Selasa, 05 Maret 2013

Dendang Fucklentine: DIY Gig Yang Masih Eksis Dan Konsisten Setiap Tahun

Tahun ini adalah tahun ke tujuh bagi gig Dendang Fucklentine. Bertempat disebuah rumah makan steak di bilangan Pamulang, Tanggerang Selatan. Kurang lebih 23 band dari latar belakang genre berbeda: hardcore, punk, grindcore, thrashcore, pop punk, dan lain lain, meramaikan malam itu(23/2). Silih berganti mencoba menghangatkan suasana yang pada saat itu di guyur hujan rintik-rintik.

Sempat di landa kepanikan diantara pihak penyelenggara, band, dan juga penonton yang datang malam itu oleh ancaman pembubaran oleh warga sekitar dan juga hilir mudik nya Polisi di karena kan acara yang sudah melebih batas waktu yang telah di sepakati antar pengelola tempat dengan pihak penyelenggara. "Batas waktu jam 12. Tapi karna ngaret jadi sampe jam segini(waktu itu kurang lebih pukul 23.30.Ed). Harusnya mulai dari setengah lima tapi jadi mulai setengah delapan. Dengan 23 band, sebenernya udah di komplain sama warga. Cuman dari pihak pengelola katanya tanggung deh!," tutur Sujud selaku penyelenggara gig.

Sujud menambahkan, datangnya Polisi disebabkan oleh kerusuhan pada acara musik di minggu sebelumnya. Yang berakhir dengan dibubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian setempat. Dan hal tersebutlah yang sempat menghambat-nya dalam memperoleh izin untuk acara.

Meski sempat dibuat panik oleh warga dan pihak kepolisian. Tidak serta mengurangi keintiman malam itu. Semua yang hadir larut dalam buaian musik cadas dari beberapa penampil seperti Sonata, Obsesif Kompulsif, Proletar, Floco, WxFxN, Jigsaw, dan beberapa band lainnya. Alhasil, acara berakhir dengan lancar.

Dendang Fucklentine adalah DIY Gig tahunan yang di selenggarakan pada bulan Februari disetiap tahunnya. Berangkat dari kebosanan rutinitas kerja yang melanda Sujud bersama seorang sahabat lainnya sehingga menghasilkan Dendang Fucklentine #1 pada 2007. "Dari 2007. Awal 2007. Gua berdua temen gawe(kerja.Ed) iseng-iseng bikin acara. Terjadilah dendang. Pertama itu street gigs, kaya gubuk derita gitu ada tempat cuci steam di pinggir jalan deket rumah gua didaerah Bintaro," ungkap Sujud menceritakan asal muasal Dendang Fucklentine.

"Waktu itu mau bikin nya bulan Februari. Terus bertempatan dengan valentine," lanjutnya, menjelaskan alasan dibalik pemilihan nama Dendang Fucklentine.

Dalam kerja di lapangan, Sujud tidak hanya berdua. Ia dibantu oleh keempat teman nya yang lain. Bahkan terkadang dibantu oleh teman-teman yang lain juga dalam setiap episode dari Dendang Fucklentine ini. Namun seiringnya waktu, hanya menyisakan ia seorang. Kesibukan sebagai pekerja lah yang membuat beberapa orang lainnya tidak sempat membagi waktunya untuk mengorganisir gig.

   

Dan ini adalah tahun ke tujuh, Sujud dalam menjalankan Dendang Fucklentine. Suka duka ia sudah rasakan, mulai dari mudahnya mendapatkan perizinan tempat sampai harus berurusan dengan pihak polisi karena sulitnya mendapatkan izin. "Suka dukanya kaya gini polisi dateng warga dateng. Pernah di cut juga waktu pertama itu. Di cut gara-gara magrib main juga. Berhenti main sebentar. Yang paling dukanya izinnya itu. Sukanya, karna ga ada kendala juga," ungkap pria yang juga sering mengadakan acara Skateboard ini.

Dalam perjalanannya, Dendang Fucklentine tidak selamanya mulus. Sempat terancam untuk absen pada tahun ke lima, dikarenakan Sujud yang mengalami kecelakaan sehingga ia harus berisitirahat demi kesembuhannya. Namun berkat dua orang teman yang sudi mengambil ahli pengorganisiran gig, akhirnya Dendang Fucklentine #5 bisa terwujud dan batal absen ditahun itu.

Tidak mudah untuk bisa mempertahankan sebuah DIY gig untuk tetap eksis selama bertahun-tahun. Terlebih lagi dalam setiap pengorganisirannya tak jarang menemui kerugian materi, entah karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Belum berbagai kendala yang harus dihadapi pra/pasca-acara. Meski memang bukan materi sebagai prioritas tujuan dalam mengorganisir DIY gig. Diperlukan konsistensi tinggi serta kegigihan lebih untuk mempertahankan semua itu. Seperti apa yang Sujud katakan, "Konsisten aja sih. Udah gitu yah fokus. Tahun ini bikin. Jadiin, jalanin. Nimbulin kepercayaan juga ke yang lain. Apapun kendalanya jalanin terus," ucapnya.

Meski bisa terbilang cukup sukses dalam setiap pengorganisiran Dendang Fucklentine di setiap tahunnya. Sujud masih belum punya pikiran untuk membawa gig yang ia organisir tersebut berubah wujud menjadi acara yang lebih meriah dan besar dari sebelumnya. "Terlalu susah sih sebenarnya. Yang penting jalan aja dan tetap ditunggu. Walaupun acaranya kecil. Kalau terlalu besar cape juga. Udah gitu yang kerja cuma 3-4 orang. Mau bikin gede ? cape juga. Boncos gua," tandas pria bertubuh subur ini, tidak muluk.

Semoga ditahun-tahun berikutnya Dendang Fucklentine masih tetap berjalan dengan kesederhanaannya yang justru terlihat elegan: tanpa barikade, free show(meski kadang ticketing itu perlu, namun sewajarnya.Ed), dan begitu intim. Skena lokal masih membutuhkan gig-gig seperti ini. (AL)

Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar