Mereka sepakat merilis album split bertajuk Boundless. Jika Morally Straight mencoba "mengencingi" persepsi pertemanan yang berdasarkan empiris si penulis lirik yang disampaikan melalui track "Fuck Friendship. Respect is Bullshit". Underline mencoba meredefinisi makna pertemanan itu sendiri melalu track "Friendship Ideology".
Apakah kita hanya akan mendapatkan kritik mereka soal pertemanan ? tentu tidak. Lebih dari itu. Namun, kamu tidak akan mendapatkan tema yang biasa kamu dengar pada band hardcore sejenis (kamu tau apa yang saya maksud, kan ?). Morally Straight dan Underline lebih bervariasi dalam pemilihan tema. Seperti halnya MS yang membahas mengenai hak hidup terhadap orang berorientasi seksual berbeda, ketidak percayaan mereka terhadap titah-gombal a la Mario Teguh, membahas mengenai sebab dari menjadi Polisi, dan kemudian ada satu lirik yang..hmm..saya sarankan kamu jangan sakit hati membacanya dan saya harap kita semua bukan bagian dari lirik "Doger Hardcore" ini.
Sedangkan Underline, saya pikir lirik mereka cukup cerdas. Melalui track "Per Memoriam Ad Spem" saya mendapatkan suatu informasi baru soal Timor Leste. Selebihnya adalah tema hidup mengenai motivasi atau sebuah alarm untuk tidak terseret dalam arus kehidupan dominan.
Sejujurnya saya lebih senang mengupas lirik mereka karna jarang saya mendapati band hardcore dengan tema demikian. Mengenai musik, kamu bisa dapatkan tipikal musik seperti ini di belahan kota mana saja. Bukan berarti harus dilewati begitu saja, lirik+musik nya benar-benar mampu membuat kamu menjadi murka terhadap kondisi dunia yang seperti ini. Btw, memang dunia sedang kenapa ? Buka mata, mari cari jawabannya bersama. (AL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar