-bingung lagi sih.
Billy: Kalo ngomongi record label yang lokal malah sudah cukup berpotensi, gak kalahlah
Naufal: Kurang PD sih mungkin masalahnya.

Sebenernya agak lelah, capeklah kalongomongin genre, karena yang kita tahu sekarang, genre-genre itu nyebrang-nyebrang, maen ini tapi ada selipin part-part ini, tapi beberapa waktu lalu kalian udah negesin kalo kalian “hardcore//punk”, bagaimana menurut kalian polemik tentang genre inis endiri?
Naufal: Tetep positif sih, ini jadi yang ngindikasiin ketongkrongan-tongkrongan yang berbasis genre di Palembang juga, jadi ndak usahlah misah-misah, berbaurlah, yang mana hardcore, metal, ato apapun. Palembang dalam proses membangun, dan itu gak bakal berakibat baik, pengkotak-kotakan gak akan baik.

Sedangkan bagaimana kabar dari skena hardcore yang ada di kota kalian sekarang, Palembang?
Billy: Bisa dibilang latah sih, yah itu tetep mau ikut-ikutan, satu band maen genre dan musiksepert iitu, mulai ikut-ikutan juga maenkek itu, gak hardcore-nya gakapanya, makanya Black//Hawk ini juga sebagai ajakan itu tadi juga buat gakikut-ikutan, yah balik-balik tadi tetap fokus di yang muda, entah kenapa terlalu takut buat muncul padahal mereka sendiri sebenarnya berpotensi.

Kami cukup memperhatikan, kalian hampir selalu terlihat hanya, atau mungkin kebanyakan bermain di gigs-gigs yang diorganisir Spektakel danbeberapa benefit gigs juga, mulai dari “Jangan Jadikan Kami Komoditas” sampai “Benefit Gigs Collage Fest,” suatu kebetulan atau apa? Dan bagaimana space gigs sendiri di kota kalian?
Naufal: “Jangan Jadikan Kami Komoditas” adalah gigs pertama kami. Bukan soalstyle.Musik sendiri pada awalnya perlawanan juga, kan? Kita cuma nerusin karakteristik ini doang. Musik keren juga gak cukup tanpa ada yang dibawa dibaliknya. Mencoba mensinergiskan dengan apa yang coba kita sampaikan, karena musik tentang penyampaian juga, sayang kalo maen musik bagus tapi gak ngelakukan apa-apa selain maen musik, dan bisa dibilang saya juga sendiri aktif di Spektakel dan kawan kami Imam dengan Diely Work, sebuah kolektif yang berorientasi di pendokumentasiaan live band dibanyak gigs, semuanya nyambung. Kalo untuk space gigs, kalo studio gigs nih yah, beberapa studio di Palembang belom ada sebenarnya yang nyaman, bener-bener nyaman dan santai, untuk gigs rutin. Itu juga yang jadi harapan besar Spektakel sendiri sih untuk punya space gigs sendiri yang dibangun dengan kolektif. Dan Palembang memang butuh space-space gigs.

Kembali album,bagaimana bakal jadinyaini? Apa yang coba kalian tuliskan pada setiap lirik album ini nanti?
Naufal: EP dalam proses mixing sekarang, semoga bisa dengan cepat terselesaikan dalam format kaset, semoga akhir oktoberlah diusahain rilis
Billy: Kalo masalah musiksih, musiknya ini nanti bisa dibilang sebuah rangkuman dari banyak genre, ada metal, sludge, dark hardcore, hardcore/punk, doom metal.
Naufal: Dan bahasannya sendiri juga bahasan bahasan standar apa yang kami rasakan, kayak "Skizofrenia", ini tentang kerisau-kerisauan beberapa personal yang bikin ricuh di gigs, ada lagi "Nervous Breakdown" ngebahas orang yang merasa teralalu berkutat dengan pikirannya sendiri tanpa mikiran orang lain dan yang orang lain pikir. Hampir kesemuanya ditulis dengan berbagai perumpaan perumpaan seperti itu

Sebelum rilis bakal ada ritual-ritual rilis single atau sejenisnya?
Naufal: Gakadasih, palingan ntar pas barengan rilis EP sekalian bagiaan free streaming salah satu single kita

Oke terima kasih Black//Hawk, ada yang pengin disampein nutup interview?
Naufal: Jangan takutlah, jangan takutlah buat muncul dan ngebakar batas itu tadi
Billy, Imam, Aldo : TetapMelawan! Hahahaha



Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar