Di tengah hiruk pikuk distorsi hardcore punk yang memang sudah menancap di tanah kota Depok sejak belasan tahun lalu dan semakin kuat dalam beberapa tahun belakangan ini. Hadir Elegi, yang menawarkan sesuatu yang hangat dan teduh dengan lantunan gitar akustik dan lirik kontemplatif seraya kembali menyulut semangat folk ke tengah kota Belimbing. Juga, membuat geliat musik independen Depok kian variatif.
Sayangnya Elegi belum memiliki album. Namun kalian bisa menikmati karya-karyanya yang diunggah via soundcloud. (AL)
Senin, 14 Maret 2016
Sabtu, 05 Maret 2016
Free Streaming: The Kuda - Hantu Laut (Official Music Video)
Pada 27 Februari kemarin, The Kuda baru saja melangsungkan hajatan kedua untuk debut album Satu Aku Sejuta Kalian yang berlangsung di Bogor. Acara tersebut adalah perayaan kedua mereka, setelah sebelumnya terselenggara di Jakarta.
Saat ini mereka telah merilis video music untuk lagu "Hantu Laut" yang menjadi bagian dalam debut album yang dirilis oleh Majemuk Records itu pada 2015 kemarin. Lagu ini adalah hasil kolaborasi mereka dengan Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca yang menyumbangkan ide gilanya untuk menulis lirik.
Video ini sendiri adalah hasil dari beberapa kepala yang tergabung dan diedit oleh vokalis Adipati sendiri. (Roy)
Saat ini mereka telah merilis video music untuk lagu "Hantu Laut" yang menjadi bagian dalam debut album yang dirilis oleh Majemuk Records itu pada 2015 kemarin. Lagu ini adalah hasil kolaborasi mereka dengan Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca yang menyumbangkan ide gilanya untuk menulis lirik.
Video ini sendiri adalah hasil dari beberapa kepala yang tergabung dan diedit oleh vokalis Adipati sendiri. (Roy)
United Hardcore Vol.4: Pesta Rilis Album Split Total Jerks dan taRRkam
Dua band yang sedang onfire di scene hardcore/punk lokal, yang datang dari dua kota berbeda, Total Jerks dari Depok dan taRRkam dari Jakarta. Melakukan sebuah kerjasama dalam proyek album split yang dirilis oleh Necros Records dalam format pita kaset. Setelah beberapa waktu lalu mereka berhasil merayakan rilisnya album split tersebut di Jakarta, kini atas inisiasi sang label, mereka akan melakukannya kembali di Depok.
Keduanya akan bermain dalam serial gigs United Hardcore yang memang sudah menjadi rutinitas dari Necros Records sendiri. Beberapa band pendukung seperti Cumload, CBA, Brainwashed, Rotting Rex, dan BURIED, turut serta meramaikan acara yang akan diselenggarakan pada Rabu mendatang (9/3). Acara ini bertempat di Room Terror yang berada di bilangan Depok II. Untuk kalian yang hadir bisa menghubungi band yang main atau bisa kontak Lemarikota untuk mendapatkan lokasi secara utuh. Dan juga karena acara ini gratis dan tidak menggunakan sponsorship, diharapkan kalian menyisikan sedikit uang untuk donasi demi keberlangsungan pihak penyelenggra dalam mengadakan gigs selanjutnya. (AL)
Keduanya akan bermain dalam serial gigs United Hardcore yang memang sudah menjadi rutinitas dari Necros Records sendiri. Beberapa band pendukung seperti Cumload, CBA, Brainwashed, Rotting Rex, dan BURIED, turut serta meramaikan acara yang akan diselenggarakan pada Rabu mendatang (9/3). Acara ini bertempat di Room Terror yang berada di bilangan Depok II. Untuk kalian yang hadir bisa menghubungi band yang main atau bisa kontak Lemarikota untuk mendapatkan lokasi secara utuh. Dan juga karena acara ini gratis dan tidak menggunakan sponsorship, diharapkan kalian menyisikan sedikit uang untuk donasi demi keberlangsungan pihak penyelenggra dalam mengadakan gigs selanjutnya. (AL)
Kamis, 03 Maret 2016
The Cloves and The Tobacco: Kretek, Celtic Punk, dan Persahabatan
Piztt (fiddler) terkagum ketika pertama kali melihat video yang kawannya berikan. Rasa penasaran dan antusiasme yang tinggi terhadap apa yang baru didengar dan lihat menyertainya. Sayangnya Piztt tidak tau band apa gerangan karena tiadanya keterangan nama pada video tersebut. Akhirnya ia pun mencari informasi guna memenuhi hasrat keingintahuannya tersebut. "Baik melalui obrolan dengan kawan-kawan di skena lain ataupun via internet, yang saat itu kecepatannya belum seperti sekarang," tuturnya. Piztt pun menemukan jawabannya, ternyata band yang ia saksikan bernama Flogging Molly -sebuah band Celtic Punk asal Amerika Serikat.
Setelah semakin candu dengan dua album: Swagger dan Drunken Lullabies, milik idolanya itu. Piztt akhirnya tertarik untuk memulai membentuk band dengan genre serupa. Ia pun mengajak beberapa teman nongkrongnya di Jl. Cornelist Simandjuntak, untuk mulai mendirikan band. "Selain karena rasa ketertarikan, juga bertujuan untuk semakin mempererat rasa persahabatan dalam skena kami. Mengingat juga beberapa person di skena tersebut tidak mempunyai atau tidak sedang tergabung dalam sebuah band manapun," ujarnya.
Dengan alat yang sederhana, seperti Gitar Akustik pinjaman, Pianika, Recorder -seruling yang biasa dipakai dalam pelajaran seni musik di SD danSMP, Harmonika, dan tentunya dengan tambahan drum, bass, gitar elekrik milik rental studio, Piztt mulai berlatih bersama beberapa teman yang berhasil dikumpulkannya. Sebuah cikal bakal yang pada akhirnya menelurkan band celtic punk asal Yogyakatya, The Cloves and The Tobacco. Yang kini sudah memiliki dua album dan sempat mengisi soundtrack untuk film garapan sineas asal Amerika Serikat. (AL)
Setelah semakin candu dengan dua album: Swagger dan Drunken Lullabies, milik idolanya itu. Piztt akhirnya tertarik untuk memulai membentuk band dengan genre serupa. Ia pun mengajak beberapa teman nongkrongnya di Jl. Cornelist Simandjuntak, untuk mulai mendirikan band. "Selain karena rasa ketertarikan, juga bertujuan untuk semakin mempererat rasa persahabatan dalam skena kami. Mengingat juga beberapa person di skena tersebut tidak mempunyai atau tidak sedang tergabung dalam sebuah band manapun," ujarnya.
Dengan alat yang sederhana, seperti Gitar Akustik pinjaman, Pianika, Recorder -seruling yang biasa dipakai dalam pelajaran seni musik di SD danSMP, Harmonika, dan tentunya dengan tambahan drum, bass, gitar elekrik milik rental studio, Piztt mulai berlatih bersama beberapa teman yang berhasil dikumpulkannya. Sebuah cikal bakal yang pada akhirnya menelurkan band celtic punk asal Yogyakatya, The Cloves and The Tobacco. Yang kini sudah memiliki dua album dan sempat mengisi soundtrack untuk film garapan sineas asal Amerika Serikat. (AL)
Sounds of Bitch Vol.03 by Robby of Bored/Rat Pack
Kemarin malam saat sedang bermalasan, masuklah sebuah pesan, ternyata dari kawan lama Lemarikota. Tak disangka sebuah tawaran membagi playlist musik favorit untuk konten mereka yang segar, dibalik hilangnya budaya tukeran mixtape. Sounds of Bitch, sangat lacur.
Sebenernya saya bukanlah seorang yang suka membagi playlist musiknya, terlebih pada orang yang tak dikenal. Akan tetapi tersadar bahwa suatu kebutuhan pula untuk membagi apa yang disuka kepada orang lain. Apalagi musik itu bagian dari hidup yang mencuri kebutuhan, kebiasaan, dan waktumu yang panjang. Ugh, tidak cukup rasanya membagi musik favorit hanya ke dalam 10 paylist. (Robby)
Sebenernya saya bukanlah seorang yang suka membagi playlist musiknya, terlebih pada orang yang tak dikenal. Akan tetapi tersadar bahwa suatu kebutuhan pula untuk membagi apa yang disuka kepada orang lain. Apalagi musik itu bagian dari hidup yang mencuri kebutuhan, kebiasaan, dan waktumu yang panjang. Ugh, tidak cukup rasanya membagi musik favorit hanya ke dalam 10 paylist. (Robby)
Rabu, 02 Maret 2016
Persahabatan Endah N Rhesa dan Dialog Dini Hari Melebur Dalam Bentuk DDHEAR
Ada hal yang menarik datang dari dua grup folk Endah N Rhesa dan Dialog Dini Hari, mereka sepakat berkolaborasi dengan nama DDHEAR. Hal tersebut berawal dari penampilan keduanya di Sanur Village Festival 2015, yang kemudian berlanjut dengan membuat lagu bersama di Bali. Pun hal tersebut dinilai sebagai bentuk mengikrarkan persahabatan yang terjalin diantara mereka, sehingga perlu didokumentasikan.
Akar musik folk yang sama namun dengan sentuhan masing-masing yang berbeda, yang menjadikan ragam musik DDHEAR menjadi sesuatu yang menarik. Sejauh ini mereka mengatakan, telah memiliki empat buah lagu yang akan dikemas dalam bentuk mini album dan akan dirilis menjelang penampilan keduanya di Java Jazz Festival 2016 yang berlangsung pada 4-6 Maret mendatang.
"Musik menembus batas perbedaan, jarak, dan waktu. DDHEAR adalah sebuah kolaborasi yang berjalan atas dasar kebahagiaan dan kenyamanan hingga rasa damai dan kesejahteraan tercipta bersama," tandas mereka. (AL)
**Foto oleh Reiproject Management
Akar musik folk yang sama namun dengan sentuhan masing-masing yang berbeda, yang menjadikan ragam musik DDHEAR menjadi sesuatu yang menarik. Sejauh ini mereka mengatakan, telah memiliki empat buah lagu yang akan dikemas dalam bentuk mini album dan akan dirilis menjelang penampilan keduanya di Java Jazz Festival 2016 yang berlangsung pada 4-6 Maret mendatang.
"Musik menembus batas perbedaan, jarak, dan waktu. DDHEAR adalah sebuah kolaborasi yang berjalan atas dasar kebahagiaan dan kenyamanan hingga rasa damai dan kesejahteraan tercipta bersama," tandas mereka. (AL)
**Foto oleh Reiproject Management
Mocca: "Bagaimana Jadinya Vokalis Burgerkill Bernyanyi Clean ?"
Kuartet musik asal Bandung, Mocca, akan merilis single terbaru berjudul "When We Were Young" dalam pagelaran Java Festival 2016 pada Sabtu (5/3) mendatang. Tidak seperti biasanya, kali ini mereka menyajikan sesuatu yang berbeda dalam single tersebut. Sebuah kolaborasi dengan Viki Mono -vokalis band metal asal kota yang sama, Burgerkill.
Berangkat dari keinginan untuk berkolaborasi dengan orang-orang yang beradan di luar lingkarang Mocca secara musikalitas, pilihan akhirnya jatuh pada Viki. Selain itu gitaris Riko Prayitno mengungkapkan rasa penasarannya terhadap Viki yang memiliki background musik berbeda dengan bandnya tersebut. “Sebenarnya kita penasaran sama suara vokalis band metal, kalau nyanyi clean seperti apa ? Nah, ternyata dijawab dengan baik oleh Viki. Sekaligus mengeksplor juga Viki yang frontman Burgerkill kalau di bawah bendera Mocca akan jadi seperti apa."
Viki sendiri merasa senang dapat menjadi bagian dalam sejarah perjalanan musik Mocca. Ia pun merasa tertantang untuk mengolah range vokal yang tepat dan menyelami swing feeling dalam lantunan musik yang berbeda dari yang biasa ia mainkan. “Menyanyikan genre musik yang teman-teman Mocca mainkan itu seperti sederhana tetapi sulit untuk menyelaminya karena banyak sekali teknik-teknik baru yang gue tidak tahu tapi itu sangat menarik sekali, ini juga alasan utama mengapa gue mau diajak kerjasama teman-teman Mocca karena gue yakin banyak hal-hal baru yang bakal didapat,” ujarnya.
Tambahnya, kolaborasi ini dianggap sebagai salah satu bukti bahwa musik itu luas. Ia tidak merasa bermasalah untuk berkolaborasi dengan band bergenre lain dengan bandnnya, sebab menurutnya, selama masih dalam garis movement yang serumpun dan visi misi
bermusik yang sama, kolaborasi bukan pilihan yang keliru. "Musik bagi gue merupakan dunia yang lapang tanpa harus terkotak-kotak oleh pembagian genre,” pungkasnya. (AL)
**Foto oleh Mocca Official
Berangkat dari keinginan untuk berkolaborasi dengan orang-orang yang beradan di luar lingkarang Mocca secara musikalitas, pilihan akhirnya jatuh pada Viki. Selain itu gitaris Riko Prayitno mengungkapkan rasa penasarannya terhadap Viki yang memiliki background musik berbeda dengan bandnya tersebut. “Sebenarnya kita penasaran sama suara vokalis band metal, kalau nyanyi clean seperti apa ? Nah, ternyata dijawab dengan baik oleh Viki. Sekaligus mengeksplor juga Viki yang frontman Burgerkill kalau di bawah bendera Mocca akan jadi seperti apa."
Viki sendiri merasa senang dapat menjadi bagian dalam sejarah perjalanan musik Mocca. Ia pun merasa tertantang untuk mengolah range vokal yang tepat dan menyelami swing feeling dalam lantunan musik yang berbeda dari yang biasa ia mainkan. “Menyanyikan genre musik yang teman-teman Mocca mainkan itu seperti sederhana tetapi sulit untuk menyelaminya karena banyak sekali teknik-teknik baru yang gue tidak tahu tapi itu sangat menarik sekali, ini juga alasan utama mengapa gue mau diajak kerjasama teman-teman Mocca karena gue yakin banyak hal-hal baru yang bakal didapat,” ujarnya.
Tambahnya, kolaborasi ini dianggap sebagai salah satu bukti bahwa musik itu luas. Ia tidak merasa bermasalah untuk berkolaborasi dengan band bergenre lain dengan bandnnya, sebab menurutnya, selama masih dalam garis movement yang serumpun dan visi misi
bermusik yang sama, kolaborasi bukan pilihan yang keliru. "Musik bagi gue merupakan dunia yang lapang tanpa harus terkotak-kotak oleh pembagian genre,” pungkasnya. (AL)
**Foto oleh Mocca Official
Free Streaming: Primata - Pada (New Single)
Free Streaming kali ini datang dari trio instrumental-rock asal Jakarta, Primata, dengan single terbaru bertajuk "Pada". Pada single kali ini mereka berformasi trio dengan personil lama Rama Wirawan (gitar) dan ditambah dua personil baru yakni Adhitomo Kusumo (bass) yang tercatat juga bergabung di Raksasa serta Sofyan Refliyandi (drum) yang juga bermain untuk Kelab Baca Trio Angkasa.
Sebelumnya band ini berformat kuartet dan sempat merilis single "Kupu-Kupu" pada 2014 silam, yang bisa kalian dengarkan juga dia akun soundcloud mereka. (Roy)
Sebelumnya band ini berformat kuartet dan sempat merilis single "Kupu-Kupu" pada 2014 silam, yang bisa kalian dengarkan juga dia akun soundcloud mereka. (Roy)
Langganan:
Postingan (Atom)