Sabtu, 26 April 2014
New Tshirt From Lemarikota Webzine
Yeah, ini adalah official t-shirt terbaru kami. Dicetak tanpa batasan, karna hasil penjualan kaos ini akan kami pergunakan untuk kepentingan redaksi seperti kebutuhan review, gigs report, dan lain-lain.
Bagi kalian yang berminat, langsung saja hubungi nomer yang tertera pada gambar.
Fighter Straight "In My Soul" (Self Released, 2014)
Depok mungkin menjadi satu dari sekian banyaknya kota yang sedang mewabahnya hardcore-punk. Pertumbuhan yang begitu pesat ini, banyak melahirkan band-band baru. Dan itu seru. Namun sayangnya, tak sedikit band yang lebih mementingkan untuk mengadakan event anniversary meski bandnya baru menjejaki angka 2 bahkan 3. Makanya setiap kali ada band yang baru bermunculan dan kemudian memberanikan diri merilis demo ataupun mini album sendiri, hal tersebut adalah sesuatu yang layak respon.
Seperti halnya apa yang anak-anak muda asal Parung Bingung-Depok satu ini, Fighter Straight namanya. Setelah beberapa bulan saya diberikan sebuah demo dan sekarang mereka memberikan sebuah mini album. Berisi empat buah lagu: "In My Soul", Old Man is Making The Border Line (CBA cover)", "This is Your City", dan "Try Feel What We Feel", di mana mereka mencoba menggabungkan musik hardcore dengan meminjam sedikit part milik musik oi/punk.
Dengarkan saja track pembuka "In My Soul" yang begitu sing along-able sekali. Dengan tempo yang santai, tentu kita tau bagaimana memanjakan diri ketika mendengarkan track ini di moshpit: POINTING FINGER RULE!!! Atau track penutup "Try Feel What We Feel", di buka dengan solo drum yang menimbulkan beat-beat dansa yang aduhai. Atau tengok bagaimana mereka mencoba membawakan ulang lagu Comeback Attack (kini CBA) menjadi lebih slowly.
Overall, Fighter Straight adalah band yang patut diapresiasi. Karna selain sebagai sebuah band, mereka pun sering mengorganisir DIY Gigs. Oh iya, artwork pada cover CD-nya keren, salam untuk artworkernya yah. (AL)
Seperti halnya apa yang anak-anak muda asal Parung Bingung-Depok satu ini, Fighter Straight namanya. Setelah beberapa bulan saya diberikan sebuah demo dan sekarang mereka memberikan sebuah mini album. Berisi empat buah lagu: "In My Soul", Old Man is Making The Border Line (CBA cover)", "This is Your City", dan "Try Feel What We Feel", di mana mereka mencoba menggabungkan musik hardcore dengan meminjam sedikit part milik musik oi/punk.
Dengarkan saja track pembuka "In My Soul" yang begitu sing along-able sekali. Dengan tempo yang santai, tentu kita tau bagaimana memanjakan diri ketika mendengarkan track ini di moshpit: POINTING FINGER RULE!!! Atau track penutup "Try Feel What We Feel", di buka dengan solo drum yang menimbulkan beat-beat dansa yang aduhai. Atau tengok bagaimana mereka mencoba membawakan ulang lagu Comeback Attack (kini CBA) menjadi lebih slowly.
Overall, Fighter Straight adalah band yang patut diapresiasi. Karna selain sebagai sebuah band, mereka pun sering mengorganisir DIY Gigs. Oh iya, artwork pada cover CD-nya keren, salam untuk artworkernya yah. (AL)
Review: Public Mistrust "Demo 2014"
Public Mistrust mengejutkan saya dengan apa yang mereka mainkan. Sudah beberapa tahun belakangan ini, saya jarang mendengar band-band hardcore-punk bertempo cepat dari Kota Bandung. Terakhir berhenti di era-nya Fuck Bar Culture dan KBH, setelah sebelumnya Domestik Doktrin, AnjingXTanah, dan Manusia Buatan membuat kita semua terperangah dengan kecepatan yang mereka tawarkan. Oh, saya hampir lupa, ada satu band seperti Get In The Ring, Patriot Asshole, dan Fat Nation -kita bahas hal ini dilain kesempatan.
Kembali ke Public Mistrust (selanjutnya PM), band ini mencoba memainkan musik hardcore yang cepat seperti apa yang Joe Denunzio Cs. lakukan pada Infest. Walaupun karakter vokal PM tergolong masih terlalu kalem. Terdapat tiga buah lagu: "Freedom Area", "Pilihan", dan "Wake Up and Go", yang bermuatan tak jauh berbeda antara satu track dengan track lainnya. Mereka tidak terlalu banyak basa-basi dalam bermain, yah tipikal band sejenis. Namun sayang, entah kenapa suara yang ditimbulkan oleh snare drum terasa begitu dominan dan sedikit mengganggu.
Hal yang paling saya sayangkan dari demo ini adalah kenapa mereka tidak menyertakan lyric sheet di dalamnya. Bagi saya, lirik adalah muatan paling esensial dari sebuah band. Apapun bentuk rilisannya, lirik itu penting. Sehingga pendengar mengetahui maksud dari apa yang band ingin sampaikan.
Berhubung ini adalah demo, tidak ada yang perlu dibahas lagi selain kita tunggu rilisan-rilisan PM selanjutnya. Tentu, dengan konten yang lebih segar. (AL)
Kembali ke Public Mistrust (selanjutnya PM), band ini mencoba memainkan musik hardcore yang cepat seperti apa yang Joe Denunzio Cs. lakukan pada Infest. Walaupun karakter vokal PM tergolong masih terlalu kalem. Terdapat tiga buah lagu: "Freedom Area", "Pilihan", dan "Wake Up and Go", yang bermuatan tak jauh berbeda antara satu track dengan track lainnya. Mereka tidak terlalu banyak basa-basi dalam bermain, yah tipikal band sejenis. Namun sayang, entah kenapa suara yang ditimbulkan oleh snare drum terasa begitu dominan dan sedikit mengganggu.
Hal yang paling saya sayangkan dari demo ini adalah kenapa mereka tidak menyertakan lyric sheet di dalamnya. Bagi saya, lirik adalah muatan paling esensial dari sebuah band. Apapun bentuk rilisannya, lirik itu penting. Sehingga pendengar mengetahui maksud dari apa yang band ingin sampaikan.
Berhubung ini adalah demo, tidak ada yang perlu dibahas lagi selain kita tunggu rilisan-rilisan PM selanjutnya. Tentu, dengan konten yang lebih segar. (AL)
Rabu, 23 April 2014
Straight Answer Bosan Menyanyikan Lagu Lama
Acha. Photo by ariefwhyd |
Tolong jelasin dong masing masing personil lagi sibuk apa sekarang ?
Acha: Sibuk nyaleg. Hahahaha...
Tova: Masih sibuk malak malakin orang ajalah. Haha..
Ali: Kalau saya menyebut diri saya weekday workers dan weekend rockers, karena saya bekerja pada hari biasa dan pada hari weekend saya bertemu bapak bapak ini menjadi rocker. Haha...
Kalian akan membuat album kembali ? Sudah sejauh mana prosesnya ?
Acha: Belum rekaman. Hahaha...
Tova: Sudah di rekam tapi baru simbalnya doang. Haha..
Ali: Lagi mixing dan mastering, sudah on progress. Yang terakhir mas Acha masuk untuk vokalnya dan rilis fisik tanggal 28 april.
Untuk yang merilis album ini ?
SA: Here to Stay
Kalau enggak salah judul album kalian nanti “Make It Happen” ada alasan di balik pengambilan judul ini ?
Acha: Intinye sih kudu jadi udah gitu aja. Sebenernya emang banyak rencana karena emang harus di jadiin takutnya mundur mundur malah gak jadi.
Ali : Gasss terusss karena emang banyak band yang udah planning, planning, dan planning akhirnya bandnya bubar.
Photo by Brainwashed |
SA : Yang pasti CD untuk Tape kita belum tahu.
Ada Kesulitan dalam pengerjaan album ini ?
Tova: Kesulitan pasti ada lah, udah pasti uang lah kesulitanya minjem duit sana sini buat rekaman. Hahaha...
Acha : Kalo gw kesulitannya pas Take Vokal soalnya gw mau nyanyi kaya Michael Jakcson tapi enggak dapet. Hahaha..
Apa aja pesan dalam lagu di album ini ?
Tova: Kalo jawaban gw sih sama kaya jawabannya anum (padahal anum belum jawab). Hahaha.. Yang pasti apa adanya ajalah. Hahaha...
Acha: Kalau gw yang banyak gw tulis intinya “lo jalan aja sama orang yang mau jalan sama lo kalau gak pengen jalan sama lo iya udeh tinggalin atau lupain aje”.
Ali: Kalau gw “semua orang bakal di kumpulin dengan yang frekuensinya sama jadi kalo lo merasa lo orang baik iya lo bakal di kumpulin sama orang yang baik.
Anum: Rajin belajar.
Kalau enggak salah kalian akan menggelar tour Asia Tenggara, apa ini termasuk promo tour album kalian ? Negara dan Kota Mana aja yang bakal kalian singgahi ?
SA: Rilis tanggal 27 april di Rossi Jakarta, 28 di Porsea Depok, tanggal 30 kita udah berangkat tanggal 1 kita main di Tanjung Pinang, Malaysia tanggal 3. Kita main di Batam-Indonesia, tanggal 4 Singapura, tanggal 5 di Johor Baru-Malaysia. Tanggal 6 Malaka dan tanggal 7 terakhir Kuala Lumpur.
Dalam beberapa tahun ini kalian begitu produktif ,apa yang membuat kalian begitu produktif ?
Acha: Pengen tanggung jawab aje sih, ngeband kalau enggak kaya gini ngapain lagi. Dulu banyak yang protes dan bilang "SA kok merchandisenya banyak banget" tapi iya rilisan album kita juga banyak dan ada satu lagi kenapa SA produktif karena gw bosen nyanyi lagu Hantam Prasangka Burukgw mau nyanyi lagu baru. Hahaha..
Ali: Kalau gw sih sebagai member baru di SA, paling baru gw masuk sekitar udah 9 bulan. Gw juga banyak di kasih tau sama mas Acha, gw pikir dengan banyaknya temen temen dan sahabat yang datang pas SA main ini jadi suatu tanda terima kasih kita untuk semua yang udah dateng dan lu dapet albumnya lu bisa sing along juga sama sama.
Terakhir, minta tanggapannya mengenai Lemari Kota webzine dong mas ?
Ali: Kalau gw, gw sebagai putra asli Depok gw bangga. Iya memang sekarang zine yang hard copy udah jarang tapi dengan adanya yang web ini cuma berganti media aja tapi orang-orangnya harus semangat dan harus ada. Estafetnya emang harus ada terus, kalau gw pribadi gw bangga.
Acha: Intinya apapun tujuannya mendokumentasikan perjalanan, pergerakan atau musik itu pasti memerlukan usaha yang berat dan gw salut aja ketika ada orang yang mau menjejak dan meluangkan waktunya kaya gini padahal gak ada duitnye.
Anum: Jawaban gw sama kaya Tova (padahal tova belum jawab). hahaha...
Tova: Gw pokoknya FUCK Wartel lah. Hahahah...
Pesan terakhir untuk Lemari Kota ?
Ali: Jalan terus buat LK karena tanpa kalian yang meng’capture moment moment di scene ini iya gak ada lagi.
Acha: Pokoknya terima kasih banyak elu juga udah mau capek capek kaya gini sukses dan jalan terus.
Video of Today: Pontianak Record Store Day 2014
Semarak Record Store Day meruak di beberapa kota besar Indonesia. Salah satunya Pontianak. Berikut ini adalah video dokumenter tentang perayaan hari "sakral" kolektor rilisan fisik di kota tersebut.
RSD juga berlangsung di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Solo, Malang, dan Blitar.
Rabu, 16 April 2014
Kylesa Live In Jakarta: Suguhan Gahar Nan Mempesona Sekaligus Ramah
Kylesa Memukau Jakarta. Photo by @ardymarwan |
Yap, Minggu tanggal 13 April 2014, Jakarta akan disinggahi Laura Pleasants cs, setelah pesta di Bandung pada sabtu malamnya, yang tampak hatceepp setelah melihat update nya di jejaring sosial, membuat semakin tidak sabar terkontaminasi riff-riff gitar ala psychedelic rock kotor sludgy-sludgy.
Dijadwalkan gerbang dibuka jam 15.00 dan eiks sampai venue sekitar jam setengah 4. Jakarta diguyur hujan, tapi semangat jemaah Kylesiah tetap membara seperti areng yang sedang dikipas kipas oleh pembakar sate dengan dibantu kipas angin mininya, halah hehe. Dan eiks pun tidak telat karena memang gerbang belum dibuka, antrian di depan venue lumayan padat. Eiks ikut mengantri.
Dikabarkan Kylesa sedang sound check di dalam. Oya, catatan my diary: di Jakarta sendiri tidak ada opening act nya, setelah di Bandung Kylesa dibuka oleh Ssslothhh, dan ((AUMAN)), sungguh disayangkan sekali. Bisik-bisik faktornya karena masalah perizinan keramaian di Jakarta. Yap, balik lagi ke venue, setelah menunggu sekitar setengah jam lebih, akhirnya gate dibuka, jam 4 lewat kalo gak salah. Stage berada di Parking Lot Rossi Music, mungkin kalau di dalam 2 drum Kylesa sepertinya tidak cukup, yegak? setelah masuk terlihat booth menjual tshirt, cd, dan vinyl Kylesa.
Laura Pleasants. Photo by Damasus Ekodimus |
Yeaaah sejenak menaruh camera, menikmati dentuman demi dentuman, anjiiiingggg, legaaaa. Lalu crowd mulai memanas di nomor "Quicksand" dari album teranyar mereka -Ultraviolet- circle pit mini di tengah crowd tak terelakan. Tanpa ampun mereka terus menggerus crowd lewat tembang ciamik nan progresive, "To Forget", crowd lebih memilih menikmati dengan seksama berheadbang dengan hikmat. Laura Pleasants dan Mas Phillip Cope menyapa ditengah – tengah laga tandang mereka, berterima kasih pada crowd, basa- basi mereka berlangsung lama. "Said & Done" dari album Static Tension di tahun 2009, membuat crowd yang sedang lengah ekstra bersigap, dilanjut dengan tembang "Unspoken", ekstraaaaaaa!! Duo drums Carl McGinley & Eric Hernandez memang membuat beat-beat yang sangat indah dan groovy, bikin kepala pegal mas, ampuunn. Duo drums Kylesa ini memulai memberikan nada-nada perkusi yang melenggang menembus telinga tersaring di jiwa, halah. Yap tentunya setelah cabikan bass Chase, kalian tau? Yaaa "Unknown Awareness" pun dimainkan, crowd meliar tanpa surfing, circlepit mini masih awet tapi semakin ramai liar.
Lalu kembali laga terus tanpa henti dimainkan dengan apik dari album Static Tension, "Scapegoat" dan "Taking This" dari album biru Ultraviolet. Laura semakin onfire, yeaaahhhhhhh!! Kembali menyeruak single kojo kembali dari album Static Tension, "Running Red". Dan siapa sangka setelah lagu selesai mereka menyudahi rangkaian acara kembali dengan berterima kasih dan dadah dadah turun dari stage dan oh crowd terkaget – kaget dan secera perlahan berkesinambungan semakin keras meminta encore: "we want more, we want more!!!" Tak sampai 5 menit mereka naik kembali memuaskan dahaga crowd, yang kena tanggung banget. Sebelum memulai encore, Laura sempat meminta foto crowd langsung dari hapenya tjiaaahhh,cekreekkk... "Hollow Severer" dipilih menjadi tembang encore penutup rangkaian tour mereka di Indonesia, aslii pecaaahhh bro. Sebenarnya tak dapat eiks rangkai menjadi kata- kata, menolak move on jelas! Nilai tambah di stage performance mereka lighting cukup menawan, poin plus sekali, indaaahhh.
Setelah selesai pun crowd menunggu sejenak di dalam venue, masih menunggu, dan akhirnya semua personil Kylesa menyapa crowd, dengan ramah tamah, foto-foto bareng, tanda tangan, ngobrol-ngobrol pun tak terduga. Mereka sangat humble, keren sekali, bersyukur bisa menyaksikan mereka, mudah-mudahan sesegera mungkin mereka akan menyambangi Indonesia kembali, mudah – mudahan, big thanks for Kylesa membuat penghujung weekend menjadi indah. (Fauzan)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Penulis mengalami trouble pada memory card camera milik nya. Sehingga file-file foto yang menangkap betapa serunya aksi panggung Kylesa pun harus rela hilang begitu saja. Beberapa foto yang kamu lihat di sini adalah hasil dari meminjam berbagai sumber.) -Redaksi Lemari Kota.
Senin, 14 April 2014
Deal Statement: Menjadi Opening Act Ignite ? Dreams Come True!
Giring, Fadel Yudi, Aank, dan Satrio (dari kiri). Photo by DS doc. |
Bagaimana kondisi kalian setelah rilis Single ?
Giring: Semakin baik, semakin semangat, dan semakin percaya diri pastinya. Yeaaaaaah...
Bisa ceritakan makna apa yang ada pada single “Self Esteem” ? Siapa yang menulis lirik ?
Giring: Udah di dengerin mas? Haha.. Maknanya sih sedikit curhatan aja, di mana ada satu titik manusia merasakan satu rasa. Nah, ini bagaimana soal kita menyadarinya dan melawannya untuk percaya diri kembali. Yang nulis lirik vokalis kita yang lagi ada di pulau seberang. Hahaha...
Setau saya, vokalis kalian berada jauh di Palembang. Sementara sisanya berada di Depok. Lantas bagaimana proses rekamannya ?
Giring: Iya vokalis kita ada di Lampung sebenarnya. Kita rekaman proses awalnya itu kita take instrument dulu semua. Nah, habis itu kita nunggu cuti dari vokalis untuk recording. Untungnya, kita take vocal sendiri jadi lebih gampang ngepasin waktu cuti sama take vocalnya. Hehe...
Photo by Alfian Putra A. |
Giring : Sejujurnya, gua pribadi suka sekali sama part-part lead gitar di CBA. Nah saya pengen ada sentuhan rock n' roll pada lagu "Self Esteem" ini. Kebetulan Zamalik ini juga sering saya minta tolong untuk additional-in di band ini. Hehe... Jadilah kita ngajak dia untuk featuring di lagu "Self Esteem" ini. Zamalik gitaris keren menurut gua dan baik hati, itu alasannya. Hahaha...
Ceritakan, siapa yang keluar dan masuk pada line-up Deal Statement ? Dan, apakah bongkar pasang personil membawa perubahan pada kalian ?
Giring: Formasi kita terakhir itu yang sempet awet dari 2009-2012 adalah Giring, Aang, Hesron, dan Ical. Awalnya Ical mutusin keluar tanpa alasan, masuklah Satrio ex-DeadEnd buat ngisi drum. Dibarengin sama masuknya Nigsaw (Bakteri Jahat) buat ngisi part gitar 2. Gak lama, Hesron mutusin buat cabut dari band nista ini, yang tak lama dibarengin pengunduran diri Nigsaw.
Sempet galau sama bongkar pasang formasi ini. Gak lama muncullah mutiara hitam dari Cagar Alam, Yudi (Up Close) yang siap gabung di band ini untuk mengisi bass. Haha... Dan Alhamdulillah bongkar pasang personil ini membawa semangat baru dan ide-ide baru.
Photo by Alfian Putra A. |
Giring: Rencana tour ini awalnya gue kira cuma wacana yang gue pikir bercanda sama temen-temen CBA dan yang lain, eh gak tau nya serius. Dapetlah hari baik di tanggal 17-20 April ini dan ada 2 kota yang mau kita kunjungi nanti, yaitu Semarang dan Solo. Ini adalah first tour-nya band norak ini, seperti dreams come true buat setiap personil DS sendiri. Pengen banget bisa maen di kota orang dan akhirnya akan terjadi sebentar lagi. Hehehe... Oh iya, kita tour bareng sama CBA dan TODAY, pasti seru banget nanti di perjalanan, karena kita dateng keroyokan dari Depok. hahahaha...
**Cek jadwal tour mereka di sini
Jika di beri kesempatan menjadi opening act. Kalian akan memilih menjadi opening untuk siapa ?
Giring: Kalau pengen banget si, pengen bisa jadi opening act Ignite. Pengen dengerin suara merdunya si Zoli Teglas.
Aank: Gua pengennya sih ACDC, gak nyambung yak? Tapi pengen banget, gimana dong.
Apa rencana kalian selanjutnya setelah rilis single ini ? Apakah album ?
Giring: Rencana selanjutnya kita pengen masuk studio rekaman lagi buat pengerjaan mini album.
Menurut kalian, kapan waktu terbaik untuk menghisap sebatang rokok ?
Sewaktu ada rokoknya, karna waktu kita gak punya rokok kita gak dapet waktu terbaik buat menghisap sebatang rokok. Lagi boker, yang pasti abis makan apalagi nongkrong sama kawan, lagi nungguin orang, wah banyak banget mas waktu-waktu terbaik buat ngisep rokok. "Bacul (Istilah untuk keadaan di mana keinginan merokok meninggi. Red) is not cool anymore" pokoknya mah. Hehe...
Terakhir, berikan kami list tentang apa yang sedang kalian dengarkan dalam waktu belakangan ini ?
Giring: Before My Life Fails album Youth Against Christ dan For (Lorn). Comebackkid: Die Knowing dan Broadcasting, Ignite: Our Darkest days. Sama satu band American rock, Alterbridge: One Days Remains dan Blackbird. Dan banyak band lokal maupun luar yang jadi playlist kita belakangan ini.
**Simak single terbaru Deal Statement "Self Esteem", di sini.
Selami Repertoar Anyar Milik Ensena
Ensena sewaktu menjadi salah dua opening Doom di Jakarta. Photo by Ensena doc. |
Untuk mengetahui bagaimana progress musikalitas band asal Cipanas ini, mereka secara langsung membocorkan materi barunya kepada Lemari Kota. "Ini baru sample sih. Bisa juga disebut sneak peek-nya EP kedua si Ensena," ujar Randy kepada LK.
Belum ada informasi lebih lanjut perihal kapan rampungnya EP kedua tersebut. Tentu bukan barang sia-sia untuk menantikannya. Jika kalian gemar mendengarkan Isis, Russian Circles, Cult of Luna, Neurosis, dan sejenisnya. Ensena adalah pilihan yang ciamik untuk telinga anda. (AL)
CBA, Deal Statement, Dan Today Terjebak Dalam Tour
Ketiga band yang berasal dari skena hardcore-punk Depok yakni CBA, Deal Statement, dan Today akan menggelar rangkaian tour kecil yang bertajuk Friends Warped Tour (merupakan plesetan dari event annual Vans: Vans Warped Tour). Ketiga band ini akan mengunjungi Semarang pada 18 April dan Solo pada keesokan harinya.
Friends Warped Tour ini terselenggara berkat bantuan teman-teman dari Atlas City Hardcore (Semarang) dan juga Solo Rumble Crew (Solo) yang bertugas sebagai gigs organizer di masing-masing kota.
Rangkaian tour kali ini adalah yang pertama untuk Today dan Deal Statement, sedangkan yang kedua untuk CBA, setelah pada 2011 lalu mereka melakukan mini tour ke Malang dan Solo.
Jika kalian memiliki banyak waktu luang, tentu, tidak ada salahnya untuk menyaksikan penampilan mereka di setiap kota yang disinggahi. Selain ketiga band tersebut, turut serta beberapa band lokal yang akan meramaikan setiap gigs-nya. (AL)
For Your Info:
CBA
Band yang sudah terbentuk sejak 2008 ini beranggotakan Zamalik gitar, Iyoung gitar, Alvin bass, Alfian vokal, dan Oka drum. Pada 2013 kemarin, mereka sukses mengeluarkan EP bertajuk Leave The Cage yang di rilis langsung oleh tiga label tersohor -Optical Records, Samstrong Records, dan Movement Records- dalam format kaset yang unik (Dengan packaging ala bungkus rokok). Sedangkan format CD di rilis oleh label mereka sendiri, Beerkah Records.
http://hailhailcba.blogspot.com/ | https://twitter.com/Hail_CBA
DEAL STATEMENT
Setelah mengalami hiatus dalam beberapa tahun terakhir pasca di bentuk pada 2009 lalu. Kini mereka hadir kembali dengan format yang lebih segar, dengan formasi terbaru yakni Aang "Kimul" vokal, Giring gitar, Fadel Wahyudi bass, dan Satrio "Boss" drum. Belum lama ini, mereka baru saja merilis single terbaru berjudul "Self Esteem" yang bernuansa hardcore dengan beberapa elemen metal yang tangguh.
https://twitter.com/DS_HARDCORE
TODAY
Empat orang pemuda yang tergila-gila pada musik Punk Rock/Oi serta mendewakan Cock Sparrer, Sham69, Cockney Reject, dan band sejenisnya. Dua orang dari CBA -Zamalik dan Alvin- berada dalam raga band ini dengan tambahan Reza drum dan Imam "Mutoy" vokal. Sejak terbentuk pada 2011 lalu, mereka baru mengeluarkan satu demo.
https://twitter.com/TODAY_punk
Click for enlarge picture |
Click for enlarge picture |
Minggu, 13 April 2014
Straight Answer Akui Tak Pernah Bosan Touring
Straight Answer sewaktu ke Klaten. Photo by SA doc. |
Touring sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Bahkan semua itu mereka tuangkan dalam sebuah lagu baru berjudul "Touring Is Never Boring". Satu dari sederet lagu yang menjadi bagian dalam album terbaru mereka -Make It Happen- yang akan di rilis pada 27 April mendatang di Rossi Music Center, Jakarta. (AL)
Interpretasi Publik Umum Terhadap Queercore
Photo taken from chicanopunk |
Sebagai sebuah genre musik, lirik mereka mengeksplorasi tema prasangka buruk terhadap isu-isu seperti identitas seksual, identitas gender dan hak-hak individu, umumnya band queercore menawarkan kritik masyarakat endemik di dalamnya. banyak band queercore berasal dari scene punk tetapi budaya musik industri juga banyak berpengaruh terhadap perkembangan queercore. Kelompok queercore mencakup banyak genre seperti punk, hardcore, synthpunk, indie rock, power pop, No Wave, noise, eksperimental, dan industrial.
Perkembangan awal terjadi ketika zine J.D.s, diciptakan oleh G.B. Jones dan Bruce LaBruce , secara luas diakui sebagai zine yang meluncurkan gerakan ini. “J.D.s dipandang untuk menjadi katalisator yang mendorong queercore menjadi ada dalam komunitas” , tulis Amy Spencer di DIY : The Rise Of Culture Lo – Fi. pada awalnya para editor J.D.s memilih sebutan “homocore” untuk menggambarkan gerakan tersebut, tetapi homo berganti menjadi “queer” untuk lebih mencerminkan keragaman mereka yang terlibat , serta untuk memisahkan diri sepenuhnya dari batas-batas gay dan lesbian ortodoksi . issue pertama dirilis pada tahun 1985, dengan manifesto berjudul “don’t be Gay” diterbitkan dalam fanzine Maximum RocknRoll. Issue pertama tersebut menjadi inspirasi di antara banyak zine lainnya, seperti Holy Titclamps, di edit oleh Larry – bob , Homocore oleh Tom Jennings dan Deke Nihilson, dan masih banyak zine lainnya. Kemunculannya me-mobilitasi keragaman seksual dan gender dalam oposisi terhadap segregasi yang dipraktekkan oleh komunitas gay, ketidakpuasan dengan budaya konsumtif , mengusulkan etos DIY untuk menciptakan budaya sendiri , dan oposisi terhadap ajaran agama yang menjadi pembatas dan represi politik .
Pada tahun 1990 , para editor J.D.s merilis kompilasi queercore pertama dalam format kaset, komposisi kompilasi di isi oleh band queercore, seperti Fifth Column , Nikki Parasite , Big Man , dan Bomb, The Apostles , Academy 23, No Brain cells, dan Gorse. Pada tahun 1990-an banyak band punk rock yang mendukung gerakan ini, untuk menuntut hak individu manusia.
Intinya kaum gay, lesbian, biseksual, dan transgender ingin mereka dapat diterima di masyarakat dan mendapatkan hak mereka sebagai manusia yang sama bagi kaum mayoritas! (Fajar)
Rasakan Efek Mabuk Trendy Reject
Photo by Jim Rock |
Trendy Reject adalah warna segar dari tanah Sriwija. Memadukan unsur Oi/Punk-nya Cock Sparrer dan rock a la Motorhead. Dinakodahi oleh Ois Suburbios gitar, Parnaught gitar, Icad Discharge bass, Aprialdi Noor drum, dan tentu saja Boilank pada vokal. Dan kali ini mereka akan membagi pengalamannya soal alkohol, bercerita tentang GodBless, dan berandai jika menjadi opening act untuk Motorhead. (AL)
Mari kita awali interview ini dengan pertanyaan: Sudah mabuk kah kalian saat ini ?
Ada yang sudah dan ada juga yang belum. Ayo, bang mabok yok. hahahaha...
Bagi kalian, seberapa pentingnya alkohol sebelum memulai pertunjukan ? Adakah cerita menarik tentang alkohol dan performance ?
Alcohol untuk kami sendiri bukan menjadi amunisi penambah power ketika perform karena tanpa alcohol juga kami terkadang masih bisa ber-sing a long together. hehehe...
Cerita menarik tentang alcohol adalah ketika hangover di jalan dan terbangun ternyata hari udah siang dan menjadi tontonan orang-orang yang lalu lalang. hahaha...
Menurut kalian dalam kondisi seperti apa sih yang enak untuk dinikmati dengan sebotol alkohol ?
Dengan cewek berduaan sambil cubit cubitan. hahahahaa... Tapi yang enak menikmati alcohol itu ketika hari sudah menjelang petang dan berkumpul bersama teman-teman biar bisa patungan, kan lumayan bisa dapet berapa putaran. hahahaai...
Bisa ceritakan tentang Scene Lumban Tirta ? Apa saja yang biasa kalian lakukan di sana ?
Lumban Tirta adalah nama kolam renang dan kita nongkrongnya di pelataran belakangnya yang cukup luas dan juga anak-anak sering bikin gigs di sana. Lumban Tirta juga jadi scene anak-anak punk skin dan anak-anak skateboard dan bmx.
Banyak hal yang bisa dilakukan di sana selain bisa patungan beli alcohol. hahaha... Kita juga bisa godain wece-wece (baca: cewe-cewe) yang lewat karena lokasinya deket banget sama mall di pusat kota Palembang. Tapi kini scene itu udah lama ditinggalin sama anak-anak karena adanya pembangunan baru. Terkadang anak-anak masih ada yang main ke sana kalo lagi kangen scene. hehehe... Sembari membuka tutup botol alcohol. Ayoo patungan lagi. hahahaa...
Photo by Trendy Reject doc. |
Yesss that right bro. hahaa... Semua personil Trendy Reject sangat mengidolakan GodBless.
Musisi rock cukup berpengaruh bagi kami tapi tidak begitu besar karena kami lebih terinspirasi pada kenakalan Sid Vicious dan liarnya seorang Weti Butchen. hahahaa... Oi!/Punk Ain't Dead !!!
Sedikit berandai (tapi siapa tau menjadi kenyataan). Jika sewaktu-waktu Motorhead menggelar konser di Indonesia dan kalian terpilih menjadi opening act. Selain pastinya senang, apa yang akan kalian lakukan?
Waduhhh... arghhh... bohong bohong. hahahaa... Masih banyak band yang baik di Indonesia, kami hanyalah suara generasi dari anak daerah Selatan Sumatra yang mencoba untuk bertahan dengan apa yang kami lakukan. Dan jika pun seaindainya kami jadi opening act nya kami pun pasti bingung mau ngapain soalnya gak kepikiran sampe sejauh ini. hahahaa...
Selain bermain untuk Trendy Reject. Apakah kalian juga bermain untuk band lain ?
Iya... Boilank vocal Trendy Reject bermain di band lain juga -Suburban Rockers- hanya projekan buat hepi-hepi (Baca: senang-senang) saja. Kalau yang lain masih tetep Trendy Reject doang.
Btw, belum lama Indonesia menyelesaikan PEMILU. Apakah kalian yakin PEMILU adalah solusi untuk kehidupan yang lebih baik ? Ada pendapat soal itu ?
Tak ada yang baik untuk kata pemilu dan tak pernah ada janji yang bisa mereka lakukan. Tanggapan kami tentang pemilu itu Bullshit. Tidak akan pernah kita mendapatkan perubahan kalo kita sendiri tidak merubah diri kita dan menjaga tanah kita. Persetan dengan mereka. Patungan saja yok bang beli anggur. hahaha...
Photo by Trendy Reject doc. |
Personil TR ada yang kerja dan ada juga yang masih kuliah. Jadi kesibukan di luar band:
kerja, belajar, dan patungan lagi beli anggur. hahahahaa...
Last words!
Thanks a lot buat Lemarikota untuk interview nya dan kami berharap suatu saat kita bisa jumpa. Salam dari kami, anak-anak dari Selatan Sumatra. Oi! Rock And Punk !!!
Kamis, 10 April 2014
[LK016] VA. Still Lives vol.02
Still Lives vol.02 kali ini lebih banyak menyediakan berbagai jenis sound yang beragam. Tidak melulu soal hardcore punk, bahkan hingga menyentuh ranah hip-hop hingga post-rock. Yah, kami berusaha tidak mau bermain dalam kotak. Sesekali melihat kehidupan di luar kotak, tentu begitu menyenangkan. Tentu, kami tau batas akan hal tersebut. Kami mendengarkan apa yang kami pikir layak untuk telinga kami, terdengar subjektif memang. Kami punya standarisasi tersendiri soal itu. Keberagaman ini kami harap mampu menjadi kudapan yang begitu nikmat di telinga kita semua.
Tanggal rilis: 10 April 2014
Bands:
01. Fat Nation
02. Makhluk Asing
03. Free Speech
04. The Frankenstone
05. AAS
06. New Random
07. Anticap
08. Bruten
09. Deal Statement
10. Die
11. Lisa
12. Marra
13. More And Less
14. Repair
15. Snoud
16. Still Burn
17. Teletubies
18. Naked87
19. Tarantulah
20. Outlive
21. CBA
22. NAturial
Download: VA. Still Lives Vol.02
Deal Statement Mencoba Motivasi Diri Sendiri Sebelum Tur
Formasi terbaru Deal Statement. |
Single ini menceritakan tentang bagaimana si penulis lirik, mencoba memotivasi dirinya sendiri. "Lirik di single berisi tentang motivasi diri sendiri," kicau mereka singkat, di Twitter. Dan di single kali ini mereka menggandeng gitaris CBA, Zamalik untuk mengisi departemen gitar. Dan hasilnya ? Kalian cek sendiri.
Deal Statement pada 18 dan 19 April mendatang akan melakukan rangkaian Friends Warped Tour ke Semarang dan Solo. Dua band lainnya yakni CBA dan Today akan turut serta dalam rombongannya nanti. (AL)
Seized "Metal Attitude Suck" (Single review)
Yoi, ini ada materi baru dari pasukan anti-basa basi asal Kediri, Seized. Sudah lama saya tidak mendengarkan mereka. Dan ternyata sekarang lebih bermain cepat, agresif, dan oow, karakter vokal di sini lebih tough. Dan ini adalah bagian dari split album mereka bersama Alfatec (Italia). Untuk kalian yang gemar mendengarkan Scholastic Deth, LxExAxRxN, WHN, dan sejenisnya nih. (AL)
Morally Straight/Underline "Boundless" (Pressure Recs/White Collar Crime Recs, 2014)
Mungkin apa yang dilakukan dua band lintas kota ini akan sedikit menarik urat pada dahi kalian, terutama kalian yang masih belum bisa move-on terhadap glorifikasi hardcore era 1988. Slogan friendship yang terkenal pada era tersebut dan kemudian masih terus di adopsi hingga sekarang dan hingga mencapai taraf yang berlebihan, tentu menimbulkan kemuakannya sendiri. Dan itulah yang Morally Straight (Bandung) dan Underline (Padang) perbuat.
Mereka sepakat merilis album split bertajuk Boundless. Jika Morally Straight mencoba "mengencingi" persepsi pertemanan yang berdasarkan empiris si penulis lirik yang disampaikan melalui track "Fuck Friendship. Respect is Bullshit". Underline mencoba meredefinisi makna pertemanan itu sendiri melalu track "Friendship Ideology".
Apakah kita hanya akan mendapatkan kritik mereka soal pertemanan ? tentu tidak. Lebih dari itu. Namun, kamu tidak akan mendapatkan tema yang biasa kamu dengar pada band hardcore sejenis (kamu tau apa yang saya maksud, kan ?). Morally Straight dan Underline lebih bervariasi dalam pemilihan tema. Seperti halnya MS yang membahas mengenai hak hidup terhadap orang berorientasi seksual berbeda, ketidak percayaan mereka terhadap titah-gombal a la Mario Teguh, membahas mengenai sebab dari menjadi Polisi, dan kemudian ada satu lirik yang..hmm..saya sarankan kamu jangan sakit hati membacanya dan saya harap kita semua bukan bagian dari lirik "Doger Hardcore" ini.
Sedangkan Underline, saya pikir lirik mereka cukup cerdas. Melalui track "Per Memoriam Ad Spem" saya mendapatkan suatu informasi baru soal Timor Leste. Selebihnya adalah tema hidup mengenai motivasi atau sebuah alarm untuk tidak terseret dalam arus kehidupan dominan.
Sejujurnya saya lebih senang mengupas lirik mereka karna jarang saya mendapati band hardcore dengan tema demikian. Mengenai musik, kamu bisa dapatkan tipikal musik seperti ini di belahan kota mana saja. Bukan berarti harus dilewati begitu saja, lirik+musik nya benar-benar mampu membuat kamu menjadi murka terhadap kondisi dunia yang seperti ini. Btw, memang dunia sedang kenapa ? Buka mata, mari cari jawabannya bersama. (AL)
Mereka sepakat merilis album split bertajuk Boundless. Jika Morally Straight mencoba "mengencingi" persepsi pertemanan yang berdasarkan empiris si penulis lirik yang disampaikan melalui track "Fuck Friendship. Respect is Bullshit". Underline mencoba meredefinisi makna pertemanan itu sendiri melalu track "Friendship Ideology".
Apakah kita hanya akan mendapatkan kritik mereka soal pertemanan ? tentu tidak. Lebih dari itu. Namun, kamu tidak akan mendapatkan tema yang biasa kamu dengar pada band hardcore sejenis (kamu tau apa yang saya maksud, kan ?). Morally Straight dan Underline lebih bervariasi dalam pemilihan tema. Seperti halnya MS yang membahas mengenai hak hidup terhadap orang berorientasi seksual berbeda, ketidak percayaan mereka terhadap titah-gombal a la Mario Teguh, membahas mengenai sebab dari menjadi Polisi, dan kemudian ada satu lirik yang..hmm..saya sarankan kamu jangan sakit hati membacanya dan saya harap kita semua bukan bagian dari lirik "Doger Hardcore" ini.
Sedangkan Underline, saya pikir lirik mereka cukup cerdas. Melalui track "Per Memoriam Ad Spem" saya mendapatkan suatu informasi baru soal Timor Leste. Selebihnya adalah tema hidup mengenai motivasi atau sebuah alarm untuk tidak terseret dalam arus kehidupan dominan.
Sejujurnya saya lebih senang mengupas lirik mereka karna jarang saya mendapati band hardcore dengan tema demikian. Mengenai musik, kamu bisa dapatkan tipikal musik seperti ini di belahan kota mana saja. Bukan berarti harus dilewati begitu saja, lirik+musik nya benar-benar mampu membuat kamu menjadi murka terhadap kondisi dunia yang seperti ini. Btw, memang dunia sedang kenapa ? Buka mata, mari cari jawabannya bersama. (AL)
Rabu, 09 April 2014
Sambut PEMILU Dengan Kompilasi Memobilisasi Kemuakan
Seperti yang sebelumnya kami kabarkan bahwa records label asal Bandung, Grimloc Records, akan merilis album kompilasi tepat pada H-1 sebelum PEMILU. Album kompilasi yang berisi beberapa nama seperti: Eyefeelsix, Wreck, Godless Symptoms, Wethepeople, Ayperos, Jagal Sangkakala, Eyes of War, Gugat, Bars of Death, SSSLOTHHH, Resist, dan Milisi Kecoa, kini dapat diunduh di website resmi mereka
Grimloc Records mengatakan tujuan dari album kompilasi ini untuk berbagi wacana demokrasi langsung yang melampaui wacana golput dan aktif mencoblos. "Sekali lagi, kami tidak mengajak kalian golput, namun lebih dari itu kami mengajak kawan2 mempertanyakan fondasi dari demokrasi kotak suara," kicau mereka melalu twitter @GrimlocBDG.
Namun karna respon yang begitu besar dan aktivitas dari para pengunduh yang tak henti-hentinnya, website Grimloc akhirnyapun jebol. Namun beberapa pihak telah melakukan backup data dan menyediakan link alternatifnya. "Sebarluaskan kompilasi ini seluas2nya, jangan pisahkan pdf-nya. Itu bagian integral dari kompilasi ini," tandas Grimloc Records. (AL)
Download
Grimloc Records mengatakan tujuan dari album kompilasi ini untuk berbagi wacana demokrasi langsung yang melampaui wacana golput dan aktif mencoblos. "Sekali lagi, kami tidak mengajak kalian golput, namun lebih dari itu kami mengajak kawan2 mempertanyakan fondasi dari demokrasi kotak suara," kicau mereka melalu twitter @GrimlocBDG.
Namun karna respon yang begitu besar dan aktivitas dari para pengunduh yang tak henti-hentinnya, website Grimloc akhirnyapun jebol. Namun beberapa pihak telah melakukan backup data dan menyediakan link alternatifnya. "Sebarluaskan kompilasi ini seluas2nya, jangan pisahkan pdf-nya. Itu bagian integral dari kompilasi ini," tandas Grimloc Records. (AL)
Download
Selasa, 08 April 2014
Debut Album Pathetic Waltz Akan Lebih Primitif
Kemudian mereka mengatakan, masuknya personil baru seperti Radius pada drum dan Bowo pada bass turut memberikan sebuah nuansa yang berbeda pada materi kali ini. "dari akustik sederhana ke rock yang lebih primitif," tegas mereka.
Pathetic Waltz sendiri adalah band yang di nakodahi oleh lima pemuda yakni Alta Karta pada vokal, Julius Didit Setiawan pada Guitar/Latar Vokal, Andi Getta Prayudha pada Guitar, dan Radius Bonifasio pada Drum. Sejak berdiri pada 2011 lalu, mereka hanya mengeluarkan demo dan juga double single "Waiting Room" dan "She Like Pretty Owl". (AL)
Track list:
She Like Pretty Owl
Waiting Room
Plastik Bekas
Malam
Argaraya
Creed
Hitam
Malam (Akustik)
Sabtu, 05 April 2014
Bersiap Garap Album, Total Jerks Bocorkan Lagu Baru
Yeah! Kuartet hardcore/punk asal Depok-Jakarta, Total Jerks, menghubungi pihak redaksi perihal persiapan debut full album. Menurut penuturan Ricky (vokalis), bandnya tersebut akan merekam 15 lagu baru yang masing-masing terdiri dari lagu lama, baru, dan dua buah lagu cover dari band yang masih di rahasiakan. Namun, untuk tanggal rilisnya belum ada kepastian lebih lanjut soal itu.
Meski begitu pria yang sebelumnya dikenal sebagai frontman dari Take It Back itu, memberikan bocoran tiga lagu baru yang direkam ketika mereka melakukan latihan. Tiga lagu itu berjudul "Full of Shit", "Jerks Addiction", dan "My Life, My Problems". Dan kalian semua berkesempatan untuk mendengarkannya melalui tautan di bawah ini.
Total Jerks adalah salah satu band hardcore yang mengusung style early 80's hardcore. Mereka terpengaruh Circle Jerks, (early) Black Flag, Minor Threat, Amdi Petersens Arme, JFA, dan band-band sejenisnya. (AL)
Meski begitu pria yang sebelumnya dikenal sebagai frontman dari Take It Back itu, memberikan bocoran tiga lagu baru yang direkam ketika mereka melakukan latihan. Tiga lagu itu berjudul "Full of Shit", "Jerks Addiction", dan "My Life, My Problems". Dan kalian semua berkesempatan untuk mendengarkannya melalui tautan di bawah ini.
Total Jerks adalah salah satu band hardcore yang mengusung style early 80's hardcore. Mereka terpengaruh Circle Jerks, (early) Black Flag, Minor Threat, Amdi Petersens Arme, JFA, dan band-band sejenisnya. (AL)
Rabu, 02 April 2014
#youshouldknow | Dirty Edge: Kembalinya Sang Pioneer Hardcore
Dirty Edge. Photo by Tomi Tresnady |
Al Syawal, selaku gitaris Dirty Edge mengaku karakter musik Dirty Edge sangat berbeda dengan mini album dan full length album sebelum. Vokal khas dari Coki Manurung pun tetap bersahaja dengan low growl yang lebih jelas dan diperkuat dengan lirik-lirik berbahasa Indonesia.
Setelah mengalami masa vakum lebih dari 10 tahun 2001-2009, para personil Dirty Edge mengaku bahwa mereka tidak bubar. Namun para personil memperkuat jati diri dengan masing-masing aktivitasnya. Coki Manurung, setelah album pertama dan manggung terakhir ditahun 2001 mulai kembali menekuni kegiatannya sebagai aktivis pergerakan buruh, sedangkan Rodrigo Pasaribu kembali memperdalam dunia jurnalistik dengan menjadi redaktur disalah satu acara televisi, Rowland (gitaris Dirty Edge saat itu) menekuni bidangnya di akademisi, sedangkan Fe al Izlami, kembali aktif di dunia aktivis hingga berhasil menjadi Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Jakarta Selatan periode 2007-2010 setelah menjabat beberapa posisi penting di Organisasi Kemahasiswaan.
Sebelum ada kejadian yang menyebabkan Rodrigo terbaring lemah di RS, para personil Dirty Edge memang sudah punya niatan untuk kembali aktif di dunia musik Indonesia. Namun musibah tak dapat dihindari, Rodrigo terserang penyakit yang menyebabkan dirinya dirawat di RS hingga membutuhkan masa pulih yang cukup lama. Namun berkat dukungan dari rekan-rekan komunitas serta Sam Alatas & Ari Yuwandry, Rodrigo dapat kembali pulih dan bisa beraktivitas lagi, ditandai dengan kehadiran Dirty Edge secara khusus kembali ke kancah musik Indonesia. Pada tahun 2009, Dirty Edge mengadakan konser dalam rangka “comeback”nya mereka, bersama-sama dengan BlackHole sebagai penyelenggara konser tersebut.
Setelah itu, Dirty Edge dengan formasi Al Syawal (gitar), Rodrigo (bass), Fe al Izlami (drum) dan Coki (vokal) kembali tampil di kancah musik Indonesia dengan tetap mengusung genre hardcore. Setelah mengumpulkan materi lagu, akhirnya dengan proses yang panjang, di awal tahun 2014 ini, Dirty Edge selesai merampung materi untuk full album keduanya yang bertajuk “Reuniting The Families" dirilis oleh Movement Records, sementara itu single “Ibukota Kami Punya” sudah sering diputar di radio-radio indie.
“kami bebas mengekspresikan jati diri kami melalui lirik-lirik sosial yang kami sebarkan, bukan bermaksud subjektif, namun kami bercerita apa adanya” ungkap Coki Manurung terkait dengan lirik-lirik lagu yang diusung Dirty Edge.
“Demonstran Lantai Dansa, Hei Hei Jakarta, Ibukota Kami Punya, Kontrak, Licentia Poetica, Mengkritik Kami Punya Bisnis, Revolusi Nasi, Semua Menuju Satu, Semua Tentang Keserakahan, dan Sisipus Sampai Mampus” ditambah satu lagu instrument diharapkan mampu memanjakan para maniak musik.
“Buat kami, Dirty Edge adalah Kelompok belajar yang mengarahkan kepada pembentukkan watak dan karakter untuk lebih aktif dalam berkarya dan mendalami proses pencerahan diri bagi kemajuan pribadi, bangsa dan Negara” itulah yang diungkap Fe, drummer Dirty Edge yang juga sedang menyelesaikan thesisnya pada pendidikan pascasarjana-nya di salah satu universitas negeri.
Discography:
DirtyEdge – DirtyEdge (mini album - self 1999)
Enter The Zone (full length album - Dirty Records 2000)
Reuniting The Families (Full length album – Movement Records 2014)
[TOUR DIARY] Half Glass Jelajah Garis Pantai
Sudah 2 bulan belakangan ini aku punya band baru lagi. Personilnya gak jauh – jauh dari teman – teman nongkrong yang beberapa juga sudah main di band lain yang isinya juga teman nongkrong, Half Glass. Singkat cerita, melalui beberapa proses jamming di studio, kita udah bikin 6 lagu. Musiknya ? Emmm, aku agak susah kalau harus mendeskripsikan musik sebuah band, terlebih lagi band ku yang ini memang tidak mematok untuk bermain musik dengan jenis tertentu sedari awalnya. Jadi kita lewatin aja pertanyaan itu yah.
Nah, kebetulan sekali ada seorang teman yang ngasi kabar kalau bakal ada sebuah acara musik diluar kota Pontianak, tepatnya di Kecamatan Sungai Duri (masuk wilayah Kabupaten Bengkayang, kira – kira 2 jam perjalanan darat Pontianak). Sungai Duri hanya sebuah kota kecamatan yang kecil, letaknya di pesisir pantai, dan acara ini juga acara musik pertama yang hadir dari komunitas musik “underground” di sana. Aku pribadi, suka sekali kalau ada kesempatan untuk main di luar kota Pontianak, emang sih biaya yang dikeluarkan jadi lebih besar, tapi setimpal lah kalau dibanding dengan pengalaman jalan – jalan keluar kota, ketemu orang – orang baru, dan merasakan suasana yang jauh berbeda dari kota sendiri. Lagipula, 2 jam perjalanan darat itu masih terjangkau kok dengan sepeda motor.
Jumat, 14 Maret 2014
Packing dimulai, yang paling utama bukan packing pakaian pribadi sih, tapi packing barang – barang buat lapak. Bikin beberapa postingan dan tweet info tentang acara besok (Sungai Duri) dan lusa nya (Singkawang). Dan terakhir bikin banner nama band sendiri, pake kertas – kertas bekas dan fasilitas tiled print di Corel Draw. Cek – cek lagi kamera digital, perlengkapan mandi, dan pakaian dalam. Semua siap masuk tas. Ohyah, yang bareng – bareng kita untuk jalan di dua kota ternyat ada satu band lagi, Mosh Fight. Sementara itu, kalau band Pontianak lainnya yang juga main di Sungai Duri juga ada beberapa band lain (Parkinson dan Balada Sungai Kapuas).
Sabtu, 15 Maret 2014
Kumpul di rumah Ecel (drum) jam 1 siang. Santai – santai dulu sebentar sebelum berangkat. Kita mulai jalan sekitar jam setengah 3 jadinya. Kita berempat, pakai dua sepeda motor. Cuaca hari itu panas berawan, dan kelihatan banget kalau ada tanda – tanda mau turun hujan. Hmmm, perjalanan keluar kota memakai motor, aku lebih milih cuaca yang panas terik dibanding harus kehujanan. Sebelum berangkat, isi bensin dulu Rp 20.000. Oiyah, kalau mau jalan keluar kota gini, pakai motor non-matic aja yah, motor Honda lebih baik, bukannya promosi, tapi yang namanya jalan – jalan pasti nyari yang murah kan?
Perjalanan lancar – lancar saja, tidak terlalu ramai kendaraan, cuaca juga masih bersahabat hingga kita sampai di kota Mempawah. Awan gelap sudah di atas kepala, dan benar saja, tidak jauh selepas Mempawah, hujan pun memaksa kami untuk berhenti dan berteduh. Kebetulan di warung tempat kami berteduh, ketemu dengan rombongan teman – teman lain yang juga mau datang nonton acara. Dan ternyata mereka datang dari Karangan, itu jauh banget. Salut deh sama semangatnya.
Setelah hujan mereda, kami lanjut lagi jalan, dan tiba di venue sebelum magrib. Acara udah dimulai. Kalian tahu venue nya? Sebuah rumah makan yang terletak di pinggiran laut, posisi samping tepat menghadap matahari terbenam. Whoaaww, menawan!!!! Belum pernah liat venue keren gini lokasi nya. Venue nya cukup besar, kalau mau dipaksain 100an orang masuk, cuma lantainya lantai papan, jadi agak riskan juga. Satu – satu nya yang gak asik adalah alat band dan sound out nya, fiuuuh ya udah deh. Lagian, setiap kali memutuskan untuk ikut main di acara – acara so called kolektif diluar Pontianak, aku emang udah gak terlalu berharap sama alat musik dan sound nya, karena tujuan utama nya adalah jalan – jalan keluar kota, ketemu orang – orang baru dan ngeliat suasana yang beda.
Begitu gig dimulai kembali setelah break magrib, penonton yang datang semakin ramai. Kalau dilihat – lihat rata – rata anak SMA, padahal saya ngarep nya ada mbak – mbak setempat yang nonton.
Seperti biasa, sesuai dengan emosi dan semangat yang masih membara, tidak ada penampilan band yang sepi dari segala bentuk ekspresi penonton. Moshing, pogo brutal, dansa ala hace-hacean, bahkan yang paling seru ada yang coba – coba mempraktekkan adegan yang sepertinya udah banyak di youtube, lompat melalui punggung teman kearah penonton. Tapi bedanya, disini mereka lompat dari arah belakang penonton, bukan dari arah panggung, dan yang ngelompat nya udah lari jauh – jauh buat ambil ancang – ancang, ada – ada aja.
Half Glass main kalo gak salah sekitar jam7an. Semestinya kalau di rundown itu jam 8, bukan masalah sih buat kita. Cuma yang aku yakin bakal jadi masalah buat panitia kedepannya adalah cara mereka ngejalanin rundown dan band – band yang dipanggil gak muncul atau telat datang. Jadi misalnya sekarang giliran band A, mereka panggil sampe beberapa kali, band A gak muncul langsung aja dipanggil band B, dipanggil beberapa kali kalo gak muncul, langsung lanjut dipanggil band C, begitu seterusnya sampe ada band yang muncul. Sebenarnya sih bukan masalah ya, kalau jumlah band yang main sedikit, tapi kalau ini, 24 band!! Yah susah juga sih, panitia juga pasti ngelakuin ini supaya semuanya cepat dan hemat waktu, tapi band juga musti sadar kalau waktu itu gak bisa dimain – mainkan. Lebih baik kasih tahu aja panitia jauh sebelumnya kalau gak bisa datang pada jam yang udah ditentuin.
Waktu yang dikasi ke kita buat main adalah 20 menit, tapi kayaknya kita lebih deh, yah tapi gak lebih – lebih banyak kok. Mau gimana lagi, drummer kita musti nyetel drum yang disediain sama panitia, best preparation best performance kan? HEhehehehehe.
Selesai manggung, kita santai dulu bentar, sambil buka lapakan, duduk – duduk ngeliat tingkah laku penonton yang unik – unik, juga ngobrol sama teman – teman dari Mosh Fight yang baru aja nyampe dari Pontianak.
Sekitar jam 9 malam, kita tinggalin venue dan acara yang belum selesai. Kita masih lanjut perjalanan lagi ke Singkawang, kita juga mau istirahat lebih awal supaya masih punya tenaga buat besok main di Singkawang dan yang paling penting adalah untuk perjalanan pulang ke Pontianak. Sekitar 1 jam perjalanan, kita sampai di Singkawang. Ketemu teman – teman Singkawang, ada Diendra, Dhean dan yang lainnya. Mereka lagi nongkrong di sebuah warung kopi yang letaknya di halaman bioskop lama yang tidak beroperasi lagi. Dan warung kopi nya juga keren loh desain interior nya, mirip dengan café jadul yang ada di daerah kota tua Jakarta.
Minggu, 16 Maret 2014
Bangun pagi, keluar rumah nya Dhean, dari teras langsung dapat view Gunung Sari yang bagus banget. Teman – teman lain dari rombongan band Mosh Fight masih pada tidur. Cuma aku, bayu(gitar), dan ecel yang ngobrol – ngobrol di teras rumahnya Dhean. Rumah nya Dhean posisinya di pinggiran kota Singkawang, mengarah jalan keluar kota. Jadi lingkungan rumah nya gak terlalu padat, masih ada sawah – sawah yang udah mulai menguning padi nya. Cuma kalau kita lihat kearah belakang rumahnya, kelihatan jelas sebuah proyek mega mall sedang dijalankan. Hmmmm, percaya deh temen – temen Singkawang, mega mall hanya permulaan kota kalian akan jadi sumpek dan padat.
Sepulang gereja, kita ber-4 makan siang dan keliling – keliling kota Singkawang sedikit. Kita nemu tempat yang namanya Kawasan Tradisional. Jadi ini sebuah kampung di mana isinya rumah – rumah tradisional Tionghoa. Iya, jadi Singkawang ini terkenal dengan populasi etnis Tionghoa nya yang besar. Setiap tahun, kalau udah perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Singkawang langganan rame loh. Nah, trus di kawasan tradisional ini, dilalui sama sebuah parit yang gak terlalu besar, tapi sepanjang tepian nya ada jalan setapak trus ada kursi – kursi nya gitu. Jadi enak deh buat nyantai – nyantai. Cuma kata nya Diendra, itu untung – untungan juga, karena kadang parit itu juga bisa bau banget, karena parit itu awal alirannya dari pasar babi, limbah pasar kadang banyak yang lewat parit itu. Selain itu, kita juga nemu satu kompleks rumah tradisional Tionghoa yang gede – gede. Kayaknya tempat ini sehari – hari dijadikan semacam museum juga deh. Setelah itu, kita ditemanin Elys dan Diendra, jalan – jalan ke Hang Moi. Hang Moi itu salah satu tempat wisata di Singkawang, tempatnya itu aliran sungai berbatu dan air nya seger banget. Sekelilingnya masih banyak pohon – pohon, tapi hutannya gak terlalu lebat juga, jadi buat jalan – jalan sampe kearah atas gunung masih enak lah. Oiyah, pake tiket masuk Rp 10.000.
Akhirnya kita ke studio tempat acara diadakan. Gak jauh dari Hang Moi tempatnya, studio nya gak terlalu besar juga. Tapi bisa lah nampung orang – orang yang mau gila – gilaan. Sayangnya acara musti molor mulainya, awalnya rencana mulai jam 3 ato 4 sore. Tapi akhirnya mulai jam 7 malam. Kita sebenarnya gak terlalu masalah juga sih. Cuma jadinya kita gak bisa nonton semua band yang main dan nongkrong bareng teman – teman Singkawang sampe acara selesai. Yang main pertama Mosh Fight baru lanjut dengan Half Glass. Ini juga kita mulai aja main duluan, soalnya kalo gak mau pulang ke Pontianak jam berapa lagi, hehehehehe. Half Glass mainkan 6 lagu, sama seperti di Sungai Duri sebelumnya. Tenaga udah gak terlalu maksimal, soalnya tadi di Hang Moi udah dimaksimalin buat main – main air sungai, hehehehe. Tapi lumayanlah, teman – teman Singkawang juga ngerespon musik kita. Ada yang nanyain genre nya apa, nanyain udah ada demo belom? Hehehehehe, tunggu yah.
Jam 9 kita putuskan buat berangkat pulang ke Pontianak. Sayang banget musti lewatin peampilan Water Canon dan Under Fighting. Tapi beruntung sempat liat Deadly Beat main. Hardcore dengan irama beatdown, powerfull wak!!! Perjalanan pulang kita, untung aja lancar, walaupun diguyur hujan mulai dari pertengahan perjalanan sampai ke Pontianak. Tapi gak masalah.
Makasih yah buat Ijul (Deadly Beat), Dhena (Under Fighting), Diendra (Water Canon), Elys, dan teman – teman Singkawang lainnya yang udah mau bantu kita. (Aldiman)
Link band – band yang ditulis diatas :
- Half Glass: https://soundcloud.com/ptkdistribution/half-glass-maaf
- Mosh Fight: http://www.reverbnation.com/moshfighthardcore
- Deadly Beat: http://deadlybeat.bandcamp.com/
- Water Canon: https://soundcloud.com/water-cannon
- Under Fighting: http://www.purevolume.com/new/UNDERFIGHTING39597
Nah, kebetulan sekali ada seorang teman yang ngasi kabar kalau bakal ada sebuah acara musik diluar kota Pontianak, tepatnya di Kecamatan Sungai Duri (masuk wilayah Kabupaten Bengkayang, kira – kira 2 jam perjalanan darat Pontianak). Sungai Duri hanya sebuah kota kecamatan yang kecil, letaknya di pesisir pantai, dan acara ini juga acara musik pertama yang hadir dari komunitas musik “underground” di sana. Aku pribadi, suka sekali kalau ada kesempatan untuk main di luar kota Pontianak, emang sih biaya yang dikeluarkan jadi lebih besar, tapi setimpal lah kalau dibanding dengan pengalaman jalan – jalan keluar kota, ketemu orang – orang baru, dan merasakan suasana yang jauh berbeda dari kota sendiri. Lagipula, 2 jam perjalanan darat itu masih terjangkau kok dengan sepeda motor.
Singkat cerita, band sudah didaftarkan, uang patungan acara sudah di transfer ke panitia, dan fix kita jadi berangkat. Lalu tiba – tiba saja aku punya ide untuk merekam lagu – lagu yang sudah ada untuk sebuah CD demo. Yah hitung – hitung jadi stuff promo yang bisa dibawa lah untuk melancong ke luar kota. Tapi karena terbatasnya dana, dan waktu yang juga terbatas untuk berusaha merekam sendiri, maka rencana hanya tinggal rencana. Tapi ide yang tiba – tiba muncul itu tidak hanya berhenti disitu saja. Aku ingat, kalau Sungai Duri itu jaraknya yah kira – kira Cuma 1 jam lagi perjalanan darat ke kota Singkawang. Singkawang itu sebuah kota wisata yang terletak di sebelah utara Kalimantan Barat. Wah asik dong, kalau perjalanan dilanjutkan aja kesana, mengingat acara di Sungai Duri itu hari Sabtu, masih ada waktu untuk jalan – jalan di hari Minggu. Tentunya bukan sekedar jalan – jalan dong, tapi sekalian main band juga di sana. Beruntung deh udah kenal beberapa teman – teman dari Singkawang juga. Langsung saja aku hubungi, sampaikan dengan jelas niat kita apa. Mereka pun setuju! Oke, weekend tour nih, berangkat!!!!!!!
Jumat, 14 Maret 2014
Packing dimulai, yang paling utama bukan packing pakaian pribadi sih, tapi packing barang – barang buat lapak. Bikin beberapa postingan dan tweet info tentang acara besok (Sungai Duri) dan lusa nya (Singkawang). Dan terakhir bikin banner nama band sendiri, pake kertas – kertas bekas dan fasilitas tiled print di Corel Draw. Cek – cek lagi kamera digital, perlengkapan mandi, dan pakaian dalam. Semua siap masuk tas. Ohyah, yang bareng – bareng kita untuk jalan di dua kota ternyat ada satu band lagi, Mosh Fight. Sementara itu, kalau band Pontianak lainnya yang juga main di Sungai Duri juga ada beberapa band lain (Parkinson dan Balada Sungai Kapuas).
Sabtu, 15 Maret 2014
Kumpul di rumah Ecel (drum) jam 1 siang. Santai – santai dulu sebentar sebelum berangkat. Kita mulai jalan sekitar jam setengah 3 jadinya. Kita berempat, pakai dua sepeda motor. Cuaca hari itu panas berawan, dan kelihatan banget kalau ada tanda – tanda mau turun hujan. Hmmm, perjalanan keluar kota memakai motor, aku lebih milih cuaca yang panas terik dibanding harus kehujanan. Sebelum berangkat, isi bensin dulu Rp 20.000. Oiyah, kalau mau jalan keluar kota gini, pakai motor non-matic aja yah, motor Honda lebih baik, bukannya promosi, tapi yang namanya jalan – jalan pasti nyari yang murah kan?
Perjalanan lancar – lancar saja, tidak terlalu ramai kendaraan, cuaca juga masih bersahabat hingga kita sampai di kota Mempawah. Awan gelap sudah di atas kepala, dan benar saja, tidak jauh selepas Mempawah, hujan pun memaksa kami untuk berhenti dan berteduh. Kebetulan di warung tempat kami berteduh, ketemu dengan rombongan teman – teman lain yang juga mau datang nonton acara. Dan ternyata mereka datang dari Karangan, itu jauh banget. Salut deh sama semangatnya.
Setelah hujan mereda, kami lanjut lagi jalan, dan tiba di venue sebelum magrib. Acara udah dimulai. Kalian tahu venue nya? Sebuah rumah makan yang terletak di pinggiran laut, posisi samping tepat menghadap matahari terbenam. Whoaaww, menawan!!!! Belum pernah liat venue keren gini lokasi nya. Venue nya cukup besar, kalau mau dipaksain 100an orang masuk, cuma lantainya lantai papan, jadi agak riskan juga. Satu – satu nya yang gak asik adalah alat band dan sound out nya, fiuuuh ya udah deh. Lagian, setiap kali memutuskan untuk ikut main di acara – acara so called kolektif diluar Pontianak, aku emang udah gak terlalu berharap sama alat musik dan sound nya, karena tujuan utama nya adalah jalan – jalan keluar kota, ketemu orang – orang baru dan ngeliat suasana yang beda.
Begitu gig dimulai kembali setelah break magrib, penonton yang datang semakin ramai. Kalau dilihat – lihat rata – rata anak SMA, padahal saya ngarep nya ada mbak – mbak setempat yang nonton.
Seperti biasa, sesuai dengan emosi dan semangat yang masih membara, tidak ada penampilan band yang sepi dari segala bentuk ekspresi penonton. Moshing, pogo brutal, dansa ala hace-hacean, bahkan yang paling seru ada yang coba – coba mempraktekkan adegan yang sepertinya udah banyak di youtube, lompat melalui punggung teman kearah penonton. Tapi bedanya, disini mereka lompat dari arah belakang penonton, bukan dari arah panggung, dan yang ngelompat nya udah lari jauh – jauh buat ambil ancang – ancang, ada – ada aja.
Half Glass. Photo by Aldiman dok. |
Half Glass main kalo gak salah sekitar jam7an. Semestinya kalau di rundown itu jam 8, bukan masalah sih buat kita. Cuma yang aku yakin bakal jadi masalah buat panitia kedepannya adalah cara mereka ngejalanin rundown dan band – band yang dipanggil gak muncul atau telat datang. Jadi misalnya sekarang giliran band A, mereka panggil sampe beberapa kali, band A gak muncul langsung aja dipanggil band B, dipanggil beberapa kali kalo gak muncul, langsung lanjut dipanggil band C, begitu seterusnya sampe ada band yang muncul. Sebenarnya sih bukan masalah ya, kalau jumlah band yang main sedikit, tapi kalau ini, 24 band!! Yah susah juga sih, panitia juga pasti ngelakuin ini supaya semuanya cepat dan hemat waktu, tapi band juga musti sadar kalau waktu itu gak bisa dimain – mainkan. Lebih baik kasih tahu aja panitia jauh sebelumnya kalau gak bisa datang pada jam yang udah ditentuin.
Waktu yang dikasi ke kita buat main adalah 20 menit, tapi kayaknya kita lebih deh, yah tapi gak lebih – lebih banyak kok. Mau gimana lagi, drummer kita musti nyetel drum yang disediain sama panitia, best preparation best performance kan? HEhehehehehe.
Selesai manggung, kita santai dulu bentar, sambil buka lapakan, duduk – duduk ngeliat tingkah laku penonton yang unik – unik, juga ngobrol sama teman – teman dari Mosh Fight yang baru aja nyampe dari Pontianak.
Lapakan Half Glass. Photo by Aldiman dok. |
Minggu, 16 Maret 2014
Bangun pagi, keluar rumah nya Dhean, dari teras langsung dapat view Gunung Sari yang bagus banget. Teman – teman lain dari rombongan band Mosh Fight masih pada tidur. Cuma aku, bayu(gitar), dan ecel yang ngobrol – ngobrol di teras rumahnya Dhean. Rumah nya Dhean posisinya di pinggiran kota Singkawang, mengarah jalan keluar kota. Jadi lingkungan rumah nya gak terlalu padat, masih ada sawah – sawah yang udah mulai menguning padi nya. Cuma kalau kita lihat kearah belakang rumahnya, kelihatan jelas sebuah proyek mega mall sedang dijalankan. Hmmmm, percaya deh temen – temen Singkawang, mega mall hanya permulaan kota kalian akan jadi sumpek dan padat.
Hang Moi. Photo by Aldiman dok. |
Sunset Sungai Duri. Photo by Aldiman dok. |
Sepulang gereja, kita ber-4 makan siang dan keliling – keliling kota Singkawang sedikit. Kita nemu tempat yang namanya Kawasan Tradisional. Jadi ini sebuah kampung di mana isinya rumah – rumah tradisional Tionghoa. Iya, jadi Singkawang ini terkenal dengan populasi etnis Tionghoa nya yang besar. Setiap tahun, kalau udah perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Singkawang langganan rame loh. Nah, trus di kawasan tradisional ini, dilalui sama sebuah parit yang gak terlalu besar, tapi sepanjang tepian nya ada jalan setapak trus ada kursi – kursi nya gitu. Jadi enak deh buat nyantai – nyantai. Cuma kata nya Diendra, itu untung – untungan juga, karena kadang parit itu juga bisa bau banget, karena parit itu awal alirannya dari pasar babi, limbah pasar kadang banyak yang lewat parit itu. Selain itu, kita juga nemu satu kompleks rumah tradisional Tionghoa yang gede – gede. Kayaknya tempat ini sehari – hari dijadikan semacam museum juga deh. Setelah itu, kita ditemanin Elys dan Diendra, jalan – jalan ke Hang Moi. Hang Moi itu salah satu tempat wisata di Singkawang, tempatnya itu aliran sungai berbatu dan air nya seger banget. Sekelilingnya masih banyak pohon – pohon, tapi hutannya gak terlalu lebat juga, jadi buat jalan – jalan sampe kearah atas gunung masih enak lah. Oiyah, pake tiket masuk Rp 10.000.
Akhirnya kita ke studio tempat acara diadakan. Gak jauh dari Hang Moi tempatnya, studio nya gak terlalu besar juga. Tapi bisa lah nampung orang – orang yang mau gila – gilaan. Sayangnya acara musti molor mulainya, awalnya rencana mulai jam 3 ato 4 sore. Tapi akhirnya mulai jam 7 malam. Kita sebenarnya gak terlalu masalah juga sih. Cuma jadinya kita gak bisa nonton semua band yang main dan nongkrong bareng teman – teman Singkawang sampe acara selesai. Yang main pertama Mosh Fight baru lanjut dengan Half Glass. Ini juga kita mulai aja main duluan, soalnya kalo gak mau pulang ke Pontianak jam berapa lagi, hehehehehe. Half Glass mainkan 6 lagu, sama seperti di Sungai Duri sebelumnya. Tenaga udah gak terlalu maksimal, soalnya tadi di Hang Moi udah dimaksimalin buat main – main air sungai, hehehehe. Tapi lumayanlah, teman – teman Singkawang juga ngerespon musik kita. Ada yang nanyain genre nya apa, nanyain udah ada demo belom? Hehehehehe, tunggu yah.
Studio gig di Singkawang. Photo by Aldiman dok. |
Makasih yah buat Ijul (Deadly Beat), Dhena (Under Fighting), Diendra (Water Canon), Elys, dan teman – teman Singkawang lainnya yang udah mau bantu kita. (Aldiman)
Link band – band yang ditulis diatas :
- Half Glass: https://soundcloud.com/ptkdistribution/half-glass-maaf
- Mosh Fight: http://www.reverbnation.com/moshfighthardcore
- Deadly Beat: http://deadlybeat.bandcamp.com/
- Water Canon: https://soundcloud.com/water-cannon
- Under Fighting: http://www.purevolume.com/new/UNDERFIGHTING39597
Langganan:
Postingan (Atom)