Kamis, 14 November 2013

Cerita Tabling Food Not Bombs Chapter Ponorogo

Photo by Rifky doc.
Aktivisme non-music seperti Food Not Bombs (FNB)  ini memang cukup familiar di kalangan penggiat skena hardcore/punk tanah air. Gerakan seperti ini sudah masuk ranah lokal sejak awal 2000-an dan dilakukan hampir dibeberapa kota secara terpisah dan tak tersentralisasi. Siapa saja berhak mengorganisir kampanye FNBnya sendiri. Tidak perlu komando. Tidak perlu persetujuan siapa-siapa.

Seorang teman dari Ponorogo, Rifky namanya, bersama teman-temannya menggelar tabling FNB. Tabling tersebut sudah berjalan sebanyak empat kali. Dan terakhir mereka melakukannya pada bulan Oktober kemarin. (AL)

Mungkin sedikit sejarah tentang FNB chapter Ponorogo ?
Mengenai sejarah tentang FNB Chapter Ponorogo sendiri saya hanya mengingat bahwa awal mulai terbentuk sekitar pertengahan 2012. Kami memulai tabling pertama di bulan Juni 2012. Tak bisa dipungkiri bahwa budaya ikut-ikutan merupakan awal kami memulai itu semua. Namun kami tidak hanya meniru saja, rasa penasaran membuat kami ingin mengorek lebih jauh tentang apa itu makna dari FNB lebih jauh lagi. Sejauh ini sudah 4 kali tabling yang kita buat dan yang paling anyar 13 Oktober 2013 kemarin kembali kami gelar.

Oh yah bisa ceritakan tentang jalannya tabling Food Not Bombs kemarin ?
Untuk jalannya tabling kemarin (13/10) saya rasa berjalan cukup lancar dan mulus, walau banyak dan beranggapan bahwa ini acara amal seperti yang digelar oleh para tim sukses parpol atau lembaga amal lainnya. Yah banyak memang yang menganggap demikian, namun kami coba menjelaskan kepada mereka yang masih bingung dengan apa itu FNB sembari menyebarkan literatur fotokopian tentang makna dan sejarah tentang FNB secara global.

Menu apa saja yang kalian sajikan ? Bisa ceritakan proses produksi dari menu-menu tersebut ?
Untuk menu tabling terakhir kemarin kami menyajikan menu nasi pecel dengan kering tempe serta lauk tempe goreng dan kerupuk bawang. nyam nyam…. Sederhana namun mengena dan kami tidak mau ribet. Untuk menu sendiri kami pilih lebih sederhana dari tabling yang sebelumnya karena mengingat agenda yang akan kami akan lakukan di tabling kali ini cukup banyak (spt: sablon benefit, pembuatan kolase, stensil, serta bersih-bersih lingkungan).

Untuk proses pembuatan makanan untuk tabling kami mulai dengan sweeping di pasar tradisional dengan mengerahkan beberapa teman yang kami pecah menjadi beberapa kelompok di mana di kelompok itu terdiri dari 2-3 orang. Masing-masing kelompok diberikan daftar buruan sayur yang akan kami gunakan sebagai bahan dasar untuk masak memasak di keesokan harinya. Kami masih menggunakan trik swasembada dimana bahan yang akan digunakan didapat dari donatur yang ada dipasar dan itu pun kalo mereka mau, kalau toh tidak mau kami pun sebisa mungkin menutup kekurangan bahan dengan biaya kolektif dari teman-teman sendiri. Semisal untuk minyak,tempe, kayu bakar, dan gas elpiji untuk memasak kami gunakan biaya patungan. Dan kebetulan kami masih mempunyai dana kas untuk pengadaan tabling ini sendiri. Untuk beras sebagai bahan dasar pembuatan nasi kami biasanya di kondisikan membawa sendiri beras dari rumah. Selanjutnya kami masak semua sebagai pelengkap sayur yang didapat. Tak lupa bahan bumbu dapur pun kami rampok dari rumah sendiri agar citarasa kenikmatan masakan lebih nendang tentunya. Setelah semua bahan memasak siap untuk di olah kami pun memulai prosesnya secara bersama-sama.

Untuk tempat memasak sendiri kami menggunakan rumah salah satu teman yang rela untuk dijadikan dapur umum semalam suntuk, biasanya kami memasak dari tengah malam hingga fajar menjelang karena seperti kebanyakan tabling yang kami gelar dilakukan pada pagi hari sampai siang.

Photo by Rifky doc.
Kalian mengadakan tabling tepat di Taman Kota Ponorogo. Bagaimana proses birokasi di sana ? Apakah menghambat atau justru sebaliknya ?
Tabling kali ini sebenarnya berpindah tempat dari rencana awal yang kami gelar di Taman Kota dipindah di depan gedung Badminton Ponorogo. Tempatnya sendiri tidak jauh kok dari venue awal. Hal ini kami lakukan karena di Taman Kota sendiri secara tiba-tiba direnovasi dan terpaksa kami harus mengalah dan pindah lokasi untuk mencari spot yang paling pas sebagai acara tabling ini. Untuk birokrasi tempat tabling sendiri selama ini tidak mengalami kendala apapun. Kami tidak pernah memakai ijin tempat dan layaknya segerombolan yang ilegal, kami secara spontanitas menggelar dan membereskan semua item perlengkapannya.

Bagaimana respon orang-orang sekitar lokasi kalian menggelar tabling ?
Respon masyarakat sekitar tentu saja masih awam mengingat acara ini belum sepopuler dan dikenal banyak kalangan seperti di kota besar di Indonesia. Memang inilah yang harus kami lakukan untuk mengenalkan dan berbagi dengan semua orang, namun dalam konteks ini berbagi bukan lah hanya memberikan sesuatu tanpa ada maksud tetapi juga sembari belajar dan bersenang-senang.

Gerakan FNB ini berawal dari sikap anti-perang dan nuklir di USA sana. Lantas adakah relevansi nya terhadap gejolak sos-pol lokal ? Apakah ada issue yang menyebabkan tabling kemarin terealisasi ?
Jika menarik garis besar definisi sejarah FNB sendiri tentu ada. Atas dasar kemuakan kami tentang tetek bengek acara amal dan partai politik yang akhir-akhir ini marak dilakukan di berbagai tempat. Kali ini FNB yang kami gelar bisa dibilang merupakan sebuah aliansi dimana pergerakan semacam ini adalah langkah awal dalam melawan birokrasi sosial politik lokal.

Saya pernah mengadakan tabling FNB untuk chapter Depok. Namun dari tabling tersebut tak sedikit yang masih menganggap bahwa FNB ini tak bedanya seperti gerakan amal. Menurut mu apa yang membuat FNB ini berbeda dari gerakan amal (karna jika dilihat secara awam, konteksnya sama yakni berbagi) ?
Memang sekilas gelaran tabling FNB hampir mirip dengan acara amal yang sering digelar oleh para sukarelawan. Saat sweeping di pasar pun ketika kami mencari bahan mentah seringkali pedagang juga mengira bahwa ini pasti acara amal. Memang susah untuk menjelaskan, tetapi point yang bisa digaris bawahi adalah ini bukan seperti acara amal yang mengharapkan pahala setelah memberi. Tetapi ini adalah sebuah agenda yang mengasyikkan dimana tidak ada paksaan ataupun birokrasi dari organisasi politik yang membuat kita merasa terkekang. Tabling FNB sendiri juga biasanya di barengi dengan agenda yang berbeda dengan acara amal (semisal workshop sablon/gigs/lapak gratis dll).

Photo by Rifky doc.
Adakah goal yang kalian harapkan dengan adanya tabling FNB ini ?
Tentu ada, untuk pencapaian akhir bagi kami sekarang mungkin interaksi dengan masyarakat menjadi hal yang sudah cukup berarti. Hal ini sudah menjadi trend positif dan kedepan kami berharap bisa mengajak lebih banyak orang lagi untuk bergabung dalam gelaran tabling karena pada dasarnya semua orang bisa bergabung dan tidak hanya terfokus pada lingkup terbatas.

Menurut mu seberapa perlukah tabling FNB itu sendiri ?
Untuk perlu atau tidaknya diadakan tabling FNB sendiri itu adalah pendapat dari masing-masing saja. Kalo dari teman-teman disini acara tabling ini sangat positif sebagai kegiatan yang harus dilakukan walaupun tidak harus rutin. Ini adalah suatu wacana atau tempat dimana kami bisa saling berinteraksi langsung dengan masyarakat luas dan pembelajaran ini bisa membuat kami lebih akrab dengan teman satu dan lainnya. Untuk kedepannya tabling FNB di Ponorogo sendiri akan kami gelar ketika saat itu adalah benar-benar waktu yang tepat untuk kami.

Untuk ke depannya. Apakah tabling ini akan di buat berkala ?
Tentu saja tidak berkala karena ini bukan awal tujuan kami menggelar tabling, bisa saja kami menggelar tabling ini besok atau hari ini. Jadi intinya selama kami bisa meluangkan waktu untuk menggelar tabling maka bisa saja kami gelar kapan saja. Kami hanya perantara saja yang dimana semua bisa bergabung dan membuat tabling ini sendiri.

Terakhir, ceritakan sedikit tentang Ponorogo (khususnya skena punk/hardcore nya).
Kota Ponorogo sendiri merupakan kota yang dimana semua masih diselimuti keterbatasan. Terletak di daerah pelosok di sekitar jawa timur, kecil memang tapi semangat yang ada tetaplah menggelora dan ini tak kan padam hingga entah kapan. hahah (ga jelas)... Skena hardcore/punk disini cukup nelongso. Perkembangan disini sebenarnya tiap waktu mengalami peningkatan namun peningkatan disini masih dalam step yang minim. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya minat dari regenerasi yang ada. Entahlah susah untuk dijelaskan skena di kota saya. hahaha...

Photo by Rifky doc.
Untuk sekarang memang banyak sekali bermunculan band baru, namun band baru itu hanya diisi oleh beberapa orang yang sudah mempunyai band tetap dan bisa dibilang itu itu saja. Walau cuma diisi oleh sedikit orang dan segelintir saja yang bertahan namun jangan pernah anggap remeh kota ini. Kami masih aktif sampai sejauh ini dan saya rasa perubahan dari waktu yang lalu menyongsong kesini sudah terlihat lebih baik. Ini terbukti dengan banyaknya tour band dari interlokal maupun lokal yang sudi mampir kesini (mungkin CBA ada rencana mau mampir ke desa kami, boleh kok).

Ada juga pergerakan lain dari yang dulunya cuma nongkrong, bengong, mabuk, dan lainnya kini mau untuk mempelajari dan bertanya tentang ini itu dan pastinya perubahan ini sangatlah baik walaupun pelan namun pasti. So far so good lah. Kalo kamu maen ke Jawa Timur, kamu kudu mampir kesini nih.

Last words Rifky!
Tetap sehat. Tetap bugar dengan makanan sehat, tapi ingat makanan sehat ga selalu mahal lo yaahh. Jangan lupa ngopi dan nikmatilah hidupmu.

Artikel Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar