Rabu, 02 April 2014

#youshouldknow | Dirty Edge: Kembalinya Sang Pioneer Hardcore

Dirty Edge. Photo by Tomi Tresnady
Dirty Edge kembali hadir dengan karakter musik yang berciri khas hardcore. Dirty Edge yang muncul sebagai pelopor Hardcore di Jakarta pada era tahun 1995’an kembali pada album kedua ini, meletakkan pondasi hardcore yang kaya dengan riff gitar melodic dan bernada minor, diselingi oleh solo gitar penuh dengan imajinasi.

Al Syawal, selaku gitaris Dirty Edge mengaku karakter musik Dirty Edge sangat berbeda dengan mini album dan full length album sebelum. Vokal khas dari Coki Manurung pun tetap bersahaja dengan low growl yang lebih jelas dan diperkuat dengan lirik-lirik berbahasa Indonesia.

Setelah mengalami masa vakum lebih dari 10 tahun 2001-2009, para personil Dirty Edge mengaku bahwa mereka tidak bubar. Namun para personil memperkuat jati diri dengan masing-masing aktivitasnya. Coki Manurung, setelah album pertama dan manggung terakhir ditahun 2001 mulai kembali menekuni kegiatannya sebagai aktivis pergerakan buruh, sedangkan Rodrigo Pasaribu kembali memperdalam dunia jurnalistik dengan menjadi redaktur disalah satu acara televisi, Rowland (gitaris Dirty Edge saat itu) menekuni bidangnya di akademisi, sedangkan Fe al Izlami, kembali aktif di dunia aktivis hingga berhasil menjadi Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Jakarta Selatan periode 2007-2010 setelah menjabat beberapa posisi penting di Organisasi Kemahasiswaan.

Sebelum ada kejadian yang menyebabkan Rodrigo terbaring lemah di RS, para personil Dirty Edge memang sudah punya niatan untuk kembali aktif di dunia musik Indonesia. Namun musibah tak dapat dihindari, Rodrigo terserang penyakit yang menyebabkan dirinya dirawat di RS hingga membutuhkan masa pulih yang cukup lama. Namun berkat dukungan dari rekan-rekan komunitas serta Sam Alatas & Ari Yuwandry, Rodrigo dapat kembali pulih dan bisa beraktivitas lagi, ditandai dengan kehadiran Dirty Edge secara khusus kembali ke kancah musik Indonesia. Pada tahun 2009, Dirty Edge mengadakan konser dalam rangka “comeback”nya mereka, bersama-sama dengan BlackHole sebagai penyelenggara konser tersebut.

Setelah itu, Dirty Edge dengan formasi Al Syawal (gitar), Rodrigo (bass), Fe al Izlami (drum) dan Coki (vokal) kembali tampil di kancah musik Indonesia dengan tetap mengusung genre hardcore. Setelah mengumpulkan materi lagu, akhirnya dengan proses yang panjang, di awal tahun 2014 ini, Dirty Edge selesai merampung materi untuk full album keduanya yang bertajuk “Reuniting The Families" dirilis oleh Movement Records, sementara itu single “Ibukota Kami Punya” sudah sering diputar di radio-radio indie.

“kami bebas mengekspresikan jati diri kami melalui lirik-lirik sosial yang kami sebarkan, bukan bermaksud subjektif, namun kami bercerita apa adanya” ungkap Coki Manurung terkait dengan lirik-lirik lagu yang diusung Dirty Edge.

“Demonstran Lantai Dansa, Hei Hei Jakarta, Ibukota Kami Punya, Kontrak, Licentia Poetica, Mengkritik Kami Punya Bisnis, Revolusi Nasi, Semua Menuju Satu, Semua Tentang Keserakahan, dan Sisipus Sampai Mampus” ditambah satu lagu instrument diharapkan mampu memanjakan para maniak musik.

“Buat kami, Dirty Edge adalah Kelompok belajar yang mengarahkan kepada pembentukkan watak dan karakter untuk lebih aktif dalam berkarya dan mendalami proses pencerahan diri bagi kemajuan pribadi, bangsa dan Negara” itulah yang diungkap Fe, drummer Dirty Edge yang juga sedang menyelesaikan thesisnya pada pendidikan pascasarjana-nya di salah satu universitas negeri.

Discography:
DirtyEdge – DirtyEdge (mini album - self 1999)
Enter The Zone (full length album - Dirty Records 2000)
Reuniting The Families (Full length album – Movement Records 2014)

Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar