Ketika itu saya cukup merasa kesal, karena telat mengetahui mereka. Namun selang beberapa tahun kemudian, tepatnya Agustus 2014, SUB/SIDE merilis ulang mini album mereka melalui ayorek.org. Yang kemudian menjadi pertanda bahwa Silampukau akan bangkit kembali. Benar saja, selang setahun kemudian, mereka hadir dengan album penuh bertajuk Dosa, Kota, dan Kenangan.
Pada album penuhnya tersebut mereka tampil dengan musik yang lebih ramai, tidak hanya mengandalkan gitar kopong semata, namun tidak menjauhkan mereka dari kesan sederhana. Yang tak kalah penting adalah mereka masih mempertahankan gaya penulisan lirik yang bersahaja: pemilihan kata yang tak sukar dipahami dan tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia khususnya Surabaya.
Saya menahan senyum malu ketika mendengar trek "Lagu Rantau", sebab memiliki kesamaan emosional dengan muatan liriknya. Lalu "Doa 1", sebuah tembang yang bercerita tentang tanggung jawab seorang anak kepada ibu nya juga pada dirinya sendiri, dikemas dalam cerita yang jenaka. Simaklah Silampukau dalam menceritakan lokasi prostitusi termasyhur Dolly pada trek "Si Pelanggan", yang saya taksir sebagai bentuk dukungan moral pasca penutupan lokalisasi tersebut. Kemudian ada "Bola Raya" yang berkisah tentang permainan sepak bola juga menyinggung soal pembangunan, sebuah lagu kritik yang halus pun mengena. Ada juga trek "Sang Juragan" yang tak kalah jenaka-nya, menceritakan kehidupan seorang penjual minuman keras. Total ada sepuluh lagu yang mereka sajikan pada album penuh ini.
Mendengarkan Silampukau saya merasa mendengarkan musik folk yang dulu pernah saya dapatkan dari Iwan Fals. Silampukau tampil manis namun tidak lemah, dalam arti mereka tidak gandrung mabuk dengan tema asmara yang bahkan dibanjiri kata-kata puitis nan sukar dipahami.
Mengutip perkataan Arlo Guthrie bahwa "Folk music is music that everyday people can play, and it inspired a lot of people to make their own music." Lalu saya pikir, sudah saatnya para pemuda mengulik lagu-lagu Silampukau untuk dinyanyikan sebagai teman nongkrong disela-sela padatnya pemukiman dan sudut gang. Setidaknya pemuda tongkrongan hari ini, punya pilihan lagu selain tembang hits Iwan Fals dan Slank. (AL)
Artikel Lain:
reviews
- #review | Fatrace "Don't Tell Your Mom, I'm Fat", Tape Cassette (Radrace Records, 2016)
- #review | Lefty Fish "You, Fish!", CD (Hitam Kelam Records, 2015)
- #review | Heaven In "Norns", Tape Cassette (Kick It Records, 2015)
- #review | Efek Rumah Kaca "Sinestesia", CD (Self Released, 2015)
- #review | Righting Wrong "Muda Berbahaya", CD (Samstrong records, 2014)
- #review | Vague "Footsteps", Tape Cassette/CD (Ruang Kecil & Sonic Funeral, 2014)
- #review | ALE "Pura-Hura", Tape Cassette (Rise & Grind Records, 2014)
- #review | VA. Wind From the Foreign Land (an Indonesia Celtic Punk), CD (WLRV Records, 2014)
- #review | SickXRead - Demo (2014)
- #review | We The People "Big Rush!", Tape Cassette (Various Labels, 2014)
- #review | Warthole - Codes And Key (2014)
- #review | Skate Fast - Demo (2014)
- #review | The Shantoso "Frontline Report", CD (Samstrong Records-Here to Stay, 2014)
- #review | Mari tertidur Dalam Kemegahan HAMVVN
- #review | Rooster Fight "No Lies Between Us", CD (Samstrong Records, 2013)
- Lock Off "Fuck The System", Tape Cassette (Doombringer Records, 2014)
- Hell On Fire "Self-Titled EP", Tape Cassette (Various Label, 2014)
- Haramarah "Hardcore Dadakan", Tape Cassette (Alternaive Production, 2014)
- Fighter Straight "In My Soul" (Self Released, 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar